visitaaponce.com

Belajar dari Pemilu Filipina, Rakyat Indonesia Harus Paham Sejarah

Belajar dari Pemilu Filipina, Rakyat Indonesia Harus Paham Sejarah
Para capres dan cawapres(AFP )

TERPILIHNYA Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr sebagai Presiden Filipina pada Pemilu 2022 lalu dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat Indonesia yang bakal memilih presiden dan wakil presiden pada 2024 mendatang. Strategi kampanye Bongbong yang minim gagasan berhasil menutup narasi kelam Filipina saat dipimpin ayahnya, Ferdinand Marcos Sr.

Kandidat doktor dari Universitas Maastricht, Ari Perdana menjelaskan, Bongbong memaksimalkan media sosial saat berkampanye. Adapun konten kampanye yang disirkulasikan adalah nostalgia kepemimpinan ayah Bongbong, yakni Ferdinand Marcos Sr.

"Materi-materi yang isinya adalah nostalgia, (seperti) 'Piye kabare? Penak jamanku'. Jadi yang didorong adalah cerita-cerita mengenai zaman Marcos (Sr) ekonomi stabil, keamanan stabil," kata Ari dalam diskusi bertajuk Hilangnya Politik Gagasan, Berkaca pada Filipina yang digelar di Jakarta, Jumat (5/1).

Baca juga: Pertanyaan Jebakan Ala Gibran Dipastikan tak Muncul Lagi dalam Debat

Menurut Ari, keberhasilan strategi kampanye Bongbong didasarkan pada tidak seragamnya pemahamanan sejarah masyarakat Filipina sendiri, terutama terkait Revolusi EDSA atau People Power 1986 yang berhasil menggulingkan rezim otoriter Ferdinand Marcos Sr yang korup.

Apalagi, kurikulum pelajaran sejarah kontemporer di Filipina terkait Revolusi EDSA juga sedikit. Dalam pelajaran sejarah, masa pemerintahan Ferdinand Marcos Sr dikonotasikan netral. Padahal, netralitas sejarah menunjukkan keberpihakan pada Ferdinand Marcos Sr.

Baca juga: Pj Bupati Muna Barat dan Konawe Sultra Langgar Netralitas ASN

"Tidak ada transfer dari kolektif memori bagi mereka yang terlibat di tahun 86 bahwa ini memang merupakan suatu gerakan sosial yang menumbangkan rezim diktator dan korup," terang Ari.

Akibatnya, pemilih muda Filipina melihat rezim otoriter Ferdinand Marcos Sr sebagai bagian dari sejarah yang dapat diperdebatkan dan semakin tenggelam melalui banjir narasi nostalgia melalui media sosial.

Dalam kesempatan yang sama, pengamat politik senior Ikrar Nusa Bhakti mengatakan Bongbong telah menggunakan kelemahan dari generasi Z Filipina yang tidak mengetahui rezim Ferdinand Marcos Sr. Pada konteks Pemilu 2024 di Indonesia, ia menyandingkan kekuatan Bongbong dengan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Gibran merupakan Wali Kota Surakarta sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo. Lewat putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang saat itu diketuai adik ipar Jokowi, Anwar Usman, Gibran berhasil mendapat tiket sebagai calon wakil presiden meski belum berusia 40 tahun. (Tri/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat