Puluhan Hektare Jagung di Pesisir Puso Dampak El-Nino, Petani di Pantura Terpaksa Membabat Padi akibat Puso Kekeringan
PULUHAN hektare tanaman jagung di sejumlah kecamatan Kabupaten Gresik, Jatim, gagal panen akibat cuaca ekstrim dampak El Nino.
Petani terpaksa membabat tanaman untuk pakan ternak. Sebagian petani lainnya, menerima hasil panennya turun hingga 75 persen. Kondisi tersebut mengakibatkan petani mengalami kerugian besar pada musim panen kali ini.
"Iya sebagian besar di sini jagung puso, karena cuaca saat itu ekstrem, sangat panas. Kami juga terpaksa membabat tanaman untuk pakan ternak," keluh Sumarno, petani Desa Sumurber, Kamis (25/4).
Baca juga : IPB Sebut Produksi Pertanian akan Turun 5% Akibat El Nino
Hal itu terpaksa dilakukan karena jagung yang sudah berumur hampir 60 hari tidak bisa tumbuh dengan normal dan tidak berbuat maksimal.
"Hampir semua jagung petani di sini gagal panen," ujarnya.
Tidak hanya di kampungnya, jagung terdampak El-Nino juga terjadi di sejumlah desa di sekitar Kecamatan Panceng. Puluhan hektar jagung yang gagal panen itu tersebar di sejumlah desa. Antara lain, Suwalan, Sumurber, Serah, sebagian Ketanen dan Pantenan. Semuanya berada di Kecamatan Panceng.
Baca juga : Pemerintah kembali Impor Beras, Guru Besar IPB: Petani Kecil Terdampak
"Jagung kami juga gagal panen akibat cuaca ekstrem. Kita sempat tanam hingga tiga kali tapi, hasilnya juga tidak maksimal, " kata Fahrudin, petani di Desa Pantenan.
Jagung yang ditanam nya juga tidak panen sama sekali. Lahan dengan luasan sekitar 1/4 hektar hanya beberapa batang jagung yang bisa dipanen.
"Ya sama saja dengan gagal panen. Hanya dapat jagung lima sak," jelasnya.
Baca juga : El Nino Belum Berakhir, Kementan Terus Genjot Produksi Padi dan Jagung
Tanaman jagung milik saudaranya juga sebagian besar puso terdampak El-Nino.
Tanaman jagung tiga lokasi juga tidak panen akibat kekeringan. Bahkan, hampir semua petani kampungnya juga tanam jagung hingga tiga kali.
"Tapi juga tidak panen maksimal, kalaupun ada yang panen hanya dapat 25 persen. Sisanya gagal panen, ya sama saja puso," ungkap Wahid, petani lainnya.
Dengan panen hanya panen 25 persen, petani mengalami kerugian besar. Biaya tanam, obat, benih, dan ongkos buruh kerja makin mahal. Belum lagi harga jagung yang tidak menentu saat panen juga membuat kerugian petani semakin besar.
Kondisi serupa juga terjadi pada hektaran jagung di sejumlah desa di Kecamatan Dukun. Antara lain, Desa Petiyin, Kertosono, Karang Cangkring, Sawo, serta sebagian di Desa Lowayu. Petani berharap, pemerintah memberikan bantuan benih dan puouk agar beban petani sedikit ringan. (YK/Z-7)
Terkini Lainnya
Produksi Melimpah Harga Jagung dan Gabah Turun, Bulog Diminta Lakukan Penyerapan
DKPP Klaten Berharap KWT Srikandi NK Jadi Motor Penggerak Pertanian Jagung
Raih Pendanaan Pre-Seed, Kora Bakal Perluas Cakupan Operasional dan Solusi Teknologi
Puan Maharani Ikut Tanam Singkong Bareng Petani di Tulang Bawang
Ini Cara Mengetahui dan Tangani Hama Spodoptera Frugiperda pada Jagung
Suhu Panas Ekstrem Landa Thailand, 30 Orang Tewas
Dampak El Nino, 90 Hektare Sawah Kupang Gagal Tanam
Kementan Ajak Petani Program PSR Tanam Padi Gogo, Jaga Ketahanan Pangan Lewat Kesatria
Kementan Dorong Pompanisasi dan Percepat Tanam Padi di Nganjuk Jawa Timur
NTB Peroleh 5.100 Pompa Air untuk Hidupkan Lahan Kering
Agenda Busuk di Balik Isu Depresi dalam Pendidikan Spesialis
Menjangkau Keadilan Pemilu Substantif
Syirik Sosial Pelaku Korupsi
Kartini dan Emansipasi bagi PRT
Menakar Kebutuhan Pendanaan untuk Pilpres 2024 Putaran Kedua
Arus Balik, Urbanisasi, dan Nasib Penduduk Perdesaan
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Gerakan Green Movement Sabuk Hijau Nusantara Tanam 10 Ribu Pohon di IKN
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap