Tanggapi Dino Djalal, Djumala Diplomasi Perdamaian Bukan Pabrik Tempe.
![Tanggapi Dino Djalal, Djumala: Diplomasi Perdamaian Bukan Pabrik Tempe.](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/07/fa77be6205ee56b469f4966a7d9b01ae.jpg)
KUNJUNGAN Presiden Joko Widodo Jokowi ke Ukraina dan Rusia usai menghadiri Pertemuan G7 di Jerman banyak mendapat reaksi dari publik Indonesia.
Dino Patti Djalal, mantan Wakil Menteri Luar Negeri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan “secara umum misi perdamaian Jokowi belum terwujud pada hari ini” (detik.com).
Dino juga tidak melihat adanya terobosan dalam misi perdamaian Jokowi itu. Dikatakan, “dari segi misi perdamaian, tidak ada terobosan. Sebab, kalau misi perdamaian berarti konsep perdamaian diterima kedua pihak, baik Ukraina maupun Rusia” (News).
Menanggapi Dino, diplomat Darmansjah Djumala menegaskan, dalam fatsun diplomasi, perdamaian setidaknya harus melalui tiga proses, yaitu komunikasi, penghentian kekerasan dan dialog.
Tiga tahapan proses itu sering dirujuk sebagai adab diplomasi. Dikatakan oleh Djumala, yang pernah menjabat sebagai Dubes Indonesia untuk Austria dan PBB di Wina, pembicaraan dan negosiasi perdamaian tak akan bisa dimulai jika tidak ada komunikasi.
"Sebab, dari komunikasi itulah kedua seteru bisa mengetahui posisi dan apa yang diinginkan oleh masing-masing pihak. Untuk itu dibutuhkan pihak ketiga untuk mediasi agar kedua pihak dapat berkomunikasi. Dengan mengadakan pertemuan empat mata dengan Zelensky dan Putin, Jokowi sejatinya sudah membuka pintu komunikasi<' katanya.
Lebih jauh diungkapkan Djumala, yang saat ini menjabat sebagai Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, untuk memulai dialog dan perundingan kekerasan harus diakhiri. Perang harus dihentikan. Inilah imbauan yang disampaikan kepada Zelensky dan Putin.
"Jika kekerasan sudah tidak ada lagi, perang berhenti karena gencatan senjata, maka tersedia ruang kondusif untuk berunding mencari jalan damai. Jadi tidak heran jika salah satu misi Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah menghentikan kekerasan dan peperangan," ujarnya.
Baca juga : Airlangga: Lawatan Presiden ke Eropa Timur Tidak Gagal
Djumala mengungkapkan, dengan adanya proses komunikasi, penghentian kekerasan dan dialog dalam setiap upaya peredaan konflik, inisiatif perdamaian butuh waktu lama, bertahun-tahun, melalui proses panjang dan berliku. Sebab, perdamaian bukan barang sekali tepuk jadi.
"Kerja diplomasi perdamaian tentu beda dengan cara kerja pabrik tempe: hari ini kedele besok jadi tempe," tukasnya.
Dewan Pakar BPIP itu meyakini, pesan damai yang dibawa Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah manifestasi nilai yang terkandung dalam Pancasila, yaitu sila kedua tentang kemanusiaan dan sila ketiga terkait nasionalisme Indonesia.
Seperti yang diajarkan Bung Karno, nasionalisme Indonesia bukanlah sikap bangga dengan negara dan cintah tanah air tapi menarik diri dari pergaulan internasional. Justru, nasionalisme Indonesia mekar dalam taman sari internasionalisme.
Internasionalisme disini merujuk pada nilai kemanusiaan, menghargai harkat manusia tanpa membedakan bangsa, etnik, suku dan agama. Alhasil, misi perdamaian Jokowi ke Ukraina dan Rusia merupakan perwujudan nasionalisme kemanusiaan.
Nasionalisme, karena membawa nama baik Indonesia dalam pergaulan internasional. Kemanusiaan, karena penghentian kekerasaan dimaksudkan untuk menghindari hilangnya nyawa manusia tak berdosa akibat perang.
"Diplomasi perdamaian Jokowi adalah langkah awal membuka pintu komunikasi bagi kedua seteru agar dapat mengakhiri perang sehinga damai tercipta," tutup Djumala. (RO/OL-7)
Terkini Lainnya
BPIP Minta Tambahan Anggaran Rp100 Miliar, untuk Apa Saja?
Megawati, Ganjar, dan Mahfud Hadiri Upacara Hari Lahir Pancasila di Ende
BPIP Lakukan Pengecekan Akhir Persiapan Upara Hari Lahir Pancasila
Pendidikan Pancasila Kekinian Ajak Milenial Hindari Paparan Terorisme
Sambut Hari Pancasila, BPIP Gelar Kirab Pancasila Bentangkan Merah Putih di CFD Jakarta
Pengamalan Pancasila Sila ke-2 dalam Kehidupan Sehari-hari
Berkunjung ke Ukraina, Aktivis HAM Natalius Pigai Usulkan 8 Poin Perlindungan Warga Sipil
G7 Peringatkan Dukungan Tiongkok kepada Rusia dalam Perang Ukraine
Ukraina Menolak Usulan Perdamaian dengan Rusia
Ini Syarat Baru dari Rusia untuk Berdamai dengan Ukraina
Konstruksi Perang yang Maskulin Buat Perempuan dan Anak Jadi Korban
Benjamin Netanyahu: Israel Siap untuk Operasi Intens di Perbatasan Libanon
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap