visitaaponce.com

Tiongkok Hadirkan Pembawa Berita yang tidak Menua

Tiongkok Hadirkan Pembawa Berita yang tidak Menua
(Dok. PEOPLE’S DAILY)

KECERDASAN buatan atau artificial intelligence makin merambah sendi-sendi kehidupan. Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan munculnya Chat-GPT. Jutaan orang telah menggunakan Chat-GPT sejak diluncurkan pada November 2022.

Di samping kehebohan Chat-GPT, muncul kembali pemanfaatan kecerdasan buatan oleh People Daily, sebuah media resmi pemerintah Tiongkok.

Baru-baru ini, mereka memperkenalkan sosok virtual pembawa berita yang dibekali kecerdasan buatan. Dilansir dari Whatsonweibo.com, pembawa berita yang diberi nama 'Ren Xiaorong' tersebut akan membacakan berita sepanjang hari tanpa henti. Xiaorong diklaim telah menghimpun keahlian ribuan pembawa berita yang ada.

Ren Xiaorong ialah host aplikasi bertenaga AI yang memungkinkan pengguna untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan Two Sessions, sesi pleno tahunan Kongres Rakyat Nasional dan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok yang telah berlangsung awal Maret.

"Selama 365 hari, 24 jam, saya akan melaporkan berita tanpa istirahat. Baik di situs berita maupun di studio, Anda akan selalu melihat saya. Setiap percakapan, setiap respons yang Anda berikan, hanya akan membuat saya lebih pintar," kata Xiaorong dalam bahasa Mandarin.

Lewat app People's Daily, pengguna bisa mengajukan pelbagai permintaan topik yang terkait dengan Two Sessions kepada Xiaorong, dari pendidikan, perumahan, sampai lingkungan.

Meski demikian, berdasarkan laporan, pembawa berita dengan kecerdasan buatan itu hanya menjawab berdasar topik yang telah tersedia sebelumnya dan belum memungkinkan pengguna untuk mengajukan pertanyaan lebih spesifik.

Xiaorong merupakan pembawa berita kedua dengan kecerdasan buatan yang tampil secara daring dan di televisi di Tiongkok. Sebelumnya, pembawa berita dengan kecerdasan buatan telah diluncurkan kantor berita Xinhua yang bekerja sama dengan Sogou.com pada 2018.

Associate Professor School of Economics and Busines Telkom University Andry Alamsyah menjelaskan kecerdasan buatan pada prinsipnya membantu kerja manusia menjadi efisien.

Ia mengatakan celah munculnya kecerdasan buatan ada pada ketidakefisienan yang dimiliki manusia. Bukan karena manusia malas, melainkan manusia itu memang bukan robot yang bisa terus konsisten menjalankan tugasnya.

"Sifat manusia itu bukan seperti robot. Ada lelahnya, ada mood-nya, biasnya, ada kondisi keluarga yang bikin dia tidak konsisten dan yang bisa melakukan konsisten ini memang robot," kata Andry kepada Media Indonesia, Kamis (23/3).

Berkaca pada pembawa berita dengan kecerdasan buatan, Andry menilai munculnya robot merupakan keinginan stasiun televisi untuk memiliki pembawa berita yang stabil dan konsisten, dari suara, wajah, hingga kecakapan membacakan berita.

"Susah mencari manusia yang pintar dan cakep, konsisten, dan terus-menerus selama puluhan tidak menua, kan susah ya, jadi ya sudah robot saja, itu kan muka interface-nya enak, tidak menua, konsisten," katanya.

Andry menuturkan pekerjaan yang berulang seperti pembawa berita memang berpotensi dapat digantikan robot. Tak hanya pembawa berita, kasir, pengisi bensin, petugas di pintu tol, akuntan, bahkan dokter juga dapat digantikan robot.

Selain itu, para pekerja di industri kreatif, seperti copywriter yang menulis teks iklan dan publisitas juga bisa digantikan kecerdasan buatan. Ia mengatakan ketika kreativitas terus diperas karena kebutuhan industri, perlahan akan luntur.

"Itu kan kreativitas, tapi diperas untuk supaya menjadi masif. Konsistensinya tidak akan sekuat mesin. Manusia itu disuruh kreatif sekali, oke. Ketika 10 kali, sudah beda. Kalau mesin 10 kali sama kualitasnya. Itu yang membuat copywriter akan dibantu mesin juga akhirnya," ujar Andry.

Lebih lanjut, Andry mengatakan dulu tidak ada yang menyangka bisa hadir kecerdasan buatan, seperti Chat-GPT yang membantu pekerjaan manusia. Dengan hadirnya Chat-GPT tersebut membuat perusahaan besar dunia berlomba-lomba menelurkan chatbot versi mereka dengan kecanggihannya. Ke depannya tentu akan ada kejutan-kejutan dan inovasi yang mengarah pada penggunaan robot dan kecerdasan buatan.

Meski ada ancaman digantikan robot, Andry menilai manusia harus melakukan hal yang tidak bisa dilakukan robot. Manusia harus lebih kreatif, memiliki segudang ide, serta merealisasikannya dibantu alat dan robot yang diciptakan.

"Sekarang manusia itu dituntut untuk bekerja lebih cerdas lagi. Cerdasnya menggunakan alat. Manusia kerjanya lebih di atas lagi yang tidak ada di robot-robot itu, seperti kreativitas, inovasi, ide. Itu manusia," ujarnya.

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat