visitaaponce.com

Mengapa Bergosip Menyenangkan Ini Penjelasan Ilmiahnya

Mengapa Bergosip Menyenangkan? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Selain meningkatkan ikatan, bergosip juga bisa meningkatkan hormon.(123RF)

Jika seseorang menggambarkan Anda sebagai "penggosip", Anda mungkin akan merasa terhina. Frank McAndrew, Ph.D., Profesor Psikologi Cornelia H. Dudley di Knox College, AS, mengungkapkan, gosip bisa menjadi strategi yang digunakan oleh seseorang untuk meningkatkan reputasi dan kepentingan si penggosip sendiri dengan mengorbankan orang lain. 

Namun, dibalik buruknya gosip,  psikolog evolusi Inggris Robin Dunbar (1998) dalam bukunya Grooming, Gossip, and the Evolution of Language menyatakan bahwa gosip adalah salah satu mekanisme terpenting untuk membentuk ikatan dalam kelompok sosial.

Berbagi gosip dengan orang lain adalah tanda kepercayaan yang mendalam karena Anda menandakan bahwa Anda percaya pada orang tersebut. Rahasia bersama dapat membentuk ikatan.

Lantas, mengapa bergosip menyenangkan?
Melansir dari Psychology Today, Rabu (1/2), penelitian terbaru menunjukkan bahwa ada penjelasan dasar ilmiah. Secara khusus, terlibat dalam gosip ternyata dapat memicu lonjakan oksitosin, hormon yang terkait erat dengan perasaan bahagia dan pengalaman yang positif seperti empati, ikatan ibu dan bayi, dan kerja sama dengan orang lain.

Natascia Brondino dan rekan-rekannya di University of Pavia di Italia melakukan penelitian di mana 22 mahasiswi terlibat dalam dua percakapan dalam dua hari berturut-turut. Pada hari pertama, setengah dari mahasiswi berinteraksi dengan seseorang yang berbagi cerita memalukan. Percakapan berlangsung sekitar 15 menit, dan orang tersebut membujuk para mahasiswi untuk memberikan setidaknya satu komentar untuk menanggapi gosip tersebut.

Separuh peserta lainnya menerima cerita kisah emosional dari seseorang tentang cedera olahraga yang menyebabkan komplikasi medis yang serius yang diderita oleh orang tersebut.

Pada hari kedua penelitian, semua peserta melakukan percakapan netral dengan Brondino tentang penelitian yang mereka ikuti. Mengikuti setiap percakapan ini, para mahasiswi memberikan sampel air liur untuk menilai tingkat oksitosin mereka.

Hasilnya menunjukkan, tingkat oksitosin yang terdeteksi dalam air liur individu secara signifikan lebih tinggi setelah terlibat dalam percakapan gosip daripada mengikuti percakapan nongosip yakni percakapan emosional atau percakapan netral. (Psychology Today/M-2) 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat