visitaaponce.com

Akankah Bahasa Gaul Tetap Bertahan

Akankah Bahasa Gaul Tetap Bertahan?
Gelar wicara di Festival Bahasa dan Sastra Indonesia Sejati 2022 Media Indonesia.(MI/Nike Amelia)

DALAM sesi Gelar Wicara Bahasa Gaul bertajuk Haruskah Khawatir dengan Bahasa Gaul? dalam rangkaian acara Indonesia Sejati Festival Bahasa dan Sastra 2022 yang digelar Media Indonesia secara luring dan daring di Lobby Grand Metro Tv, Senin (31/10), Dr Bernadette Kushartanti, dosen dan peneliti Fakultas Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia yang turut menjadi pembicara di sesi diskusi tersebut menyampaikan bahwa bahasa gaul akan terus muncul seiring berjalannya waktu dan sesuai dengan masanya.

 

"Saya rasa, bahasa gaul akan terus muncul. Bentuknya juga terus berubah. Buktinya ada bahasa prokem tahun 80an, bahasa gaul 90an, bahaya alay tahun 2010an, dan sekarang ada Bahasa Anak Jaksel," katanya.

 

"Kemunculannya selain tentu karena kebutuhan pergaulan, ada pula karena faktor eksistensi, perlawanan terhadap kemapanan, dan identitas kelompok. Penggunaan bahasa gaul dari masa ke masa menandai kelompok tertentu dan angkatan tertentu," lanjutnya. 

 

Selain itu, menurutnya, cara mendorong penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan menumbuhkan kebanggaan akan bahasa nasional ialah dengan memperkenalkan bahasa Indonesia dengan cara yang menarik. 

 

"Bahasa Indonesia dan bahasa gaul dapat hidup berdampingan dengan rukun, karena kedua variasi bahasa ini mempunyai fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan kedua variasi bahasa pada saat yang tepat merupakan cerminan kecerdasan sosial.


 

Dalam sesi itu pula, nara sumber lainnya, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud-Ristek, Prof. E. Aminudin Aziz menjelaskan bahwa bahasa gaul tidak perlu dikhawatirkan.

 

"Bahasa gaul digunakan komunitas tertentu, maka penggunanya akan sangat beragam dan jumlahnya maupun persebarannya akan berbeda. Misal fenomena anak Jaksel menggunakan bahasa Jaksel. Kedua, bahasa gaul itu bersifat sementara. Kenapa tidak lama karena akan beralih generasi," ungkapnya. 

 

Bahasa anak Jaksel menjadi salah satu bentuk bahasa gaul yang kerap digunakan oleh anak-anak muda saat ini. "Bahasa Jaksel, satu bentuk yang apa namanya campur kode, campuran bahasa Inggris dan Indonesia. Pengguna bahasa anak Jaksel yang bahasa pertamanya adalah bahasa Inggris. Dia mau menggunakan bahasa Indonesia, tapi karena keterbatasan menggunakan bahasa Indonesia, dia menggunakan bahasa Inggris," sambung Dr. Bernadette.

 

"Lalu kedua, orang yang bahasa Indonesia tapi karena terpaksa lingkungannya terpapar dalam bahasa Inggris dan biasa menggunakan bahasa Inggris sehingga ketika dia diminta untuk berbahasa Indonesia, lalu dia harus mengingatnya dalam waktu cepat sehingga dia menggunakan bahasa Inggris," lanjutnya. Ketiga, lanjutnya, orang yang "ikut-ikutan" agar terlihat gaul di kalangannya. 

 

Pengalaman ini juga dialami oleh konten kreator muda, Metha Armelita. Wanita berusia 23 tahun ini mengungkapkan jika dirinya mulai menggunakan bahasa gaul anak Jaksel ketika mulai bekerja di salah satu perusahaan multinasional.

 

"Bahasa gaul itu didapat dari lingkungan kita. Kalau aku dapat dari lingkungan kerja aku yang memang aku kerja di multinational company. Di situ, orang-orangnya memang pakai bahasa Inggris sama Indonesia," ungkapnya, dalam kesempatan yang sama.

 

Bahasa gaul tidak perlu dikhawatirkan apabila digunakan dalam konteks yang tepat. Akan tetapi, inilah yang menjadi tantangannya. Menurut Direktur Utama Nara Bahasa, Ivan Lanin, tantangan kampanye bahasa ialah menyadarkan orang-orang untuk  berbahasa sesuai konteks dengan lawan bicara dan kondisi. (M-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat