visitaaponce.com

Puisi-puisi Farras Pradana

Puisi-puisi Farras Pradana
(Ilustrasi: Magda Patyk)

Ilustrasi: Magda Patyk 

Merpati Putih 

Menunggu kebebasan merpati putih 
mengepakkan sayapnya menemui kekasih 
memeluk dalam balutan bulu-bulu bersih 
hangat mencium di balik rindang hijau dunia 
melahirkan anak-anak, tak saling berselisih 

Mari kita beranjak menapak 
ke belahan bumi lain yang terbiak 
beranak pinak, meski matahari kian terbias 
cahaya bulan. Penerangan yang kita terima 
datang di antar rombongan pengelana 
sambutlah kawan, inilah kedamaian! 

2023 


Terbangun 

Tiba-tiba mataku menyala 
senandung ngilu mengusik 
ketenteraman tidur sebagai bunga 
namun kesepian menghantui dan 
menjelma mimpi buruk penganiaya

Segalanya hidup tanpa aba-aba pasti 
setiap saat memartil sakit dalam diri 
sedang apa? Aku terlelap lagi 

2023 


Sepotong Bibir di Dahan Telinga 

Sepotong bibir terbang dan hinggap di dahan telingaku 
membisik merdu; mengatakan hal-hal lucu 
dan segala rupa rahasia yang belum kutahu 
soal bagaimana sejauh ini dia merayu 

Telingaku membisu, tapi gerakannya mengatakan; 
paham akan kalimat yang telah bibir ucapkan 

Seminggu berlalu, dia tidak lekas pergi dari telingaku 
padahal aku sudah bosan mendengarnya 
perkataan cuma diulang-ulang saja 

Kucup rekahnya lekas kusadari menghianat
kata-kata merupakan muslihat yang dibuat
gerakan telingaku mengatakan padanya 
untuk enyah tapi dia tidak pergi jua 

Bibir itu terus menempel, tumbuh bersama telingaku 
mendengar dan mengatakan hal yang sama! 

2023 


Sepotong bibir terbang dan hinggap di dahan telingaku. Dia membisik merdu seraya mengatakan hal-hal lucu. 


Selepas Pesta 

Sudah sering kali rasanya 
aku melewati jalanan ini, 
tapal yang sama 

Kolong langit masih sepi
apa yang kucari?

Hingar bingar telah lewat 
rasa mungkin akan terulang
dua atau tiga kali, bahagia
kembali menghampiri

Tidak ada apa-apa hari ini
kuingat makanan dan minuman sebab lapar 
kenapa tadi tak kuhabiskan? 

2023 


Saat Mati Lampu 

Itu adalah orang yang sama 
muncul melewati lilin di sebelahnya 
menghitam pekat pada tembok 
sendiri! 

Putus asa menancapi hatinya 
selalu padam, remuk redam 
suara rumusan sistem bahasa 
tiada dapat lagi ditekan 
terkepung hidup seperti 
arwah bergentayangan 

2023 


Saat Bekerja 

Noktah keringat pecah di leherku
sepi alpa hari ini karena bekerja
menggosokkan tangan dan kaki

Ketika lelah menyergap tiba-tiba 
aku merisaukan dirinya dan semua 
terdiam dalam gelombang dada 
melepas ratusan kuda liar berpacu adu 
memekik hening seluas rinduku 
tebas kaki-kaki mereka dan hentikan 
aku yang kembali hanya berangan 

2023 


Baca juga: Puisi-puisi Eduard Asadov
Baca juga: Puisi-puisi Frans Purba
Baca juga: Puisi-puisi Iwan Jaconiah

 

 

 

 

 


Farras Pradana, menulis puisi dan cerita pendek, lahir di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 26 Mei 2001. Telah menerbitkan buku kumpulan cerpen pertamanya berjudul Sekelompok Babi dan Rumah-Rumah (Penerbit Semut Api, 2021). Kini bermukim dan bekerja di Semarang, Jawa Tengah. (SK-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat