visitaaponce.com

Deradikalisasi Teroris Lone Wolf lebih Mudah

Deradikalisasi Teroris Lone Wolf lebih Mudah
Kepala Pusat Riset kajian Terorisme Benny Mamoto.(ANTARA/ISMAR PATRIZKI )

EDUKASI yang masif di dalam keluarga, khususnya terkait pendidikan karakter hingga pendidikan keagamaan, dapat menekan fenomena lone wolf atau model teroris yang bergerak sendiri. Bila sudah terlanjur bermanifestasi, deradikalisasi terhadap model teroris seperti mereka lebih mudah ketimbang anggota jaringan.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Riset kajian Terorisme Benny Mamoto dalam bincang daring kajian terorisme yang diselenggarakan Universitas Indonesia, Kamis, (9/7).

"Edukasi di tingkat keluarga itu menjadi sangat penting, perlu saya sampaikan bahwa pendidikan dalam keluarga baik pendidikan karakter, pendidikan tentang religi, kemudian integritas, itu menjadi sangat penting," ucap Benny.

Menurutnya, keluarga merupakan lingkungan paling awal yang dapat memberikan edukasi. Jika pendidikan di dalam keluarga sudah kuat,  kemungkinan seseorang terkena paham radikal akan lebih kecil.

"Karena jika itu sudah dibangun dengan kuat di dalam keluarga, ketika dia keluar dari lingkungan keluarga, dia sudah akan bisa memilih memilah dan menyeleksi mana yang baik dan buruk," jelasnya.

Benny menyebutkan selain edukasi di dalam keluarga, edukasi di lingkungan sekolah dan lingkungan sipil juga tak kalah penting dalam menekan fenomena lone wolf.

"Kita yakin ketika edukasi itu dapat dilakukan dengan masif, akan lebih mudah aparat untuk bertindak atau mendeteksi atau mengidentifikasi tanda-tanda seseorang teradikalisasi. Karena orang yang bisa mengidentifikasi awal tanda-tanda seseorang teradikalisasi adalah keluarga sendiri," tuturnya.

Pengajar Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (UI) Puspitasari menyebutkan kehadiran lone wolf dalam lingkungan masyarakat sejatinya dapat dideteksi. Terutama pada mereka yang selalu memiliki kecenderungan mengungkapkan atau mengekspresikan cara berpikir mereka, mengekspresikan gagasan mereka baik secara langsung, ataupun tidak langsung,

"Dari sisi tidak langsung itu kelihatan dari seperti apa afiliasi mereka kepada orang-orang tertentu atau pada buzzer tertentu, atau pada influencer tertentu. Kecenderungan kita berafiliasi kepada influencer tertentu atau opinion leader tertentu itu sebetulnya merupakan indikasi memiliki kecenderungan teradikalisasi," terang Puspitasari

Terlebih, jika seseorang terafiliasi pada influencer yang memiliki suara paling lantang terkait radikal.

Di sisi lain, Benny menyebutkan meskipun sesorang sudah terpengaruh paham radikal lone wolf, tidak menutup kemungkinan seseorang tersebut dapat dilakukan deradikalisasi. "Sebetulnya kalau belajar dari pengalaman untuk deradikalisasi lone wolf tentunya akan lebih mudah," jelasnya.

Menurutnya deradikalisasi pada lone wolf lebih mudah jika dibandingkan dengan seseorang yang sudah menjadi anggota jaringan puluhan tahun yang sudah amat militan.

"Lone wolf ini rata-rata belum sampai seperti seseorang yang menjadi anggota jaringan teroris puluhan tahun, sehingga ketika kita sudah menemukan akar masalah, kemudian sudah bisa dibangung kembali rasa kepercayaan, kemudian ada rasa percaya diri, ada rasa percaya kepada aparat. Itu proses deradikalisasi akan bisa berjalan dengan mudah," tandas Benny. (P-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat