Sajak-sajak Putu Oka Sukanta
![Sajak-sajak Putu Oka Sukanta](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/10/1c0232d6144d2509562b4e88e9fedb22.gif)
Penyair Putu Oka Sukanta. (MI/Vicky Gustiawan)
Roti
Dua roti seperti punggung
kembar kerbau tidur, putih, coklat.
Kutelisik di kardusnya, tidak ada,
kulepas pembungkusnya, gak ketemu.
Ah, ini menggoda.
Awan dan langitkah,
atau gerimis di antara terikkah,
si pengirim roti itu?
Yang telah menyatu dengan dagingku,
buah persahabatan dan kesetiakawanan.
Halo, halo, siapa itu?
Rawamangun, 27 Januari 2022
Paket
Dapat paket
dari ketulusan
Tak terbayar harga
berapapun uang yang ada
Bulan berendam badan di tempayan
mencerna makna ketulusan.
Rawamangun, 26 Januari 2022
Puisi Fatamorgana
Hasil diskusi menjelang pagi,
setelah bermalam berhari hari.
Minum kopi
pertajam visi,
palu diketok:
Aksi
buruh tani beramai
menggigiti oligarki
yang cekikikan geli.
Suaranya tegas mengancam,
"Masih jam kerja, jangan bercanda,
kalo tidak, dirumahkan saja!"
Oligarki bercakak pinggang.
Dari depan tampak pengusaha,
dari belakang jelas penguasa.
Kukira samudera lepas,
ternyata gelombang hawa panas.
Rawamangun, 24 Maret 2022
Luka Bangsa
Tak seorang boleh berkata
tak seorang berani bicara
dituntunnya orang tidak buta itu
yang tidak dapat melihat apa apa
matanya diplester, tangannya
dilipat kebelakang dikunci mati,
sampai senapan mesin merobohkannya ke dalam liang.
Bunga bunga rontok menangis
anak negeri menancapkan berbagai senjata di dada zaman
buah simalakama kehabisan
ditelan gemuruh yang sepi.
Berdendang dendang menyanyikan kemenangan
mengusung monumen
di antara sedu sedan ditelan kegundahan
dari generasi ke generasi,
luka bangsa
luka zaman
hanya mengatup ditutup nanah,
disiram minyak wangi
luar negeri
Rawamangun, 1 April 2021
Surat Kepada Aung San Suu Kyi
Kudengar bintang-bintang menyilaukan
kemerjap di pundak
memutar balik Burma menjadi purba
dan engkau digelandang ke penjara,
rakyat murka melawan junta.
Maka kutulis surat ini,
kepadamu lewat telepati
supaya terhindar dari mata-mata
yang banyak punya mata,
dikawal penembak tersembunyi.
Seperti juga Dewi Saraswati engkau Aung San Suu Kyi
banyak orang memahami
pembawa bara dalam sunyi
apa yang engkau derita di sana
menembus sumsum tulangku di sini,
satu rasa maka kukirim aroma melati
dari Bali meneguhkan pilihan hati
lewat telepati, penembak jitu kita kelabui
ah mekong nan indah
janganlah mengalirkan darah.
Rawamangun, 29 Maret 2021
Teringat Mbak Toeti Heraty
Seperti gerimis
membasuh rengkah tanah,
melejitkan bahagia pertemanan
kami duduk berdua di kamar tamu
di satu waktu berbincang masa lalu.
Ia minta aku menunjukkan KTP,
dipandanginya lamat lamat
"Katanya ada kode ET,
di mananya?"
aku menunjukkan huruf ET, di akhir deretan nomer yang panjang.
Ia berkedip, mata jelinya menangkap sejarah
yang menikam harkat.
Dengan berdengus marah ia,
melempar KTP ke lantai,
"KTP jelek begini kok dibawa bawa!?"
Ia membaca
mata yang bisu.
Kemudian kami terbang hinggap,
terbang hinggap
di dahan, dahan,
awan,
di belantara harapan.
Teringat mbak Toeti,
teringat bergantian menyendok nasi gudeg di satu piring,
diramaikan potongan tawa ngomongin lawan dan kawan,
maka rasa gudeg tambah gurih.
Mbak Toeti sudah berangkat,
entah ke mana namanya,
yang tidak tertera dalam peta,
kakiku tertambat di tiang rumah
menghindar sergapan corona.
teringat Mbak Toeti,
teringat langkah pagi.
Rawamangun, 18 Juni 2021
Ketika
Ketika menerima penghargaan,
kuhitung berapa manusia
telah kucabut nyawanya
ketika ia berteriak merdeka,
kubungkam dengan senjata
ketika lapar aku pergi ke toilet.
Rawamangun, 15 Agustus 2021
Bintangmu di Pundak
Siapa memberimu bintang
di pundak mengejek
pasti tidak memetik dari langit
baunya amis dari tulang belulang.
Rawamangun, 16 November 2021
Aku Selalu Melamun
Aku selalu melamun
ketika menonton Dialita
melantunkan sejarah
di dalam dirinya
marah dan kangen
dirawat di belakang terali
semangat menyala
dirantai ketidakberdayaan
didengungkan nada nada
aku selalu melamun
diterbangkan Dialita
ke angkasa tanpa tepi
kekosongan dalam bui
engkau lantunkan dirimu
dalam sejarah bangsa
Rawamangun, 2 Februari 2021
Persahabatan
Banyak orang berseliweran
mesam mesem silih berganti
bergegas memburu dirinya sendiri
kudengar suara menyapa dari luar
"kamu sehat?"
"ya sehat, aku baru bangun
dari jatuh cinta."
Ketika kubuka pintu
ia menerobos masuk
terang pagi hangat memeluk.
Rawamangun, 7 Mei 2020
Malam
Sekarang malam menjadi jauh,
sesekali saja melambaikan tangan,
tanpa berseru,
tanpa membisikan sesuatu
seperti dulu-dulu.
Sekarang malam mengasingkan diri.
Rawamangun, 23 September 2020
Baca juga: Sajak-sajak Maxim Gorky
Baca juga: Sajak-sajak Yevgeny Yevtushenko
Baca juga: Sajak-sajak Ibnu Wahyudi
Putu Oka Sukanta, sastrawan, lahir di Singaraja, Bali, 29 Juli 1939. Telah menerbitkan sejumlah buku, baik kumpulan puisi, cerpen, maupun novel. Kumpulan puisi: Selat Bali (1982), Salam (1986), Tembang Jalak Bali (1986), Matahari Tembok Berlin (1992), Surat Bunga dari Ubud (2008), dan Bulan di atas Belo (2014). Kumpulan cerita pendeknya: Keringat Mutiara (1990), Rindu Terluka (2005), Bukan Kematian (2006), Lies Loss and Longing (2014), Takkan Melupakanmu (2012), dan Tutur Wani (2022). Novelnya: Merajut Harkat (1999), Di Atas Siang Di Bawah Malam (2004), Buruan (2009), Istana Jiwa (2012), dan Celah (2018). Ia pernah ditahan Orde Baru selama 10 tahun tanpa proses hukum dikarenakan menjadi anggota Lekra (1966-1976). Menerima sejumlah penghargaan sastra internasional, antara lain NEMIS Prize dari Chili untuk cerita pendeknya Luh Galuh, International Human Rights Watch New York (2012), Herb-Feith Human Rights Education Australia (2016), dan Lifetime Achievement Award dari Ubud Writers and Readers Festival 2022. Puisi-puisi di Sajak Kofe disajikan dalam rangka merayakan Festival Bahasa dan Sastra Media Indonesia 2022. Sehari-hari bekerja sebagai ahli akupuntur di Jakarta. Kini, sedang mempersiapkan penerbitan buku terbarunya berjudul Puisi Isolasi dalam dwi bahasa. (SK-1)
Terkini Lainnya
Roti
Paket
Puisi Fatamorgana
Luka Bangsa
Surat Kepada Aung San Suu Kyi
Teringat Mbak Toeti Heraty
Ketika
Bintangmu di Pundak
Aku Selalu Melamun
Persahabatan
MalamPembacaan Puisi Cerminkan Bahasa Persatuan Indonesia Sangat Abadi
Akankah Bahasa Gaul Tetap Bertahan?
Memperkuat Kesusastraan Bisa Tepis Kepunahan Bahasa
Sastra Menjadi Ruang Ekspresi Generasi Z dan Milenial
Bahasa Gaul bukan Ancaman Bagi Bahasa Nasional
Khitah Negara pada Sastra Masuk Kurikulum
Masuk Kampus Unggulan berkat Puisi
Pengertian Rima dalam Puisi serta Jenis dan Contoh
10 Syair Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah
Sajak Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah Bagian II
Lima Puisi Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap