visitaaponce.com

Waspadai Penyakit Kanker yang Terus Ada

Waspadai Penyakit Kanker yang Terus Ada
Dr dr Theresia Monica Rahardjo SpAn ! Dokter Spesialis dan Konsultan Anestesiologi, Inisiator Terapi Plasma Konvalesen di Indonesia(Dok. MI)

HARI Kanker Sedunia diperingati setiap 4 Februari dan pada tahun ini mengangkat tema 'Close the Cure Gap' yang bertujuan meminimalkan kesenjangan perawatan dan menekankan kesetaraan layanan medis pada pasien kanker. Saat ini kita diingatkan kembali akan bahaya penyakit kanker yang seakan terlupakan selama pandemi covid-19.

Adapun penyakit kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel abnormal yang berlebihan sehingga menyebar dan merusak sel-sel tubuh yang normal. Akibatnya hingga kematian penyintasnya.

Beberapa faktor risiko penyebab kanker diantaranya faktor genetik, lingkungan, virus, makanan dan gaya hidup. Faktor genetik dapat dilihat bila dalam satu atau beberapa orang dalam satu keluarga yang berkerabat menderita kanker maka kemungkinan anak-anaknya berisiko lebih tinggi untuk terpapar kanker.

Faktor lingkungan, salah satunya pengaruh polusi atau asap rokok yang dapat menjadi pemicu timbulnya kanker paru. Paparan sinar ultraviolet dalam jumlah besar dan waktu yang lama juga dapat memicu timbulnya kanker pada seseorang.

Beberapa jenis virus juga dapat menyebabkan kanker, seperti virus Papiloma, Sitomegalo, Hepatitis B, Epstein dan HIV. Asupan makanan yang mengandung bahan kimia dapat menyebabkan kanker pada saluran cerna.

Perilaku yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol dan makanan yang mengandung banyak bahan pengawet juga dapat menambah kemungkinan timbulnya kanker.

Berdasarkan data 2010, kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak, mencapai 40,3% dari seluruh populasi dunia dan pada tahun yang sama jumlah pasien rawat inap karena kanker payudara di Indonesia mencapai 28,7%. Disusul kanker mulut rahim, kanker paru dan kanker usus besar.

Penyebaran kanker bisa melalui aliran darah dan kelenjar getah bening. Saat stadium awal kanker payudara, misalnya, umumnya diawali dengan adanya benjolan yang bisa digerakkan di daerah payudara. Pada stadium lebih lanjut benjolan tersebut membesar dan terfiksasi tidak bisa digerakkan. Disusul permukaan payudara menjadi seperti kulit jeruk serta pada stadium akhir ditandai dengan keluarnya cairan atau darah dari puting susu.

Pada 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus atau sekitar 16,6% dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia, dengan jumlah kematian mencapai 22.000. Dari kasus yang terdeteksi, 70% sudah dalam stadium lanjut.

Tingginya angka kanker payudara di Indonesia tentunya menjadi perhatian khusus pemerintah melalui 3 pilar Strategi Nasional Penanggulangan Kanker Payudara Indonesia. Tiga pilar itu meliputi promosi kesehatan, deteksi dini, dan tatalaksana kasus. Strategi ini tentunya juga dapat diterapkan untuk jenis kanker yang lain.

Program tersebut memiliki target deteksi dini kanker payudara sebesar 80% perempuan berusia 30-50 tahun, diagnosis 40% kasus stadium 1 dan 2, serta 90 hari pengobatan. Untuk mencapai target ini diperlukan kerja sama antara pemerintah (Kementerian Kesehatan), pihak swasta baik dari Yayasan Kanker Payudara Indonesia maupun berbagai pusat layanan kesehatan masyarakat, serta seluruh komponen masyarakat. Kanker memang seakan tidak tampak, tetapi penyakit ini ada dengan angka kematian yang nyata.(H-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat