visitaaponce.com

Pegawai Facebook Berhenti karena Kebijakan Zuckerberg soal Trump

Pegawai Facebook Berhenti karena Kebijakan Zuckerberg soal Trump
Facebook tidak membuat tindakan terhadap unggahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang dianggap menglorifikasi kekerasan.(Unsplash)

TIDAK seperti Twitter yang menambahkan label cek fakta dan memberi peringatan terhadap dua cuitan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, karena dianggap menyuarakan kekerasan, Facebook memilih mendiamkan. Trump kini memang dalam sorotan dan kritik dari warganya sendiri karena dianggap tidak mendukung melawan rasisme.

Demo dan protes terjadi di banyak negara bagian AS, bahkan sudah meluas ke luar negeri setelah kematian pria kulit hitam George Floyd di tangan polisi pada 25 Mei. Namun menanggapi protes dan demo masyarakat, Trump justru membuat postingan yang memasukkan frasa "ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai."

Ratusan karyawan Facebook, pada hari Senin (1/6) pun mendemo keputusan Zuckerberg yang tidak bertindak apa pun terhadap postingan itu. Karyawan menolak bekerja sebagai bentuk menunjukkan dukungan mereka kepada demonstran di seluruh negeri. Mereka melakukan semacam "pemogokan" virtual karena sebagian besar karyawan Facebook bekerja dari rumah akibat  pandemi virus korona.

Kini, seorang karyawan Facebook mengundurkan diri sebagai protes atas keputusan Zuckerberg. Dalam sebuah pos publik di LinkedIn, karyawan yang merupakan ahli perangkat lunak bernama Timothy Aveni itu mengatakan dia sedang mencari pekerjaan baru, sebagai bentuk protes penolakan terus-menerus dari Facebook untuk bertindak atas pesan fanatik presiden yang bertujuan meradikalisasi publik Amerika.

"Saya takut pada negara saya, dan saya menonton perusahaan saya tidak melakukan apa pun untuk menantang status quo yang semakin berbahaya," tulis Aveni dilansir New York Times. Tidakan pembiaran ini juga berakibat saham Facebook turun 0,5% pada Selasa sore (2/6).

Zuckerberg berargumen dalam sejumlah kesempatan bahwa Facebook harus melakukan pendekatan lepas tangan, memberi kebebasan terhadap apa yang dipostingkan orang, termasuk kebohongan dari pejabat terpilih dan pihak lain yang berkuasa. Dia telah berulang kali mengatakan bahwa masyarakat harus diizinkan untuk memutuskan apa yang harus dipercaya.

"Secara pribadi, saya memiliki reaksi negatif mendalam terhadap retorika yang memecah-belah dan memanas ini. Tapi saya bertanggung jawab untuk bereaksi tidak hanya dalam kapasitas pribadi saya tetapi sebagai pemimpin sebuah institusi yang berkomitmen untuk kebebasan berekspresi," kata Zuckerberg dalam sebuah posting di halaman Facebook-nya, pekan lalu. (M-1)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat