visitaaponce.com

Bela Diri dan Pembentukan Mental

Bela Diri dan Pembentukan Mental
Letnan Jenderal TNI Richard Taruli Horja Tampubolon(Dok. Pribadi)

LETNAN Jenderal TNI Richard Taruli Horja Tampubolon tak akan pernah meninggalkan bela diri. Inspektur Jenderal TNI AD itu mengenal bela diri sejak berseragam putih-biru sewaktu di Palembang. Lama bertugas di Kopassus, Richard makin dekat dengan bela diri. 

Richard menceritakan, saat dirinya menginjak masa remaja, dia mulai dekat dengan bela diri. Khususnya tinju. Ayahnya, Mula Jadi Tampubolon kala itu selaku Ketua Komisi Tinju Sumatera Selatan (Sumsel) menyuruhnya untuk berlatih tinju. Ia mengaku bela diri mengajarkannya banyak hal. Tak hanya kekuatan fisik, ketangkasan, tetapi juga mental tak mudah menyerah dalam menghadapi segala rintangan dan strategi bertarung. 

"Bela diri prinsipnya sama dengan tentara. Kalau di tentara ada namanya biltus (akronim dari pengambilan keputusan). Kapan harus menyerang, kapan harus bertahan," kata Richard.

Baca juga: PB WI Persiapkan 24 Atlet ke Kejuaraan Asia Wushu Junior 2023

Keahlian bela dirinya makin terasah sejak masuk militer. Lulusan Akademi Militer (Akmil) 1992 itu menekuni beragam jenis bela diri, di antaranya silat dan karate. Setelah bergabung dalam Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Richard makin mendalami bela diri jiu jitsu dan yong moo do. Bela diri, menurutnya, sangat erat kaitannya dengan pembentukan karakter seorang prajurit. 

"Bela diri berarti bela bangsa," kata Wadanjen Kopassus periode 2017-2018.

Baca juga: Baku Hantam Championship Session 3 Siap Wadahi Aksi Para Petarung

Berbekal pengalaman selama bertugas di Korps Baret Merah membuatnya ingin terus membaktikan diri untuk negeri hingga dipercaya menjadi bagian dari tim Latihan Satlak Prima 2011. Richard diberi tugas khusus membentuk karakter para atlet nasional dan manajer serta tim pelatih untuk menghadapi SEA Games 2011, Jakarta-Palembang.  

"Bersama tim Satlak Prima, kami menyusun kurikulum khusus dari pendidikan militer Kopassus untuk pembentukan karakter untuk atlet. Dari situ akhirnya kami mengerti bahwa pembentukan karakter dan mental sangat penting bagi atlet saat menghadapi pertandingan," kata Panglima Komando Daerah Militer XVI/Pattimura 2021-2022. 

Pengalaman tersebut semakin membuka pikiran Richard bahwa membentuk atlet berprestasi tak melulu soal mengasah skill dan kekuatan fisik. Baginya, perencanaan matang, pembentukan karakter dan mental, serta dukungan sport science pun sangat penting. 

“Seorang atlet dengan skill hebat sekali pun, ketika berpikir pesimistis sebelum bertanding, sesungguhnya dia sudah kalah saat itu juga,” kata Richard. 

Menurutnya, di balik atlet berprestasi terdapat organisasi dan kepengurusan solid. Maka, syarat mutlak agar organisasi keolahragaan bisa terus menghasilkan prestasi bagi cabang olahraganya diperlukan pemimpin dengan dukungan kuat dari seluruh ekosistem di dalamnya. 

“Misalnya, harus punya tim pelatih hebat, memiliki tim sport science termasuk dukungan tim medis dan masseur mumpuni. Selain itu organisasi tersebut harus memiliki perencanaan dan target yang terukur,” tuturnya.

Richard mengaku siap mengabdikan diri untuk mengembangkan organisasi di salah satu cabang olahraga. Ia bertekad  akan mencurahkan semua pengalaman dan kemampuan terbaiknya demi kemajuan dan prestasi para atlet.

“Ketika saya dibutuhkan, saya siap,” pungkasnya (Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat