visitaaponce.com

Konsumsi Kedelai Berlebihan saat Hamil Picu Kelainan Genital pada Janin Laki-laki

Konsumsi Kedelai Berlebihan saat Hamil Picu Kelainan Genital pada Janin Laki-laki
Ilustrasi kacang kedelai dan susu kedelai.(Dok. Freepik/Jcomp)

KACANG-kacangan, termasuk kedelai, memang memiliki segudang nutrisi untuk tubuh. Mengonsumsi kedelai saat hamil bisa membantu meningkatkan kadar besi pada tubuh. Namun, jika dikonsumsi berlebihan, kedelai ternyata bisa jadi sumber masalah pada janin.

Dokter spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, Noroyono Wibowo, mengatakan konsumsi kedelai berlebihan saat hamil bisa menimbulkan masalah genitalia pada janin laki-laki.

“Kalau kedelai murni dimakan banyak karena mengandung genistein yaitu salah satu pemicu tumbuhnya pitoesterogen, maka kalau bayi laki-laki ada risiko untuk menjadi permasalahan genitalia atau saluran kencing jadi meningkat 3 persen,” ujarnya, di Jakarta, Selasa, (16/1).

Tak hanya pada janin laki-laki, makan kedelai utuh bagi ibu hamil yang memiliki janin perempuan juga berisiko mendapatkan menstruasi lebih cepat saat dewasa karena terpapar estrogen lebih tinggi pada masa kehamilan.

Baca juga: Ibu Hamil Diingatkan Konsumsi Beragam Macam Buah

Noroyono mengatakan, saat hamil, ibu tidak hanya perlu memenuhi nutrisi untuk zat besi dari satu sumber saja namun juga dari sumber lainnya seperti protein, lemak, mineral dan karbohidrat. Salah satu sumber zat besi yang mudah diserap tubuh adalah daging merah, bisa dari sapi ataupun kambing, yang bagi ibu hamil dibutuhkan minimal 400 gram daging.

Selain daging, asupan besi juga perlu dicukupi dari sayuran, kacang atau telur karena zat besi harus ada pengikat untuk bisa mengalir dalam darah dengan baik yaitu dari protein.

“Kalau pada trimester 1 disebut anemi kalau kurang dari 11 miligram zat besi, di trimester 2 kurang dari 10,5 atau paling gampang semuanya dibawa 10 setengah milligram,” kata Noroyono.

Baca juga: Perhatikan, Ini Tanda-tanda Hamil Sebelum Telat Haid

Risiko Kekurangan dan Kelebihan Zat Besi

Untuk menjaga kadar zat besi dalam tubuh cukup, Noroyono menyarankan untuk memeriksa darah perifer lengkap (DPL) untuk mengetahui seseorang anemia defisiensi zat besi atau tidak. Jika akan menikah, waspadai anemia dengan penyebab talasemia karena bisa memberikan risiko tekanan darah tinggi bagi ibu hamil dan risiko bayi meninggal sebelum lahir.

Sebanyak 25% anak yang lahir dari ibu penderita talasemia bisa berdampak anak menderita talasemia mayor dan harus melakukan transfusi darah setiap minggu.

Di samping itu, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengatakan kelebihan zat besi juga akan menjadi masalah lain karena dapat menginduksi oksidasi dari lemak yang bisa menyebabkan kematian sel di tubuh.

Selain itu, zat besi bisa bersifat toksik atau menjadi racun dalam tubuh jika jumlahnya berlebihan. Hal itu karena protein tidak bisa mengikat zat besi yang cukup sehingga besi menjadi radikal bebas dalam tubuh.

 

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat