visitaaponce.com

Cara Penduduk Desa Maroko Menjaga Tradisi Komunal tetap Hidup

Cara Penduduk Desa Maroko Menjaga Tradisi Komunal tetap Hidup
Lumbung di sebuah desa di Maroko( FADEL SENNA / AFP)

Dikelilingi pohon zaitun dan palem di desa pegunungan Maroko, sebuah lumbung yang telah berusia berabad-abad, masih tetap berdiri. Tempat itu merupakan bukti bahwa masyarakat masih melestarikan praktik kuno budaya Amazigh.

“Tradisi menghilang, tetapi tidak di sini,” kata tetua desa Hossine Oubrahim, di Ait Kine di pegunungan Anti-Atlas, seperti dikutip AFP, Senin (20/3)

Terletak di ketinggian perbukitan terjal sekitar 460 kilometer (280 mil) selatan ibu kota Rabat, Ait Kine adalah wilayah bagi salah satu dari sedikit lumbung kolektif yang tersisa di negara yang disebut agadir dalam bahasa Amazigh, bahasa Berber Maroko.

Struktur yang mengesankan dan berfungsi penuh, kemungkinan besar dibangun pada abad ke-18 dan dipugar pada tahun 2012 itu, masih digunakan oleh penduduk setempat untuk menyimpan dan melindungi hasil produk pertanian mereka.

“Kami dibesarkan dengan tradisi menyimpan biji-bijian, buah kering, minyak, dan barang berharga kami di sana,” kenang Oubrahim, pria berusia 70-an. "Dan kami terus menghormatinya," imbuh dia.

“Lumbung desa adalah monumen yang mewakili semangat komunitas kami, “ kata Abdelghani Charai, seorang pedagang berusia 60 tahun yang kembali ke rumah leluhurnya di Ait Kine setelah bertahun-tahun merantau.

Lumbung itu dibangun di pusat desa, dilindungi oleh tembok berbenteng dengan menara pengawas dari batu .

“Di masa lalu, selama masa kerusuhan dan pemberontakan melawan pemerintah, ia menawarkan tempat penyimpanan yang aman,” jelas Charai. "Lumbungnya terjamin keamanannya," katanya.

Lumbung itu terdiri dari 76 bilik yang  diatur dalam tiga tingkat di sekitar halaman terbuka yang dilengkapi bak air.

Lumbung itu memyimpan stok jelai, kurma, dan almond, tetapi juga digunakan untuk mengamankan dokumen seperti akta nikah dan kelahiran, teks dan kontrak agama, serta resep obat tradisional yang tertulis di batang palem.

Lahcen Boutirane, penjaga lumbung itu, mengatakan sebanyak 63 keluarga yang tersisa di desa itu menggunakannya. "Yang lain telah pergi, tetapi mereka menyimpan arsipnya di sini," katanya kepada AFP.

Hukum tidak tertulis telah menjaga lumbung ini sebagai tempat yang suci dan tidak dapat diganggu gugat. “Tidak hanya menyimpan tanaman untuk digunakan dalam kekeringan tetapi juga melindunginya dari penjarahan, “ kata arkeolog Naima Keddane.

Boutirane menekankan pentingnya melestarikan tempat semacam ini. " Agar menjadi saksi atas kecerdikan nenek moyang kita,” ujarnya. (AFP/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat