visitaaponce.com

Pembacaan Puisi Cerminkan Bahasa Persatuan Indonesia Sangat Abadi

DALAM memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa, Media Indonesia menggelar Festival Bahasa dan Sastra 2022. Sebagai bentuk komitmen Media Indonesia untuk mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia, beragam kegiatan dalam acara yang bertajuk Indonesia Sejati telah dilakukan. Seperti sayembara cerpen, lomba konten berbahasa Indonesia di aplikasi Tiktok, hingga pembacaan puisi.

Pembacaan puisi menjadi cerminan bahwa bahasa persatuan Indonesia sangat abadi. Penyair Sutardji Calzoum Bachri menilai puisi bukan sekadar harga mati, tapi juga harga hidup bagi suatu bangsa.

"Sekarang di zaman pembangunan ini, maka yang ada adalah harga hidup. Puisi adalah harga hidup. Puisi adalah bendera bagi bangsa ini. Kita jangan menyangka kalau bendera itu hanya Merah Putih. Bendera adalah suatu hasil kreatif produktif dari suatu bangsa," ujar Sutardji di Gedung Grand Metro TV, Jakarta, kemarin.

"Bendera kita apa? Bendera kita ada Ranggawarsito, ada Rendra, ada Taufik Ismail, dan ada yang lain lagi, ada Chairil Anwar, dan sebagainya. Itulah bendera, penyair-penyair yang memberikan penambahan makna bagi segala bangsa," tambahnya.

Sebelum membacakan puisi berjudul Tanah Air Mata, ia berharap kegiatan seperti Festival Bahasa dan Sastra ini dapat terus berjalan untuk menunjukkan 'bendera-bendera' milik bangsa Indonesia.

"Saya sangat bergembira karena di sini Media Indonesia melakukan acara ini, yang sekiranya akan berkelanjutan terus. Dan ini adalah suatu acara yang bisa memberikan martabat kepada bangsa, bisa menjadi suatu ajang untuk menunjukkan bendera-bendera yang ada di bangsa ini," tutur Sutardji.

Selain Sutardji, sejumlah tokoh Media Group juga turut membacakan puisi. Mulai dari Direktur Pemberitaan Media Indonesia Ade Alawi, Direktur Utama Pangansari Food Resources Maghfur Lasah, serta penyair, kulturolog, dan wartawan Media Indonesia Iwan Jaconiah.

Kepunahan bahasa daerah

Analis Konservasi Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud-Ristek Anita Astriawati Ningrum menilai adanya kepunahan bahasa daerah membuat generasi muda tidak memahami nilai dari tradisi daerah yang ada.

"Banyak sastra lisan yang sebetulnya masih dituturkan oleh masyarakat di berbagai pelosok Indonesia. Tetapi karena generasi sekarang sudah tidak memahami bahasanya, mereka sekadar mengikuti saja tradisi-tradisi itu tanpa memahami nilai-nilai yang ada di tradisi tersebut. Karena mereka sudah tidak mengenal bahasa daerah yang menjadi media dalam tradisi lisan tersebut," ujar Anita pada Talkshow Sastra dan Peradaban Berkelanjutan di acara puncak Festival Bahasa dan Sastra 2022.

Padahal, menurutnya, banyak tradisi daerah mengajarkan untuk menjaga ekosistem alam yang berpengaruh bagi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.

'Ketika melakukan penelitian ke daerah-daerah, kami menemukan banyak tradisi yang sebetulnya berkaitan dengan bagaimana menjaga ekosistem, kemudian tidak lagi dituturkan, tidak lagi dimaknai oleh penuturnya, karena mereka tidak lagi memahami," ungkap Anita.

Festival Bahasa dan Sastra diharapkan dapat menjadi wadah bagi generasi muda untuk kembali kepada sastra-sastra yang ada di Indonesia. Melalui sastra, harapannya dapat menjadi pengingat akan pentingnya keberlangsungan alam bagi keberlangsungan manusia itu sendiri. (OL-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat