visitaaponce.com

Super Six Dewa

Super Six Dewa
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

PELATIH Manchester United Ralf Rangnick membawa pendekatan baru dalam membangun kembali kebesaran 'Setan Merah'. Ia tidak hanya menitikberatkan pada perbaikan teknik, fisik, dan kerja sama tim, tetapi juga psikologis pemain.

“Apabila Anda memiliki pelatih khusus untuk kiper, pelatih fisik bahkan untuk penyerang, kebugaran, atau apa pun namanya, Anda harus juga memiliki orang yang melatih otak. Ini penting untuk membantu pemain agar otak mendukung pergerakan badan mereka, bukan justru sebaliknya. Semua pemain dan setiap orang yang ada di dalam tim saya harus berpikir dengan cara yang benar,” ujar pelatih asal Jerman itu.

“Kita harus memahami, ketika berbicara tentang sepak bola maka bagian utama paling berperan ialah apa yang ada di dalam kepala kita; apa yang kamu pikirkan, bagaimana kamu menganalisis kondisi yang dihadapi di lapangan,” tambah mantan pelatih RB Leipzig itu.

Rangnick tidak habis mengerti kenapa tidak ada pelatih yang menangani masalah itu di Manchester United sekarang ini. Padahal ketika ditangani Sir Alex Ferguson, 'Setan Merah' memiliki pelatih mental, Bill Beswick.

Untuk itulah, ia kini menunjuk seorang ahli psikologi olahraga, Sascha Lense, demi membantu menangani cara berpikir pemain. Lense pernah membantu Rangnick ketika menangani Leipzig selama periode 2015-2018.

“Saya senang Sascha bisa bergabung. Ia bukan tipe yang hanya bicara soal teori, tetapi paham bagaimana melakukannya. Saya berharap ia bisa membantu saya seperti ketika sama-sama membangun Leipzig, agar apa yang saya inginkan bisa masuk ke dalam hati, pikiran, dan darah para pemain,” tegas Rangnick.

 

 

Pendekatan Shin Tae-yong 

Cara pendekatan seperti itu pulalah yang dilakukan pelatih tim nasional Indonesia, Shin Tae-yong. Kepada para pemain muda yang menjadi tumpuan tim ‘Garuda Merah-Putih’ sekarang ini, Shin menekankan pentingnya seluruh pemain memiliki rasa percaya diri.

“Saya ingin para pemain berani tampil menghadapi lawan dan tidak menyerah sebelum bertanding,” tegas pelatih asal Korea Selatan itu menjelang laga menghadapi favorit juara Piala AFF 2021, Vietnam, Rabu (15/12) lalu.

Hal kedua yang menonjol dilakukan Shin kepada anak buahnya ialah untuk bermain dengan cerdas. Pemain harus berani memainkan tempo seperti yang dikehendaki, bukan asal cepat dan bahkan ikut gendang lawan.

Shin percaya Evan Dimas dan kawan-kawan memiliki kemampuan untuk itu. Ketika memegang bola, mereka mampu memainkan tempo yang dinamis. Mereka memainkan bola dengan tenang dari kaki ke kaki ketika pemain lawan berkerumun di belakang, tetapi memainkan tempo cepat ketika sudah mulai longgar.

Hal ketiga yang mulai dipahami para pemain ialah bermain sebagai sebuah tim yang kompak. Ketika berada dalam tekanan seperti ketika menghadapi Vietnam, semua pemain cepat kembali kepada posisi ketika kehilangan bola. Kemudian, mereka sangat disiplin untuk menjaga lawan terdekat mereka dan tidak kehilangan konsentrasi bermain.

Berbeda seperti ketika menghadapi Kamboja dan Laos, tim Merah Putih bermain dengan pola 4-3-3 yang lebih menyerang, tapi saat menghadapi Vietnam, mereka bermain lebih bertahan. Shin menerapkan pola 5-4-1, yakni Ezra Wailan dibiarkan bermain sendiri di depan, sementara Witan Sulaeman dan Irfan Jaya turun ke lapangan tengah untuk ikut menjaga keseimbangan tim.

Di tengah gempuran hebat Vietnam selama 90 menit pertandingan, tim Merah Putih mampu memaksa lawan bermain imbang 0-0. Tidak salah apabila Alfeandra Dewangga terpilih sebagai pemain terbaik pada laga itu. Pemain asal PSIS Semarang itu yang membuyarkan keunggulan lawan.

Dewa yang baru berusia 20 tahun benar-benar menjadi super six yang sangat diandalkan. Ia mampu bermain seperti pemain asal Prancis, N Golo Kante, sebagai seorang gelandang bertahan yang pandai membaca permainan dan selalu mampu mematahkan serangan para pemain Vietnam.

Bahkan, istimewanya, Dewa bisa juga bermain sebagai seorang sweeper di belakang dua center-back, Fachrudin Aryanto dan Rizky Ridho. Kemampuan fisik yang prima membuat Dewa mampu naik turun, kadang sebagai gelandang bertahan dan sweeper sepanjang 90 menit pertandingan.

 

 

Melawan Malaysia

Dengan modal tujuh poin dari tiga pertandingan pertama, Indonesia pantas untuk mengincar semifinal. Pertandingan terakhir melawan Malaysia di Stadion Nasional Singapura, besok, seharusnya tidak perlu menjadi penghalang untuk masuk empat besar.

Kunci utamanya terletak pada konsistensi dalam menjaga determinasi bermain. Kesungguhan dari seluruh pemain dalam memberikan kemampuan terbaik mereka akan menjadi modal untuk bisa mengalahkan Malaysia.

Meski hanya butuh hasil imbang untuk melaju ke semifinal, Evan Dimas dan lawan-kawan tidak boleh punya mental bermain sekadar tidak kalah. Pelatih Shin harus menyuntikkan kembali kepercayaan diri para pemain untuk meraih kemenangan pada pertandingan hidup-mati nanti.

Dengan bisa tampilnya kembali Elkan Baggott, Shin mempunyai lebih banyak pilihan di barisan belakang. Elkan bisa diduetkan dengan Rizky Ridho atau Fachrudin Aryanto sebagai center-back dan Dewa didorong menempati posisi nomor '6' sebagai gelandang bertahan.

Ini akan memberikan keleluasaan kepada Evan Dimas dan Ricky Kambuaya untuk berkonsentrasi memasok bola kepada tiga pemain depan. Irfan Jaya bisa berkonsentrasi menyerang dari kiri, sementara Witan Sulaeman bermain dari sayap kanan.

Kita tentu pantas berharap Ezra Wailan bisa memulihkan kondisi fisiknya dan siap tampil pada pertandingan terakhir penyisihan Grup B besok. Pemain didikan Ajax Amsterdam itu berani bertarung dan mempunyai naluri tajam untuk melihat peluang di pertahanan lawan.

Ketenangan sangat dibutuhkan saat menghadapi Malaysia karena mereka akan tampil tanpa pilihan lain kecuali menang. Setelah kekalahan telak 0-3 melawan Vietnam, Malaysia berada di ujung tanduk.

Pelatih Malaysia Tan Cheng Hoe mengakui Indonesia di bawah asuhan Shin Tae-yong kini memiliki kecepatan. Tujuh gol yang sudah diciptakan tim Garuda menunjukkan pula ketajaman dari Indonesia.

Setelah diguncang empat pemain yang positif covid-19, Cheng Hoe kini dipusingkan juga oleh harus absennya dua center-back mereka, Aidil Zafuan dan Shahrul Saad. Malaysia kini tinggal berharap kepada pemain pengganti, Dion Cools dan Dominic Tan.

Namun, Malaysia tidak punya pilihan lain kecuali bermain dengan materi yang ada dan keluar menyerang. Shin Tae-yong bisa merancang taktik yang sama seperti ketika menangani tim Korsel saat menghadapi Jerman di Piala Dunia 2018. Mereka biarkan Jerman terus menyerang dan dari dua kali serangan balik, Korsel membuat sejarah besar untuk mengalahkan Jerman 2-0. Semoga sejarah besar kali ini terjadi pada tim nasional Indonesia untuk lolos ke semifinal.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat