visitaaponce.com

Glbran, Asam Sulfat, dan Tip of the Tongue

Glbran, Asam Sulfat, dan Tip of the Tongue
Holy Adib(Dok pribadi)

GIBRAN Rakabuming diolok-olok di media sosial karena salah menyebut nama zat yang dibutuhkan ibu hamil untuk mencegah anak menjadi tengkes (stunting). Nama zat itu asam folat, tetapi disebut asam sulfat oleh cawapres nomor urut 2 tersebut. Padahal, asam folat dan asam sulfat itu zat yang berbeda jauh. Karena itu, Gibran disebut kurang wawasan sebab tidak tahu nama zat asam folat.

Baca juga: Kedaulatan Rakyat Dikorupsi

Persoalan salah sebut dua kata yang bunyinya mirip, seperti folat dan sulfat, tersebut merupakan gejala yang lazim dalam berbahasa. Dalam psikolinguistik gejala itu diistilahkan dengan tip of the tongue. Soenjono Dardjowidjojo dalam bukunya yang terkenal, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (2008), memadankan istilah tersebut dengan lupa-lupa ingat.

“Ada satu gejala lain dalam wicara yang berkaitan dengan ingatan kita. Kadang-kadang manusia tidak ingat sepenuhnya akan suatu kata yang mungkin sudah lama tidak dia pakai. Akan tetapi, dia tidak lupa benar kata itu,” kata Dardjowidjojo saat menjelaskan tip of the tongue.

Baca juga: Kampanye Pileg yang Terpinggirkan

Untuk menerangkan tip of the tongue, Dardjowidjojo mengutip eksperimen yang dilakukan oleh Brown dan MacNeil (1966). Mereka meminta orang untuk menyatakan nama suatu benda yang dalam kehidupan sehari-hari tidak umum dipakai, yaitu sextant (alat petunjuk pelayaran untuk mengukur altitud bulan, matahari, dan bintang).

Mereka mendapati bahwa dalam gejala tip of the tongue ternyata kata yang bermunculan bukan sembarang kata. Untuk konsep yang wujud katanya harusnya sextant itu, orang yang lupa-lupa ingat ada yang mengatakan secant, ada yang menyebut sextet, dan ada pula yang sexton. Dalam penelitian Nickel dan Howard (2000) disebut bahwa sekitar 75 persen orang yang lupa-lupa ingat menerka kata tidak terlalu keliru.

Baca juga: Gerakan Integritas Akademik

Dari penelitian tersebut Dardjowidjojo menyimpulkan bahwa dalam gejala tip of the tongue tampaknya ada pola tertentu yang diikuti orang, yaitu jumlah suku kata selalu benar, bunyi awal kata itu juga benar, dan hasil akhir kekeliruan itu mirip dengan kata yang sebenarnya. Pola itu pulalah yang membuat orang tidak menyebut sexaphone atau repelent saat diminta menyebut benda bernama sextant karena, antara lain, jumlah suku katanya berbeda.

Persoalan yang dijelaskan oleh Dardjowidjojo merupakan persoalan penyimpanan kata dalam leksikon mental manusia dan retrival (pemanggilan kembali kata yang disimpan) kata dalam minda (benak) untuk dikeluarkan melalui alat ucap. Dardjowidjojo mengatakan bahwa dalam hal penyimpanan dan retrival kata, persoalannya ialah bagaimana kata itu disimpan dalam minda sehingga dapat diretrif dengan mudah.

Dari beberapa teori penyimpanan dan retrival kata yang disebut Dardjowidjojo, salah satu teorinya ialah kemiripan bunyi. “Kata tampaknya juga disimpan berdasarkan kemiripan bunyi. Orang yang lupa-lupa ingat pasti terkaan katanya tidak jauh dari kata targetnya—jumlah suku katanya sama, bunyi awalnya sama, dan seluruh kata itu mirip dengan kata yang dicarinya. Orang yang lupa-lupa ingat akan makanan yang bernama gelek akan meraba-raba dengan mengatakan getek, getuk, gender atau beberapa kata yang lain lagi,” tuturnya.

Mengenai kekeliruan karena kemiripan bunyi, Dardjowidjojo menyebut bahwa hal itu tidak hanya ditemukan pada gejala lupa-lupa ingat, tetapi juga pada kekeliruan bunyi umum yang lain. Ia menemukan hal itu kasus salah sebut ijazah menjadi jenazah. Ia menemukan hal itu ketika bertanya kepada seorang mahasiswa Amerika yang lama tinggal dan mengajar di Indonesia tentang bukti bahwa mahasiswa tersebut punya gelar magister. Si mahasiswa menjawab, “Maaf, Pak, jenazah saya masih di Hawaii.” Padahal, maksudnya ijazah.

Dardjowidjojo menyimpulkan kekeliruan-kekeliruan bunyi seperti itu menunjukkan bahwa kata-kata yang mirip bunyinya disimpan berdekatan dalam leksikon mental manusia.  Teori gejala tip of the tongue juga teori penyimpanan dan retrival kata tersebut dapat digunakan untuk membedah tuturan Gibran tentang asam sulfat dan asam folat.

Untuk membahas tuturan tersebut perlu dihadirkan dulu tuturannya. Gibran dua kali salah menyebut asam folat dengan istilah asam sulfat. Pertama, ia menyebutnya dalam acara “Diskusi Ekonomi Kreatif Bersama Mas Gibran” di Senopati, Jakarta Selatan, 3 Desember 2023. “Lalu ketika hamil harus dicek, ya, misalnya asam sulfat, yodiumnya terpenuhi nggak,” ujarnya sebagaimana dikutip dari “Empat Hari Maraton Kampanye, Dua Kali Gibran Salah Sebut Asam Sulfat untuk Ibu Hamil” (Republika.co.id, 5 Desember 2023).

Kedua, ia menyebutnya di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah 2, Kecamatan Batu Ceper, Kota Tangerang, 4 Desember 2023. “Harus dicek yodium, asam sulfat ini memenuhi nggak. Nanti kalau sudah melahirkan anaknya harus dicek juga,” tuturnya.

Penjelasan pertama, asam folat bukanlah istilah umum atau istilah yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat umum. Asam folat merupakan istilah bidang kesehatan, khususnya nutrisi. Asam folat adalah vitamin B kompleks yang berfungsi sebagai pembawa unit satu karbon pada berbagai reaksi metabolis, terdapat dalam sayuran hijau dan hati, sangat penting bagi tubuh dalam pembentukan sel baru dan perawatan sel (KBBI VI).

Sementara itu, asam sulfat merupakan istilah bidang kimia. Dikutip dari “Beda Asam Sulfat, Folat, dan Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari” (Tirto.id, 5 Desember 2023), asam sulfat adalah cairan jernih, tidak berwarna, dan berminyak yang sangat korosif. Asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, bahan peledak, asam lainnya, dan lem; dalam pemurnian minyak bumi; dalam pengawetan logam; dan dalam baterai timbal-asam (yang digunakan pada sebagian besar kendaraan).

Selain karena asam folat dan asam sulfat bukan istilah umum yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat biasa, Gibran bukanlah orang yang ahli di bidang kesehatan dan kimia. Oleh sebab itu, ia tidak akrab dengan kedua istilah tersebut dan jarang menggunakannya. Padahal, kata Dardjowidjojo (2008), suatu kata akan mudah diretrif apabila kata itu sering dipakai.

Maka, dapat dimaklumi penyebab Gibran sulit meretrif istilah asam folat sewaktu membahas zat yang dibutuhkan ibu hamil untuk mencegah anak tidak menjadi tengkes. Hal itu sama dengan gejala tip of the tongue dalam penelitian Brown dan MacNeil, yang meminta orang untuk menyatakan nama suatu benda yang dalam kehidupan sehari-hari tidak umum dipakai.

Penjelasan kedua, jumlah suku kata sulfat yang diucapkan Gibran sama dengan jumlah suku kata folat, yaitu dua suku kata. Hal itu sesuai dengan salah satu pola gejala tip of the tongue yang disebut oleh Dardjowidjojo: “… dalam gejala tip of the tongue tampaknya ada pola tertentu yang diikuti orang, yaitu jumlah suku kata selalu benar, ….”

Akan berbeda halnya jika Gibran menyebut asam arakidonat (lima suku kata) meskipun kata itu sama-sama berakhir dengan bunyi -at dengan folat. Jika Gibran menyebut kata yang suku katanya lebih dari dua sebagaimana kata folat yang ia maksud, bisa dikatakan bahwa tuturannya itu tidak termasuk gejala tip of the tongue.

Penjelasan ketiga, Gibran menyebut satu kata yang sama dari dua frasa kata yang ia maksud. Istilah yang ia maksud asam folat, tetapi ia menyebut asam sulfat. Ia sudah benar menyebut kata asam. Hal itu menandakan bahwa Gibran memiliki pengetahuan tentang asam folat. Kalau tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang asam folat, ia tidak mungkin menyebut kata pertama dari istilah asam folat.

Seseorang dapat menyebut suatu kata, frasa, atau istilah apa pun kalau benaknya menyimpan kata, frasa, atau istilah tersebut. Dengan kata lain, alat ucap manusia tidak memproduksi kata dari ruang kosong.

Penjelasan keempat, bunyi akhir folat dan sulfat mirip. Hal itu sesuai dengan teori kemiripan bunyi dalam hal penyimpanan kata dalam leksikon mental yang disebut oleh Dardjowidjojo. Kasus salah sebut kata yang memiliki kemiripan bunyi yang dilakukan Gibran memperkuat kesimpulan Dardjowidjojo tentang teori kemiripan bunyi: “… kekeliruan-kekeliruan bunyi seperti itu menunjukkan bahwa kata-kata yang mirip bunyinya disimpan berdekatan dalam leksikon mental manusia.”

Akan berbeda halnya jika Gibran menyebut asam lambung karena bunyi kata keduanya berbeda dengan asam folat (lambung versus folat). Jika Gibran menyebut kata yang tidak sama bunyinya dengan kata folat yang ia maksud, bisa dikatakan bahwa tuturannya bukanlah gejala tip of the tongue.

Penjelasan kelima, memaknai sebuah kata atau istilah harus dimaknai berdasarkan konteks penggunannya. Kita tidak bisa memaknai sebuah kata atau istilah hanya dengan melihat makna leksikalnya atau makna kata atau istilah ketika berdiri sendiri alias lepas konteks. Makna kata atau istilah yang sebenarnya muncul ketika digunakan dalam sebuah wacana yang memiliki konteks.

Gibran menyebut asam sulfat ketika membahas zat yang dibutuhkan ibu hamil untuk mencegah anak menjadi tengkes. Maka, tidak mungkin otak Gibran bermaksud memunculkan makna leksikal asam sulfat meskipun alat ucapnya memproduksi istilah asam sulfat karena konteksnya pembahasannya ialah nutrisi, dalam hal ini asam folat.

Karena pikiran dan alat ucap Gibran tidak sinkron dalam mengucapkan asam folat, ia bisa disebut mengalami gejala tip of the tongue. Sebagaimana padanan istilah tersebut menurut Dardjowidjojo, yaitu lupa-lupa ingat, Gibran bukanlah orang yang sama sekali tidak tahu dengan istilah asam folat sebab lupa-lupa ingat artinya tidak benar-benar lupa dan tidak benar-benar ingat. Namun, yang pasti ia punya pengetahuan tentang asam folat dan istilah itu ada dalam leksikon mentalnya.

Akhirulkalam, kebijaksanaan orang dalam berbahasa ialah memahami dan memaklumi orang lain. Orang yang mengerti bahwa Gibran menyebut asam sulfat dengan maksud asam folat seharusnya dapat memaklumi lupa-lupa ingat Gibran tersebut sebab Gibran bukan orang yang berkecimpung pada bidang tempat istilah asam folat itu sering disebut, juga karena Gibran jarang menggunakan istilah itu. (P-3)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat