visitaaponce.com

Wisuda Mapan di Nagekeo

Wisuda Mapan di Nagekeo
Kegiatan Wisudan Mapan yang diikuti anak-anak dari 5 desa di NTT(Dok)

SUARA riuh dan pekikan terdengar menggetarkan semangat. Beberapa kelompok anak terbagi dalam 5 kelompok berada di podium dengan sebuah microphone bagi setiap kelompok. Tiba tiba sebuah pertanyaan muncul dari lelaki dewasa di bawah podium. 

"Apa dampak dari perkawinan usia anak? " Tanya lelaki itu bernama Arifin. 

"Dampaknya putus sekolah, KDRT, kematian ibu dan bayi, bayi prematur." Jawab seorang anak dari perwakilan Desa Gero Dhere. 

Baca juga : Sinergi Pemda, LSM Lokal dan Lembaga Filantropi Tingkatkan Layanan PAUD HI

"100 buat Gero Dhere, " sebut Arifin memberi nilai benar sebagai tim juri dan dicatat Yustinus Weke pada papan skor pada acara cerdas cermat Youth Plan. 

Acara cerdas cermat tersebut sebagai rangkaian kegiatan dalam acara wisuda Mapan (memilih masa depan) yang digagas Yayasan Plan Internasional Indonesia buat 133 siswa dari tingkat SD hingga SMA di Desa Gero Dhere, Kabupaten Nagekeo, NTT. Sabtu (25/5). 

Manager Plan Indonesia Program Implementasi Area  Nagekeo Zuniatmi, mengatakan acara wisuda ini sebagai wadah menumbuhkan kreatifitas dan kapasitas anak di 5 desa yakni desa Gero Dhere, Wolowea Timur, Rendu Tutubhada, Raja Timur dan Tengatiba. 

Baca juga : Ini Alasan Anak Lebih Suka Belajar dengan Media Audio Visual

Sebelum di-wisuda, para siswa Mapan melakukan diskusi modul Mapan  sebanyak 69 pertemuan dengan minimal 2 jam sejak september 2023 hingga awal mei 2024.

Dalam modul para siswa ini belajar mengenal diri, tumbuh kembang remaja, aspek biologis, pubertas, kesehatan reproduksi , bagaimana  membangun keluarga, serta manajemen keuangan. 

“Setiap desa ada fasilitator yang telah kami latih lalu fasilitator mendampingi anak-anak di masing-masing masing desa. Jadi tidak hanya ceramah dalam modul namun lebih banyak peran anak-anak. Para siswanya lebih proaktif. Tingkat kehadiran 80 persen yang bisa wisuda. Ada juga pratest dan post test dan materi seperti dalam modul seperti cerdas cermat. 55 kali pertemuan mereka tidak boleh absen, " ungkapnya. 

Baca juga : Pendidikan Nasional masih Hadapi Tantangan Literasi dan Numerasi

Selain itu menurut Zuniatmi dalam Mapan, Plan  berkolaborasi dengan desa pengguna dana desa. Dari 5 ada yang ada dalam wisuda ini ada satu desa yakni Tengatiba yang sudah menggunakan dana desa. 

Zuniatmi menambahkan selama program Mapan ini dalam 3-4 bulan sekali ada pertemuan orang tua untuk melihat testimoni dan banyak perubahan yang terjadi ketika program Mapan berjalan di 5 desa ini. 

"Dari pertemuan dengan orang tua ada perubahan  perilaku. Remaja yang ikut jadi agen. Ada perubahan terutama percaya diri. Banyak remaja Mapan ikut kompetisi di event daerah sampai nasional. Seperti O2SN. Anak anak binaaan lebih percaya diri. Mereka juga memiliki posisi tawar dan punya kapasitas, " ungkapnya. 

Baca juga : Pendidikan Nasional masih Hadapi Tantangan Literasi dan Numerasi

Sebanyak 330 siswa mapan yang telah diwisuda di Kabupaten Nagekeo pada tahun 2024 ini mencakup 11 desa dengan 2 sekolah. Namun ada juga penyandang disabilitas dan siswa putus sekolah yang ikut kegiatan Mapan ini seperti Tari remaja 14 tahun asal Nagekeo. 

Tari ikut program Mapan Plan sejak kelas 3 SD dan terus berlanjut hingga kini walaupun ia telah putus sekolah di kelas 4 SD.

Ia terpaksa berhenti sekolah karena ingin membantu ibunya selepas ditinggal pergi ayahnya. Ia harus hidup bersama ibunya serta 2 adiknya yang masih kecil. 

Tari mengaku senang mengikuti kegiatan ini karena bisa bertemu banyak kawan dan bersenang-senang dengan anak seumurannya. 

Mapan menjadi wadah ia bisa berbagi bersama sahabatnya hingga ia bisa menjadi pemandu acara atau MC dalam acara wisuda kali ini. 

"Banyak teman akhirnya saya sangat senang. Saya bisa MC pada acara wisuda ini. Kawan-kawan baik banyak dukung saya. Saya hanya mau menyenangkan mama saya. Mama bisa tenun dan sekarang saya juga sudah mulai bisa tenun. Cita-cita saya hanya mau jadi  penenun bantu mama buat mama senang, " ungkapnya dengan mata berkaca-kaca. 

Bukan hanya Tari yang ikut senang sahabatnya lain di program Mapan ini juga turut senang dan merasa sangat berguna ketika ikut program ini. 

Seperti Encis salah seorang siswa yang ikut program Mapan ini menuturkan ia sudah dari kelas 4 SD ikut program Mapan, dan kini sudah SMA kelas 1.

Menurutnya dengan Mapan ia belajar bahwa anak tidak dibenarkan untuk melakukan perkawinan dini sampai umur 18 tahun karena masih usia belajar dan belum siap secara utuh secara fisik dan psikis. 

"Kami juga belajar menjaga kebersihan pada menstruasi, darah kotor dikeluarkan maka ganti pembalut 4 kali dalam sehari agar bersih, " ungkapnya. 

Encis menuturkan  manfaat ketika ikut Mapan membuat pengetahuannya bertambah, seperti kebersihan reproduksi, mengelola keuangan serta mengenal diri, kemampuan diri sendiri sehingga menjadi orang lebih baik ke depan. 

"Saya ingin jadi ahli komputer. Jadi hubungan dengan ada program Mapan saya bisa menambah wawasan saya harus terus belajar, walaupun sudah pada level tinggi, dan harus bekerja keras, selain itu harus menabung dari sekarang. Kalau menabung, contoh pernah pas ekonomi keluarga merosot atau ekonomi keluarga susah, tidak mungkin minta bapak mama, dari situ saya belajar untuk bersiap harus menabung agar bisa digunakan di saat darurat, " pungkasnya. 

Encis berharap untuk teman seumuran tidak melewatkan kesempatan ini seperti kegiatan seperti ini  karena sangat penting buat masa depan, dan jika ada kegiatan seperti ini perlu berpartisipasi karena di desa sangat minim kegiatan seperti ini. 

"Selama ini partisipasi  anak muda minim dan pandangan anak muda hanya buang waktu, namun dengan kegiatan seperti ini kita bisa menyebarkan hal baik pada semua anak muda lain, " Imbuhnya. (Z-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat