Kepunahan Massal Diprediksi bakal Kembali Terjadi pada 2100
![Kepunahan Massal Diprediksi bakal Kembali Terjadi pada 2100](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/12/d22c62b8d343ff454c232923859119f6.jpg)
Sebuah penelitian dari tim Ilmuwan Australia dan Eropa telah mengembangkan 'Bumi Virtual' untuk mengantisipasi dan memetakan kepunahan global yang disebabkan oleh perubahan iklim dengan lebih baik.
Tim juga mengklaim bahwa bumi akan menghadapi kepunahan massal pada tahun 2100 sehingga dapat menghilangkan lebih dari seperempat keanekaragaman hayati dunia.
Seperti dilansir dari Daily Mail, Kamis (21/12), hasil penelitian menunjukkan kepunahan 10% yang melibatkan semua spesies tumbuhan dan hewan pada tahun 2050 meningkat menjadi 27% pada akhir abad ini.
Menurut para ilmuwan, eksploitasi sumber daya yang berlebihan, perubahan penggunaan lahan, pemanenan yang berlebihan, polusi, perubahan iklim dan "invasi biologis'' adalah beberapa kejadian yang menjadi penyebab kepunahan massal.
Studi tersebut dipimpin oleh ilmuwan Komisi Eropa Giovanni Strona dan Profesor Corey Bradshaw dari Flinders University, Adelaide, Australia.
"Anak-anak yang lahir hari ini yang hidup hingga usia 70-an dapat menyaksikan hilangnya ribuan spesies tumbuhan dan hewan, dari anggrek kecil dan serangga terkecil hingga hewan ikonik seperti gajah dan koala," kata Profesor Bradshaw.
Para akademisi mengatakan planet bumi telah memasuki peristiwa kepunahan massal keenam, didorong oleh aktivitas manusia dan perubahan iklim. Menurut daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), lebih dari 42.100 spesies terancam punah.
Para ilmuwan juga menggunakan superkomputer untuk menciptakan dunia dengan lebih dari 15.000 'jaring makanan' untuk memprediksi nasib spesies yang saling berhubungan.
Mereka mengatakan alat itu dapat memetakan kepunahan di mana-mana di Bumi' dan memprediksi masa depan yang suram bagi keragaman global, tim menegaskan tanpa keraguan bahwa dunia berada dalam pergolakan peristiwa kepunahan massal keenam.
Bahkan, pendekatan yang digunakan juga mampu memastikan tanpa keraguan bahwa dunia sedang menghadapi fase kepunahan massal keenam.
Kepunahan tersebut mengacu pada spesies yang punah karena spesies lain yang mereka andalkan tidak mampu bertahan pada perubahan iklim atau perubahan habitat mereka. "Bayangkan spesies predator yang kehilangan mangsanya karena perubahan iklim," kata Profesor Bradshaw.
Terkini Lainnya
BRIN Temukan 49 Taksa Keanekaragaman Hayati Baru
Wow Burung Langka dari Kolombia ini Pamerkan Bulu Jantan dan Betina
Ikan Pari Jawa Resmi Punah, Peringatan Kepunahan Pertama akibat Aktivitas Manusia
Primula Medogensis, Spesies Tanaman Baru yang Ditemukan di Tibet
Puma Albino Langka Lahir di Kebun Binatang Nikaragua
Kepunahan Badak Jawa dan Sumatra tidak Terhindarkan
Edukasi Siswa SD Mengenal Keanekaragaman Hayati
Upaya Adaptif Mengatasi Perubahan Iklim
RUU KSDHAE Perberat Sanksi Bagi Penjahat Lingkungan
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Peringati Hari Keanekaragaman Hayati, ABM Group Tanam 600 Bibit Mangrove
SBI Alokasikan Separuh Area Pabrik sebagai Hutan Kota
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap