visitaaponce.com

FAO dan WOAH Berikan Penghargaan ke Indonesia

FAO dan WOAH Berikan Penghargaan ke Indonesia
Indonesia mendapatkan penghargaan atas kontribusi dan upayanya dalam konservasi dan pengembangan Plasma Nutfah Sapi Bali selama 13 tahun, se(MI/Widjajadi)

BADAN Pangan Dunia (FAO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (World Organisation for Animal Health/WOAH) memberikan Indonesia penghargaan atas kontribusi dan upayanya dalam konservasi dan pengembangan Plasma Nutfah Sapi Bali selama 13 tahun, sejak 2010.

WOAH memberikan dua penghargaan untuk Indonesia atas capaian dalam pengendalian Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) selama lebih dari satu dekade dan sukses dalam menanggulangi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal menyampaikan secara langsung letter of appreciation atau surat penghargaan kepada Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia, di tengah puncak acara Bulan Bhakti Peternakan dan Kesehatan Hewan ke-187 di Donohudan, Boyolali,Jumat petang.

Baca juga: Peternak Muda Tulungagung Berkomitmen Bangun Kluster Komoditas

FAO menilai Indonesia telah memberikan hasil dan kemajuan luar biasa dalam memperkuat sektor kesehatan hewan dan sistem pangan Indonesia. "Kami berterimakasih kepada Menteri Pertanian Indonesia yang menunjukkan kepemimpinan luar biasa," kata Rajendra.

Keberhasilan itu, kara Rajendra, khususnya pelestarian Sapi Bali telah mampu menjadi primadona ternak potong Indonesia. Begitupun dalam pengendalian penyakit flu burung, Indonesia dinilai berhasil mengendalikan penyakit flu burung hingga satu dekade.
  
Baca juga: Pacu Usaha Petani Milenial, Kementan Gandeng Baznas dan Pegadaian Syariah
  
"Indonesia telah berhasil mendemonstrasikan good practices. Dengan praktik itu, Indonesia memiliki peran besar di kancah global. Praktik yang telah dijalankan Indonesia ini perlu diperkenalkan di tingkat dunial," tukas dia.
  
FAO juga mengapresiasi keberhasilan Indonesia mengendalikan dan meredam PMK dengan cepat. 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan banyak pihak yang berperan untuk pengembangan sapi lokal Indonesia, serta dalam pengendalian penyakit Flu Burung dan PMK. "Keberhasilan kita tidak bisa dilepaskan dari kiprah para petani dan peternak, petugas, akademisi, serta sinergi lintas sektoral," ungkap pria yang akrab disapa SYL itu   
  
Menurut dia, dunia saat ini dihadapkan pada tantangan serius yaitu El Nino dan perubahan iklim yang berdampak pada ketahanan pangan. "Oleh karena itu perlu program-program terobosan untuk solusi bersama yang harus terus dilakukan masyarakat global, termasuk Indonesia," terang SYL.   

Sedang Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah mengungkapkan Indonesia harus menerapkan sistem pertanian terintegrasi dari hulu-hilir, melalui sinergi dengan berbagai pelaku usaha.

Kementerian Pertanian, lanjut dia, telah menyusun strategi dalam menghadapi krisis pangan dunia. Pertama, peningkatan kapasitas produksi pangan untuk komoditas daging sapi, kerbau, ayam ras, ayam buras, dan babi.   

Kedua, pengembangan pangan substitusi impor seperti daging domba/kambing dan itik untuk substitusi daging sapi. Ketiga, peningkatan ekspor seperti sarang burung walet, ayam, dan telur.

"Kami memberikan perhatian serius pada program peningkatan pangan asal ternak untuk memenuhi masyarakat Indonesia dan dunia," pungkas Nasrulah. (WJ)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat