visitaaponce.com

Hadapi Tahun Politik, Media Indonesia Tingkatkan Kompetensi Wartawan

Hadapi Tahun Politik, Media Indonesia Tingkatkan Kompetensi Wartawan
Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Media Indonesia kembali melaksanakan UKW Angkatan ke-3 untuk menghasilkan wartawan yang kompeten.(Dok MI.)

TUNTUTAN kualitas jurnalisme semakin meningkat di era derasnya informasi saat ini. Informasi yang mudah diakses lewat media sosial sering kali tidak terverifikasi dengan baik sehingga berita hoaks tak mampu terbendung. Terlebih berita palsu pada tahun politik saat ini bisa saja mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh sebab itu, Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Media Indonesia kembali melaksanakan UKW Angkatan ke-3 untuk menghasilkan wartawan yang kompeten.

Dibuka Direktur Lembaga Uji Kompetensi Media Indonesia Gaudensius Suhardi, kegiatan dimulai dengan Workshop Pra UKW bertajuk Peran Media Dalam Menghadapi Tahun Politik yang dilakukan secara daring, Jumat (13/10). Ia mengatakan saat ini, pers tidak sekadar mengagungkan demokrasi prosedural tetapi harusnya memasuki demokrasi substansial. Dalam hal ini, pers tidak hanya meramaikan dengan memberitakan pemilu tetapi tetapi harus menyoroti mengenai hak-hak pemilih agar hak rakyat terjamin.

"Supaya bisa memasuki demokrasi substansi, kualitas wartawan harus terus ditingkatkan. Dalam rangka meningkatkan kualitas karyawan itulah kita melaksanakan uji kompetensi," kata Gaudensius dalam sambutannya.

Baca juga: MK Rusak Sendi Hukum Indonesia jika Kabulkan Syarat Usia Capres-Cawapres

Pada UKW yang diikuti 17 peserta dari wartawan Media Indonesia, Lampung Post, Medcom.id, dan Metro TV itu, mantan anggota Dewan Pers Agus Sudibyo menyampaikan perlu kehati-hatian dalam mencari sumber berita, khususnya di media sosial seperti Instagram, Twitter/X, Youtube yang bisa saja dijadikan konten propaganda sebagai media untuk memecah belah publik. Hal ini, ungkapnya, terjadi belakangan ini di Amerika beberapa waktu silam.

"Jangan menjadi follower medsos karena di sana kebenaran dan kepalsuan bercampur tanpa batas yang jelas. Informasi yang didapatkan di medsos perlu disikapi dengan selidik. Jika ingin itu diberitakan anggap sebagai bahan mentah yang perlu diolah lagi," ucap Agus.

Baca juga: Projo Tunggu Putusan MK untuk Deklarasi Cawapres

Karena itu, menurutnya, gerakan fact check it harus dilakukan semua orang, termasuk wartawan yang bekerja di media. Dalam konteks pemilu, peran wartawan pun harus dapat menjadi jembatan dengan cara menyediakan informasi yang memadai, komprehensif, dan proporsional.

Pembicara lain, Dewan Pengarah Dewan Redaksi Media Group Saur Hutabarat menyampaikan perihal sikap kritis dalam menghadapi pemilu ke depan. Ia menyoroti berbagai sudut pandang isu politik pada pilpres 2024. Seperti diketahui Presiden Joko Widodo mendukung langkah PDIP mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden. Sementara itu, putra dari Jokowi sekaligus Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka santer disebut-sebut akan mendampingi bakal calon presiden Prabowo Subianto. Isu-isu yang berkembang terkait prediksi ke depan harus disikapi dengan kritis mengingat peran media dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat.

Selain kritis, karakter jurnalis pun memiliki beberapa kriteria. Pada jurnalis investigasi, misalnya, Senior Produser Metro TV Rahdhini Ikaningrum mengungkapkan jurnalis harus independen, luwes menembus narasumber, memihak pada kebenaran, taat logika, dan tidak menerima 'amplop'. Dalam presentasinya bertajuk Menggelorakan Jurnalisme Investigasi di sesi kedua UKM, ia juga membagikan pengalamannya dalam memberitakan sejumlah isu dengan praktik investigasi sebagaimana hal ini dilakukan karena ada dugaan pelanggaran yang dilkakukan individu atau sekelompok orang atau penguasa yang merugikan kepentingan publik. 

Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan IJTI Imam Wahyudi juga membagikan perihal Jurnalisme Positif kepada para peserta UKW agar kompetensi wartawan memiliki sikap serupa dalam menyajikan pemberitaan. Lebih jauh Imam berharap dengan pelaksanaan UKW dapat menunjukkan kompetensi para jurnalistik yang paham betul mengenai dunia jurnalistik.

"Mudah-mudahan kalau teman-teman sudah lulus semakin menunjukkan bukan bagian dari ribuan atau puluhan ribu yang mengaku jurnalis tetapi enggak paham jurnalisme. Teman-teman harus berdiri di depan untuk menunjukan bahwa jurnalis ialah profesi yang patut dibanggakan," pungkasnya. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat