visitaaponce.com

Beras Mahal, Wali Kota Semarang Dorong Pemanfaatan Makanan Pokok Alternatif

Beras Mahal, Wali Kota Semarang Dorong Pemanfaatan Makanan Pokok Alternatif
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mendorong warganya memanfaatkan makanan pokok alternatif di luar beras.(MI/Palce)

HARGA beras masih bertahan tinggi, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mendorong warganya memanfaatkan makanan pokok alternatif di luar beras untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut.

Pemantauan Media Indonesia, Selasa (26/9), harga beras di beberapa pasar tradisional di Kota Semarang masih di atas harga eceran tertinggi (HET). Beras kelas bawah dipatok pada harga Rp11.000-12.000 per kilogram, beras medium Rp13.000-Rp14.000 per kilogram, dan premium diatas Rp15.000 per kilogram.

Operasi pasar beras terus digelar dan pembagian bantuan beras 10 kilogram per keluarga penerima manfaat (KPM) juga diberikan. Namun belum mampu menurunkan harga beras di pasaran. "Masih tinggi, bahkan kelas medium paling murah masih bertahan Rp13.000 per kilogram," ujar Ani,30, karyawan toko grosir beras di Manyaran, Kota Semarang.

Baca juga: Jateng Prioritaskan Tangani Kemiskinan dan Kendalikan Inflasi

Senada, Maryam, 45, pedagang beras di Pasar Grosir Beras Dargo, Kota Semarang, mengatakan harga beras cukup tinggi. Bahkan para pengecer banyak mengurangi stok dagangan beras hingga 50%, karena banyaknya bantuan sosial dan keterbatasan kecukupan modal.

tingginya harga beras, kata Maryam, karena harga dari pemasok dan penggilingan dari berbagai daerah sudah tinggi. Bahkan di tingkat petani beras juga sulit didapat karena mereka enggan menjual gabahnya. "Beras ada di petani pada umumnya untuk memenuhi cadangan sendiri, meskipun penawaran gabah tinggi," imbuhnya.

Baca juga: Puncak Inflasi Pangan Diprediksi Terjadi di 2024

Hevearita mengakui masih tingginya harga beras di pasaran, sehingga untuk menahan harga semakin meningkat berbagai upaya dilakukan diantaranya operasi pasar. Selain percepatan penyaluran bantuan beras, kata Hevearita, juga didorong kepada warga untuk memanfaatkan pengganti makanan pokok beras menjadi makanan pokok alternatif seperti ubi, singkong, jagung dan Porang, karena makanan ini juga cukup banyak tersedia.

"Kita minta warga dapat memanfaatkan makanan pokok alternatif itu, seperti sarapan pagi dengan ubi, tiwul atau lainnya, sehingga tidak bergantung dengan beras," kata Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Makanan pokok alternatif ini, ungkap Hevearita Gunaryanti Rahayu, tersedia cukup banyak dan harga relatif murah hingga terjangkau oleh daya beli warga, namun diakuinya bahwa untuk merubah kebiasaan ini tidak mudah karena warga sudah terbiasa hidup jika belum makan nasi seperti belum makan. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat