visitaaponce.com

Seruan Masa Kanak-Kanak Bebas Ponsel Pintar di Inggris

Seruan Masa Kanak-Kanak Bebas Ponsel Pintar di Inggris
Ilustrasi.(AFP/Gabriel Bouys)

INI pertanyaan yang banyak orang dewasa takut ditanyakan anak-anak mereka, "Kapan saya boleh memiliki ponsel pintar?" Namun seiring dengan meningkatnya kekhawatiran mengenai dampak gadget terhadap pikiran anak muda, beberapa orangtua di Inggris memberikan perlawanan.

Tantangan itu dipimpin oleh ibu tiga anak, Daisy Greenwell, setelah percakapan santai di gerbang sekolah mendorongnya untuk bertindak. Greenwell, yang telah lama memikirkan masalah ini secara pribadi dengan seorang teman dekatnya, diberitahu oleh ibu lain bahwa putranya yang berusia 11 tahun sudah memiliki ponsel pintar. Begitu pula sepertiga siswa di kelasnya.

"Percakapan ini membuat saya ketakutan. Saya tidak ingin memberikan anak saya sesuatu yang saya tahu akan merusak kesehatan mental dan membuatnya kecanduan," tulisnya di Instagram.

Baca juga : Kenali Gejala Kecanduan Gawai Pada Anak dan Cara Mengatasinya

"Namun saya juga tahu bahwa tekanan untuk melakukan hal tersebut, jika seluruh kelasnya memilikinya, akan sangat besar," tambah jurnalis dari Woodbridge itu, Inggris bagian timur.

Postingan pada Februari ini memicu gelombang reaksi dari para orangtua yang juga dicekam oleh kecemasan dalam memberikan anak-anak mereka perangkat yang mereka khawatirkan akan membuat mereka rentan terhadap predator, intimidasi online, tekanan sosial, dan konten berbahaya. Greenwell dan temannya Clare Reynolds kini telah meluncurkan kampanye Parents United untuk Masa Kecil Bebas Smartphone.

Penelitian akademis yang dikombinasikan dengan pengalaman orangtua sendiri telah menciptakan rasa takut terhadap permintaan smartphone oleh anak. Pada saat yang sama, para orangtua mengatakan mereka merasa tidak berdaya untuk menolak saat telepon seluler untuk anak-anak usia sekolah dinormalisasi dengan alasan keamanan.

Baca juga : Ponsel Teringan Aquos Sense8 Datang ke Pasar Indonesia

Bola salju

Menteri sekolah Inggris Damian Hinds mengatakan kepada komite parlemen baru-baru ini bahwa hampir semua siswa sekarang memiliki ponsel pada usia 11 atau 12 tahun. "Tampaknya ada semacam masa peralihan mengenai hal itu," katanya kepada anggota parlemen. Ia menambahkan bahwa beberapa anak memperolehnya jauh lebih awal.

Setelah Greenwell akhirnya membicarakan masalah ini di Instagram, grup WhatsApp yang ia buat untuk mendiskusikan masalah ini dengan Reynolds dengan cepat dipenuhi oleh orangtua yang berpikiran sama dan merasa lega karena orang lain juga merasakan hal yang sama. Kemudian reaksinya menjadi, "Bola salju," tambahnya.

Greenwell mengatakan saat ini terdapat kelompok di setiap wilayah di negara tersebut serta beberapa kelompok kerja yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai keahlian profesional dalam masalah ini. "Kami memiliki lembaga pendidikan yang memiliki banyak kepala sekolah dari seluruh negeri," tambahnya.

Baca juga : Poco Resmi Rilis Smartphone Seri C65, Harga Mulai Rp1,4 Juta

"Mereka berbicara tentang cara kita dapat meluncurkan hal ini, bagaimana kita dapat membantu orangtua dan sekolah untuk berkolaborasi dan menghentikan orang-orang untuk memiliki ponsel pintar pada usia yang begitu muda." Kelompok kerja lain diisi oleh orang-orang yang sangat berpengetahuan dan berpengalaman di bidangnya, termasuk kelompok advokasi untuk membicarakan perubahan kebijakan.

Mereka yang mendaftar termasuk direktur kebijakan perusahaan teknologi dan staf di kantor 10 Downing Street milik Perdana Menteri Rishi Sunak. "Mereka ialah orang-orang yang benar-benar mengetahui dunia ini," katanya.

Masa kanak-kanak diubah 

Banyak kekhawatiran orangtua juga diungkapkan dalam buku yang baru saja diterbitkan oleh psikolog sosial AS, Jonathan Haidt, The Anxious Generation. Di dalamnya, Haidt berpendapat bahwa transformasi menyeluruh pada masa kanak-kanak yang terjadi antara 2010 dan 2015 ketika ponsel pintar benar-benar berkembang pesat telah mengarah pada perombakan besar-besaran pada masa kanak-kanak.

Baca juga : The Reviewers Award 2023 Kembali Apresiasi Brand Smartphone di Tanah Air

Ia mengaitkan munculnya masa kanak-kanak yang berbasis telepon, pengawasan terus-menerus oleh orang dewasa, dan hilangnya permainan bebas dengan lonjakan penyakit mental pada kaum muda. "Segala sesuatunya menjadi lebih baik dalam kesehatan mental dan kemudian semuanya menjadi kacau pada 2013. Pada dasarnya kita harus menghilangkan ponsel pintar dari kehidupan anak-anak," katanya.

Menurut angka American College Health Association yang disoroti oleh Haidt, sejak 2010 persentase mahasiswa Amerika yang didiagnosis menderita kecemasan telah melonjak sebesar 134%. Jumlah yang didiagnosis menderita depresi juga meningkat sebesar 104%.

Gambaran serupa juga muncul, kata Haidt, di semua negara besar berbahasa Inggris dan banyak negara Eropa lainnya. Dia menganjurkan untuk tidak menggunakan ponsel pintar sebelum usia 14 tahun atau media sosial sebelum usia 16 tahun.

Yang terpenting, katanya, orangtua harus bertindak bersama untuk mencegah mereka menyerah ketika seorang anak menghancurkan hati kita dengan mengatakan kepada kita bahwa mereka dikucilkan dari kelompok teman sebayanya karena menjadi satu-satunya anak yang tidak memiliki telepon genggam. "Hal-hal ini sulit dilakukan sebagai orangtua. Namun jika kita semua melakukannya bersama-sama--bahkan jika separuh dari kita melakukannya bersama-sama--hal ini akan menjadi lebih mudah bagi anak-anak kita," katanya. (AFP/Z-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat