Ini Alasan Perempuan Lebih Berisiko Terkena Migrain
![Ini Alasan Perempuan Lebih Berisiko Terkena Migrain](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/06/34e24be8f591e0957b82ed7a92b5b0f6.jpg)
DOKTER spesialis neurologi Restu Susanti menjelaskan perempuan lebih berisiko mengalami migrain dibandingkan laki-laki.
"Perempuan mempunyai peluang menderita migrain tiga sampai empat kali lebih sering dibandingkan laki-laki," kata Restu, dikutip Senin (17/6).
Ia menjelaskan migrain adalah nyeri kepala berulang yang terjadi di satu sisi. Gejala migrain bisa bertambah berat apabila penderitanya melakukan aktivitas fisik intens.
Baca juga : Perempuan Lebih Berisiko Terserang Migrain, Apa Penyebabnya?
"Biasanya disertai dengan gejala mual, muntah, ataupun pasiennya merasa sensitif terhadap suara atau cahaya terang," ujar dokter yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas itu.
Menurut dia, gejala migrain pada perempuan biasanya terjadi dalam durasi lebih lama serta memiliki risiko kambuh lebih tinggi dan waktu pemulihan lebih lama dibandingkan pada pria.
Restu menjelaskan serangan migrain pada perempuan memiliki keterkaitan dengan hormon.
Baca juga : Dokter Ingatkan Jangan Konsumsi Obat Nyeri Kepala Lebih dari 15 Hari
Peningkatan hormon estrogen pada perempuan, terutama dalam siklus menstruasi atau kehamilan, berperan dalam peningkatan kadar calcitonin gene-related peptide (CGRP), yang bisa memicu serangan migrain.
"Pada perempuan akan terjadi perubahan hormonal mulai dari pubertas, menstruasi, hamil, dan menopause. Dikatakan, pada perempuan, estrogen memegang peran penting terhadap CGRP sebagai pencetus migrain," jelas Restu.
Menurut dia, intensitas migrain pada perempuan biasanya mulai meningkat pada masa pubertas dan memuncak pada masa reproduksi serta menurun saat perempuan memasuki masa menopause.
Baca juga : Haid Tidak Teratur Menyebabkan Sindrom Ovarium Polikistik? Inilah yang harus Anda ketahui
Serangan migrain terus-menerus, kata Restu, dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan gangguan emosional yang berujung pada masalah dalam bersosialisasi serta mempengaruhi pengasuhan anak pada penderita yang sudah berkeluarga.
"Apabila hal ini (migrain) terus berlanjut, tentu dampak yang didapatkan adalah penderita yang memiliki anak akan mempengaruhi parenting dan prestasi akademik anaknya," ungkap Restu.
Dia mengemukakan gejala migrain bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat, yang mencakup olahraga teratur, makan sehat, serta tidur cukup dan teratur.
Selain itu, ia menyampaikan pentingnya menerapkan manajemen stres, membatasi konsumsi kafein, menghindari minuman beralkohol, berhenti merokok, dan minum obat teratur sesuai anjuran dokter dalam upaya mengatasi migrain. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Ini Usia Rentan Kena Migrain, Cek Gejala dan Penanganannya
Dukungan Lingkungan Kerja Penting Bagi Penderita Migrain
Disebut Disabilitas Tak Terlihat, Dokter Minta Jangan Anggap Enteng Migrain
Obat Sakit Kepala tidak Boleh Dikonsumsi Selama Lebih dari 15 Hari
Dokter Ingatkan Jangan Konsumsi Obat Nyeri Kepala Lebih dari 15 Hari
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Mayat Perempuan tanpa Busana dalam Indekos Gegerkan Pati
Bantuan Modal Dukung Perempuan Pelaku UMKM Kembangkan Usaha
DAK Non Fisik Perlu Dimaksimalkan untuk Tangani Isu Perempuan dan Anak
5 Cara Mengatasi Penuaan Dini untuk Perempuan
Gelar Kongres, NasDem Usung Sinergi Membangun Bangsa
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap