Cara Penduduk Desa Maroko Menjaga Tradisi Komunal tetap Hidup
![Cara Penduduk Desa Maroko Menjaga Tradisi Komunal tetap Hidup](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/03/cfd41edcd5e99ec281416416c5dd99bb.jpg)
Dikelilingi pohon zaitun dan palem di desa pegunungan Maroko, sebuah lumbung yang telah berusia berabad-abad, masih tetap berdiri. Tempat itu merupakan bukti bahwa masyarakat masih melestarikan praktik kuno budaya Amazigh.
“Tradisi menghilang, tetapi tidak di sini,” kata tetua desa Hossine Oubrahim, di Ait Kine di pegunungan Anti-Atlas, seperti dikutip AFP, Senin (20/3)
Terletak di ketinggian perbukitan terjal sekitar 460 kilometer (280 mil) selatan ibu kota Rabat, Ait Kine adalah wilayah bagi salah satu dari sedikit lumbung kolektif yang tersisa di negara yang disebut agadir dalam bahasa Amazigh, bahasa Berber Maroko.
Struktur yang mengesankan dan berfungsi penuh, kemungkinan besar dibangun pada abad ke-18 dan dipugar pada tahun 2012 itu, masih digunakan oleh penduduk setempat untuk menyimpan dan melindungi hasil produk pertanian mereka.
“Kami dibesarkan dengan tradisi menyimpan biji-bijian, buah kering, minyak, dan barang berharga kami di sana,” kenang Oubrahim, pria berusia 70-an. "Dan kami terus menghormatinya," imbuh dia.
“Lumbung desa adalah monumen yang mewakili semangat komunitas kami, “ kata Abdelghani Charai, seorang pedagang berusia 60 tahun yang kembali ke rumah leluhurnya di Ait Kine setelah bertahun-tahun merantau.
Lumbung itu dibangun di pusat desa, dilindungi oleh tembok berbenteng dengan menara pengawas dari batu .
“Di masa lalu, selama masa kerusuhan dan pemberontakan melawan pemerintah, ia menawarkan tempat penyimpanan yang aman,” jelas Charai. "Lumbungnya terjamin keamanannya," katanya.
Lumbung itu terdiri dari 76 bilik yang diatur dalam tiga tingkat di sekitar halaman terbuka yang dilengkapi bak air.
Lumbung itu memyimpan stok jelai, kurma, dan almond, tetapi juga digunakan untuk mengamankan dokumen seperti akta nikah dan kelahiran, teks dan kontrak agama, serta resep obat tradisional yang tertulis di batang palem.
Lahcen Boutirane, penjaga lumbung itu, mengatakan sebanyak 63 keluarga yang tersisa di desa itu menggunakannya. "Yang lain telah pergi, tetapi mereka menyimpan arsipnya di sini," katanya kepada AFP.
Hukum tidak tertulis telah menjaga lumbung ini sebagai tempat yang suci dan tidak dapat diganggu gugat. “Tidak hanya menyimpan tanaman untuk digunakan dalam kekeringan tetapi juga melindunginya dari penjarahan, “ kata arkeolog Naima Keddane.
Boutirane menekankan pentingnya melestarikan tempat semacam ini. " Agar menjadi saksi atas kecerdikan nenek moyang kita,” ujarnya. (AFP/M-3)
Terkini Lainnya
Kamu Pernah Cek Khodam Online? Ini Kata Antropolog
Indonesia Darurat Kebangsaan
Presiden Harus Kembalikan Nilai Kejujuran dan Kepatutan
Debat Capres, Kontribusi Prof. Paschalis Maria Laksono sebagai Panelis Antropologis
Profil Sulistyowati Irianto, Antropolog UI Panelis Debat Cawapres Kedua
Kisah Persahabatan antara Manusia dan Sekawanan Burung di Pedalaman Afrika
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Manajemen Sekolah Penghalau Ekstremisme Kekerasan
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap