Akankah Bahasa Gaul Tetap Bertahan
![Akankah Bahasa Gaul Tetap Bertahan?](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/11/e205b3022ec45a5cfe2145dfbe6415a1.jpg)
DALAM sesi Gelar Wicara Bahasa Gaul bertajuk Haruskah Khawatir dengan Bahasa Gaul? dalam rangkaian acara Indonesia Sejati Festival Bahasa dan Sastra 2022 yang digelar Media Indonesia secara luring dan daring di Lobby Grand Metro Tv, Senin (31/10), Dr Bernadette Kushartanti, dosen dan peneliti Fakultas Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia yang turut menjadi pembicara di sesi diskusi tersebut menyampaikan bahwa bahasa gaul akan terus muncul seiring berjalannya waktu dan sesuai dengan masanya.
"Saya rasa, bahasa gaul akan terus muncul. Bentuknya juga terus berubah. Buktinya ada bahasa prokem tahun 80an, bahasa gaul 90an, bahaya alay tahun 2010an, dan sekarang ada Bahasa Anak Jaksel," katanya.
"Kemunculannya selain tentu karena kebutuhan pergaulan, ada pula karena faktor eksistensi, perlawanan terhadap kemapanan, dan identitas kelompok. Penggunaan bahasa gaul dari masa ke masa menandai kelompok tertentu dan angkatan tertentu," lanjutnya.
Selain itu, menurutnya, cara mendorong penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan menumbuhkan kebanggaan akan bahasa nasional ialah dengan memperkenalkan bahasa Indonesia dengan cara yang menarik.
"Bahasa Indonesia dan bahasa gaul dapat hidup berdampingan dengan rukun, karena kedua variasi bahasa ini mempunyai fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan kedua variasi bahasa pada saat yang tepat merupakan cerminan kecerdasan sosial.
Dalam sesi itu pula, nara sumber lainnya, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud-Ristek, Prof. E. Aminudin Aziz menjelaskan bahwa bahasa gaul tidak perlu dikhawatirkan.
"Bahasa gaul digunakan komunitas tertentu, maka penggunanya akan sangat beragam dan jumlahnya maupun persebarannya akan berbeda. Misal fenomena anak Jaksel menggunakan bahasa Jaksel. Kedua, bahasa gaul itu bersifat sementara. Kenapa tidak lama karena akan beralih generasi," ungkapnya.
Bahasa anak Jaksel menjadi salah satu bentuk bahasa gaul yang kerap digunakan oleh anak-anak muda saat ini. "Bahasa Jaksel, satu bentuk yang apa namanya campur kode, campuran bahasa Inggris dan Indonesia. Pengguna bahasa anak Jaksel yang bahasa pertamanya adalah bahasa Inggris. Dia mau menggunakan bahasa Indonesia, tapi karena keterbatasan menggunakan bahasa Indonesia, dia menggunakan bahasa Inggris," sambung Dr. Bernadette.
"Lalu kedua, orang yang bahasa Indonesia tapi karena terpaksa lingkungannya terpapar dalam bahasa Inggris dan biasa menggunakan bahasa Inggris sehingga ketika dia diminta untuk berbahasa Indonesia, lalu dia harus mengingatnya dalam waktu cepat sehingga dia menggunakan bahasa Inggris," lanjutnya. Ketiga, lanjutnya, orang yang "ikut-ikutan" agar terlihat gaul di kalangannya.
Pengalaman ini juga dialami oleh konten kreator muda, Metha Armelita. Wanita berusia 23 tahun ini mengungkapkan jika dirinya mulai menggunakan bahasa gaul anak Jaksel ketika mulai bekerja di salah satu perusahaan multinasional.
"Bahasa gaul itu didapat dari lingkungan kita. Kalau aku dapat dari lingkungan kerja aku yang memang aku kerja di multinational company. Di situ, orang-orangnya memang pakai bahasa Inggris sama Indonesia," ungkapnya, dalam kesempatan yang sama.
Bahasa gaul tidak perlu dikhawatirkan apabila digunakan dalam konteks yang tepat. Akan tetapi, inilah yang menjadi tantangannya. Menurut Direktur Utama Nara Bahasa, Ivan Lanin, tantangan kampanye bahasa ialah menyadarkan orang-orang untuk berbahasa sesuai konteks dengan lawan bicara dan kondisi. (M-1)
Terkini Lainnya
Pembacaan Puisi Cerminkan Bahasa Persatuan Indonesia Sangat Abadi
Memperkuat Kesusastraan Bisa Tepis Kepunahan Bahasa
Sastra Menjadi Ruang Ekspresi Generasi Z dan Milenial
Bahasa Gaul bukan Ancaman Bagi Bahasa Nasional
Sajak-sajak Putu Oka Sukanta
Media Indonesia Adakan Lomba Cipta Puisi Nasional 2023
Media Indonesia Selenggarakan Lomba Tulis Cerpen 2023
Media Indonesia Gelar Lomba Storytelling 2023
Media Indonesia Gandeng UNJ dalam Festival Bahasa dan Sastra
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap