visitaaponce.com

Pemerataan Internet di Wilayah Terpencil Andalkan Proyek BTS Bakti

Pemerataan Internet di Wilayah Terpencil Andalkan Proyek BTS Bakti
Menara BTS BAKTI dalam proses perampungan di Desa Letbaun, Pulau Semau, Nusa Tenggara Timur, Senin (23/08/2021).(MI/Susanto.)

PEMERATAAN akses internet di Indonesia menjadi tantangan besar karena masih banyak daerah yang belum terjangkau dengan jaringan internet, baik wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) atau non-3T. Namun, polemik kasus dugaan korupsi Base Transceiver Station (BTS) Bakti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) membuat masyarakat di wilayah terpencil ketar-ketir tentang nasib kelanjutan pembangunan itu. 

Pasalnya, pembangunan infrastruktur tersebut memegang peran penting dalam percepatan beberapa sektor utama seperti pendidikan, kesehatan, dan perekonomian wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit terjamah internet. "Kendala-kendala yang ada antara lain seperti kondisi geografis yang susah dijangkau, keterbatasan infrastruktur seperti daya listrik, dan biaya yang lumayan besar menjadi faktor yang bisa menghambat pemerataan akses internet di Indonesia," ujar Ketua Yayasan Internet Indonesia (YII) Jamalul Izza dalam keterangan tertulis, Selasa (29/8/2023).

Jamalul Izza mengatakan, pembangunan BTS oleh Bakti dapat menjadi salah satu solusi yang bisa menjangkau daerah-daerah 3T. "Pembangunan BTS dari Bakti jika diselesaikan sesuai rencana, dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan meminimalisasi masalah dalam layanan ketersediaan sinyal," kata Jamal yang juga Ketua Umum  Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) periode 2015-2018 dan periode 2018-2021.

Baca juga: Baidu Laporkan Lonjakan Pendapatan Kuartal II hingga 15%

Jamal menyebut, walaupun dengan bersamaan pembangunan BTS di daerah 3T saat ini tersandung masalah hukum tersebut, tetap proyek ini harus diteruskan dengan pengawasan yang lebih baik. Karena jika proyek ini berhenti, yang akan sangat dirugikan ialah masyarakat yang berada di daerah 3T karena tidak mendapat akses internet.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bahkan meminta Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengutamakan penyelesaian proyek pembangunan BTS yang tengah dilakukan oleh Kementerian Kominfo. Ada dua hal yang akan segera dilakukan oleh Menkominfo bersama Dirut Bakti Kementerian Kominfo yang baru yakni gerak cepat karena target tahun ini seluruh BTS harus selesai dan menjaga governance supaya sesuai dengan tata kelola yang baik.

Baca juga: Laba Bersih Nintendo Kuartal I Melonjak 52%

Mantan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Kominfo Bambang Heru Tjahjono mengatakan ekosistem ICT harus benar-benar bisa dimanfaatkan sebesar besarnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah 3T, baik dari sisi peningkatan layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, maupun untuk penanggulangan  kebencanaan.

Di sisi lain, Bambang Heru menambahkan bahwa pengembangan open RAN (Open Radio Access Network) sebagai teknologi yang mengintegrasikan semua teknologi akses radio baik itu 2G, 3G, 4G, 5G, dalam satu server, terutama di daerah tertinggal untuk meningkatkan akses konektivitas digital ke masyarakat. "Teknologi ini dibutuhkan sebagai dukungan bagi kemudahan dan pertumbuhan talenta digital dan produktivitas konten digital di daerah 3T," tambah Bambang Heru yang juga menjabat sebagai INDiST Co-Founders.

Berdasarkan data Kementerian Kominfo per Agustus 2023, program akses internet Bakti kini mencapai 5.618 titik lokasi. Rinciannya ialah 4.341 menara BTS sudah on air, 1.277 belum on air, dan 743 lokasi sedang dalam proses pembangunan. Dari seluruh menara BTS yang belum on air, 530 di antaranya sudah siap on-air dan 534 lokasi belum dimulai pembangunan dengan 519 di antaranya karena kondisi kahar keamanan dan 15 lokasi akibat kondisi geografis yang sulit. (Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat