visitaaponce.com

Placebo dan Nocebo

Placebo dan Nocebo
Iqbal Mochtar, Pengurus PB IDI dan PP IAKMI(Dok Pribadi)

PENGOBATAN adalah bidang yang sangat kompleks. Banyak faktor yang berpengaruh didalamnya. Dengan kompleksitas ini, tidak semua pengobatan dapat dimutlak-multakkan. Sering ada deviasi atau hal-hal yang belum memiliki penjelasan rasional.

Pernah dengar istilah placebo? Istilah ini sering menggaung dibidang pengobatan. Placebo adalah fenomena dimana bahan atau tindakan yang secara obyektif tidak memiliki efek terapeutik namun justru memberikan perbaikan subjektif pasien. Contohnya, sebuah pil yang tidak mengandung bahan aktif namun saat diberikan kepada pasien ternyata memberikan kesembuhan atau keringanan penyakit. Kok bisa?

Respons placebo terjadi ketika seseorang percaya bahwa mereka menerima perawatan yang efektif dan karenanya merasa akan lebih baik dan sembuh. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan placebo dalam uji klinis dapat menghasilkan perbaikan signifikan dalam keluhan subjektif pasien, meskipun tidak ada perubahan objektif dalam penyakit yang mendasarinya.

Meskipun placebo tidak memiliki efek farmakologis yang terukur, mekanisme psikologis dan neurobiologis tertentu membuatnya efektif dalam menghasilkan respons tubuh yang positif. Keyakinan pasien terhadap efektivitas perawatan, harapan pemulihan, dan interaksi positif antara pasien dan tenaga medis semuanya berkontribusi terhadap respons placebo. Secara neurobiologis, respons placebo dikaitkan dengan pelepasan endorfin, yaitu senyawa kimia alami yang menghasilkan perasaan kenyamanan dan pengurangan nyeri.

Fenomena placebo ini sering dimanfaatkan dalam penelitian. Misalnya untuk menguji efektivitas obat baru. Dalam uji ini, sekelompok pasien diberi obat aktif yang sementara diuji sementara kelompok lainnya menerima placebo yang tidak mengandung bahan aktif. Pasien dalam kelompok placebo tidak menyadari bahwa mereka menerima placebo, sehingga mereka memiliki harapan yang sama dengan pasien yang menerima bahan obat aktif. Dengan membandingkan respons pasien dalam kedua kelompok, para peneliti dapat mengevaluasi apakah obat tersebut memiliki efek terapeutik yang signifikan dibandingkan dengan efek harapan atau sugesti semata.

Contoh lain penggunaan placebo adalah dalam pengobatan nyeri. Dalam beberapa kasus, ketika tidak ada obat nyeri yang efektif yang tersedia, dokter kadang memberikan pasien pil placebo dengan harapan keyakinan akan pil tersebut dapat membantu mengurangi nyeri. Dalam beberapa kasus, efek placebo ternyata menghasilkan perbaikan nyeri yang signifikan, meskipun tidak ada zat aktif yang terkandung dalam pil tersebut. Placebo juga dapat digunakan dalam pengobatan gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan. Respons placebo ternyata dapat menghasilkan perbaikan subjektif dalam suasana hati dan gejala psikologis pasien.

Nocebo adalah kebalikan dari placebo. Fenomena ini terjadi ketika keyakinan negatif atau harapan buruk seseorang terhadap efek obat atau perawatan memperburuk kondisi pasien. Sebagai contoh, jika seorang pasien percaya bahwa obat tertentu akan menyebabkan efek samping yang parah, mereka mungkin mengalami gejala yang lebih buruk atau efek samping yang lebih serius daripada yang sebenarnya terkait dengan obat tersebut.

Kasarnya, efek buruk obat atau tindakan sebenarnya ringan, namun sang pasien merasakannya sangat berat akibat efek nocebo. Respons nocebo juga melibatkan faktor psikologis dan neurobiologis. Keyakinan pasien terhadap efek samping obat, harapan buruk, dan faktor lingkungan seperti informasi negatif tentang suatu obat atau perawatan dapat memicu respons nocebo. Secara neurobiologis, respons nocebo dapat mengaktifkan respon stres dan menghasilkan pelepasan zat kimia negatif dalam tubuh.

Peran placebo dan nocebo dalam bidang medis memiliki implikasi penting dalam pengobatan pasien. Penelitian menunjukkan bahwa respons placebo dapat memiliki efek nyata dalam mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun, respons nocebo juga dapat menjadi hambatan dalam proses pengobatan, menghambat pemulihan dan memperburuk kondisi pasien.

Oleh karena itu, penting bagi tenaga medis untuk menyadari kekuatan sugesti dan efek harapan dalam meresepkan obat dan memberikan perawatan kepada pasien. Komunikasi yang jelas dan positif dengan pasien, memberikan informasi yang akurat dan meminimalkan harapan negatif dapat membantu mengurangi respons nocebo dan meningkatkan efek placebo.

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat