visitaaponce.com

Kunker Jokowi dan Kampanye Ganjar Berdempetan, Keduanya Punya Kesamaan Ceruk Elektoral

Kunker Jokowi dan Kampanye Ganjar Berdempetan, Keduanya Punya Kesamaan Ceruk Elektoral
Presiden Joko Widodo menandatangani prasasti Tugu Pancasila Kampung Tanama, Kabupaten Fakfak, Papua Barat(Biro Pers Setpres)

DIREKTUR Eksekutif IPRC Firman Manan mengatakan, ada indikasi Presiden Joko Widodo ingin menggarap ceruk elektoral serupa, dengan memilih daerah kunjungan kerja yang sama dengan capres Ganjar Pranowo

“Kalaupun benar tidak ada kesengajaan dalam kesamaan agenda, keberadaan Ganjar dan Jokowi di daerah yang sama memperlihatkan upaya menggarap ceruk elektoral yang serupa,” kata Firman hari ini (8/12). 

Kemudian, kunjungan kerja yang dilakukan Jokowi membawa misi tersendiri.

Baca juga: Istana Bantah Isu Jokowi Buntuti Kampanye Ganjar

“Karena yang dilakukan Jokowi, walaupun dalam bentuk kunjungan kerja, merupakan bentuk kampanye permanen (permanent campaign) yang dilakukan oleh pejabat publik untuk menjaga tingkat kepuasan publik, yang sekaligus berpotensi memberikan keuntungan bagi figur-figur yang diasosiasikan sebagai penerusnya, dalam hal ini Prabowo-Gibran," jelas Firman, yang juga Dosen Ilmu Politik di Universitas Padjajaran ini. 

Sebelumnya, capres Ganjar dan Presiden Jokowi sama-sama mengunjungi Papua dan Nusa Tenggara Timur. Kata Firman, wilayah Indonesia merupakan salah satu basis pemilih Jokowi. Namun kehadiran Ganjar bisa jadi mengancam posisinya. “Dengan demikian, kehadiran Jokowi pasca kampanye Ganjar dapat mengganggu upaya meningkatkan elektabilitas Ganjar di wilayah-wilayah tersebut,” imbuh Firman.

Baca juga: Ganjar Pranowo Komitmen Lanjutkan Pembangunan IKN jika Menang Pilpres

Tidak bisa dipungkiri, Presiden Jokowi dan Ganjar memiliki barisan pendukung yang beririsan dari PDIP. Ganjar mengincar suara pendukung Jokowi, begitu juga sebaliknya. 

“Nampaknya terdapat upaya untuk menggarap basis pendukung Jokowi, karena bagaimanapun masih terdapat pendukung Jokowi yang memiliki irisan dukungan dengan PDIP dan/atau Ganjar,” ungkap Firman.

Ganjar Pranowo sendiri mengaku tidak masalah dengan sikap Presiden Joko Widodo yang juga berkunjung ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Seperti diketahui, Ganjar baru saja berkampanye di NTT pada Jumat (1/12/2023) dan Sabtu (3/12/2023), sedangkan Jokowi bertolak ke NTT pada Senin (4/12/2023).

Pihak Istana pun membantah mengikuti Ganjar ke sejumlah wilayah, beberapa waktu ini. Jokowi menerangkan bahwa agenda kunjungan kerja sudah dirancang beberapa bulan sebelumnya, dengan tujuan yang jelas. 

"Ya ndak lah, ndak seperti itu. Jadwal untuk kunjungan presiden itu sudah dirancang tiga bulan sebelumnya dan pasti ada tujuannya," kata Jokowi.

 

Sulit Dikatakan Kebetulan

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam menilai, kendati berbeda hari, keberadaan Jokowi di lokasi kampanye Ganjar sulit dikatakan sebagai hal kebetulan. Hal itu dikarenakan dinamika politik yang semakin kencang, sehingga berbagai isu dan anggapan bisa muncul ke tengah publik.

"Hal begini tak terhindarkan dalam politik dan jika muncul saling curiga menurut saya hal yang wajar termasuk dalam konteks tadi bisa jadi sulit itu dipahami sebagai kebetulan," terangnya.

Di sisi lain, pihak Istana sulit dikatakan untuk tidak punya kepentingan dalam Pilpres 2024. Utamanya terkait dukungan terhadap paslon tertentu yang dinilai mampu melanjutkan program yang belum rampung.

"Bagaimana pun pihak istana pasti punya kepentingan dalam kontestasi 2024, khususnya terkait siapa suksesor yang bisa menjamin program-program istana yang belum tuntas bisa dilanjutkan," terangnya.

Selain itu, tidak bisa dipungkiri juga bahwa Istana akan lebih dekat dengan paslon yang ada anak presiden yakni Gibran Rakabuming Raka yang menjadi cawapres Prabowo Subianto. "Jika melihat realitas saat ini sepertinya istana akan lebih dekat ke paslon di mana anak Presiden Jokowi ikut serta," tandasnya. 

Surokim menerangkan kondisi saling curiga ini akan terus ada seiring tensi politik yang semakin tinggi. "Harus diakui tensi politik kian menghangat dan upaya saling mencurigai itu wajar terjadi dalam posisi begini," pungkasnya. (RO/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat