visitaaponce.com

Studi Empat Platform E-Commerce Ini Paling Sering Digunakan Penjual Online

Studi : Empat Platform E-Commerce Ini Paling Sering Digunakan Penjual Online
Ilustrasi belanja online(Freepik.com)

STUDI terbaru dari Ipsos bertajuk “Marketplace Pilihan Seller Sambut Ramadhan 2023”, menunjukkan Shopee, Tokopedia, Tik Tok Shop dan Lazada menjadi platform e-commerce paling sering digunakan untuk menjual produk atau Brand Used Most Often (BUMO).

Country Service Line Group Leader Observer, Customer Experience and Channel Performance Ipsos Indonesia Andi Sukma mengatakan, Shopee berada di peringkat pertama dengan angka 80 persen, diikuti Tokopedia (10 persen), Tik Tok Shop (6 persen) dan Lazada (3 persen).

"BUMO menjadi bagian dari indikator yang digunakan Ipsos untuk mengetahui seberapa baik citra pemain e-commerce atau platform marketplace, lokapasar, menurut para penjual. Selain BUMO, mereka juga menggunakan indikator lainnya, yakni Loyalty Ratio dan Top of Mind (TOM)," katanya dalam diseminasi studi tersebut, Jumat (24/3).

Baca juga : Transaksi di E-Commerce Meningkat Saat Ramadan, Blibli Luncukan Kampanye "Ga Sabar"

Loyalty Ratio mengukur bagaimana sebenarnya perilaku penjual selama tiga bulan terakhir apakah konsisten menggunakan platform yang sama atau berpindah. Pada indikator itu, hasil survei memperlihatkan Shopee berada di urutan pertama dengan angka sebanyak 84 persen, kemudian Tokopedia (14 persen), Tik Tok Shop (10 persen), dan Lazada (6 persen).

Sementara itu, pada indikator TOM, urutan empat nama teratas tak berubah seperti pada indikator sebelumnya. Berdasarkan perspektif penjual, Shopee menduduki peringkat pertama dengan 67 persen diikuti Tokopedia 16 persen, Lazada dan TikTok berbagi pangsa 6 persen.

Baca juga : Penjual di E-Commerce Hadapi Banyak Tantangan, Blibli Gelar Workshop Dukung Bisnis Online

"Top of mind bisa meningkat dari beberapa aspek seperti komunikasi, masifnya kampanye kepada pelanggan, paparan yang ada di sekitar pelanggan. Top of mind itu merefleksikan perilaku pelanggan dalam belanja, kita akan memilih merek yang ada di benak kita," jelas Andi.

Dalam survei itu, Ipsos menggunakan metodologi survei daring yang dilakukan pada Februari 2023, dengan jumlah sampel 220 yang terdiri dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang memiliki bisnis di lokapasar digital di Jabodetabek, Semarang, Medan dan Makassar. Dari 220 responden itu, sekitar 67 persen adalah perempuan.

Untuk kriteria responden, Ipsos mensyaratkan penjual tidak harus hanya berjualan di salah satu platform, berusia 18-55 tahun dan sudah mulai aktif berjualan di lokapasar dalam tiga bulan terakhir.

Selain lokapasar pilihan penjual, survei juga menyoroti pendapat mereka mengenai manfaat menggunakan platform lokapasar. Hasilnya menunjukkan, sebanyak 84 persen penjual merasa berjualan di lokapasar membantu meningkatkan omzet penjualan, memperluas jangkauan pasar (72 persen), serta membantu menghemat biaya promosi yang dikeluarkan (69 persen).

Sebanyak 68 persen penjual merasa berjualan di lokapasar juga dapat meningkatkan keterlibatan pelanggan. Menurut Andi, ketersediaan kanal atau saluran yang memungkinkan penjual dan pembeli berinteraksi menjadi penting karena bisa meningkatkan potensi pembelian produk.

"Kanal sangat penting untuk berkomunikasi mengenai produk-produk yang ingin mereka beli dan tanyakan lebih lanjut," ujar Andi.

Mengenai manfaat, sebanyak 45 persen penjual berpendapat berjualan di lokapasar dapat memberikan keamanan bertransaksi, merasa lebih unggul dari pesaing (37 persen), membuat ekspor lebih mudah (33 persen) dan menciptakan kesempatan kerja (30 persen).

Andi menambahkan, promosi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi para online seller atau penjual daring dalam memilih platfrom e-commerce selama Ramadan.

"Persepsi penjual, mengenai keuntungan melakukan bisnis di Ramadan yakni 95 persen bilang more attractive promos (promosi yang lebih menarik). Memang selama periode tematik seperti ini strategi promosi sangat ditunggu oleh pelanggan dan ini kami lihat dari perspektif penjual," ujar Andi.

Faktor lainnya yakni kampanye tematik (66 persen), alasan perputaran bisnis bisa meningkat (61 persen), layanan pengantaran yang beragam (57 persen), fitur-fitur interaktif semisal live streaming (52 persen) dan memunculkan lebih banyaknya potensi pelanggan (43 persen).

"(Terkait perputaran bisnis) beberapa lembaga survei merilis data-data transaksi selama akhir tahun, Harbolnas atau Ramadan, itu selalu setiap tahun mencatat rekor baru dan ini memang sejalan dengan data dari perspektif penjual," tutur Andi. (Ant/Z-5)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat