visitaaponce.com

Harga Properti Residensial Triwulan IV 2021 Stagnan

Harga Properti Residensial Triwulan IV 2021 Stagnan
Warga melintas di depan rumah subsidi di Kawasan Maja, Lebak, Banten, Minggu (13/2/2022).(MI/VICKY GUSTIAWAN)

HASIL Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer secara tahunan stagnan pada Triwulan IV 2021.

"Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IV-2021 yang tumbuh 1,47% (yoy), dari sebelumnya 1,41% (yoy) pada triwulan sebelumnya, maupun dibandingkan 1,43% (yoy) pada periode yang sama tahun sebelumnya," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Rabu (16/2).

Kenaikan IHPR terutama bersumber dari kenaikan harga pada tipe menengah dan tipe besar yang masing-masing tumbuh sebesar 1,48% (yoy) dan 0,93% (yoy), lebih tinggi dari 1,39% (yoy) dan 0,80% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, rumah tipe kecil tumbuh stabil pada kisaran 1,99% (yoy).

Secara spasial, pertumbuhan IHPR tertinggi terjadi di Kota Manado (7,34%, yoy) kemudian diikuti oleh Bandung (2,19%, yoy) dan Bandar Lampung (1,75%, yoy).

Baca juga: Sektor Properti Mulai Rasakan Dampak Pertumbuhan Positif Indonesia di 2022 

Secara triwulanan, IHPR pada triwulan IV-2021 melambat menjadi tumbuh 0,29% (qtq), lebih rendah dibandingkan 0,34% (qtq) pada triwulan III-2021.

Tertahannya kenaikan harga properti residensial secara triwulanan akibat perlambatan kenaikan harga rumah tipe kecil yang tumbuh sebesar 0,17% (qtq), lebih rendah dari 0,50% (qtq) pada triwulan III-2021.

"Penurunan pertumbuhan tersebut ditengarai oleh adanya upaya developer untuk menghabiskan rumah ready stock di mayoritas kota dan masih berlakunya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), sehingga cenderung menahan kenaikan harga," kata Erwin.

Secara spasial, perlambatan kenaikan IHPR terutama disebabkan penurunan harga di kota Batam dan Surabaya masing-masing sebesar -0,51% (qtq) dan -0,26% (qtq), serta perkembangan yang stagnan di Samarinda dan Bandar Lampung pada triwulan IV-2021.

Pada triwulan IV-2021, peningkatan pertumbuhan IHPR secara tahunan sejalan dengan kenaikan inflasi biaya tempat tinggal konsumen rumah tangga, terindikasi dari laju Indeks Harga Konsumen (IHK) sub kelompok pemeliharaan, perbaikan, dan keamanan tempat tinggal/perumahan (Tahun Dasar 2018 =100), sebesar 2,21% (yoy), lebih tinggi dari 1,57% (yoy) pada triwulan sebelumnya

Secara umum, penjualan properti residensial primer triwulan IV-2021 secara tahunan terindikasi membaik. Meskipun penjualan rumah masih mengalami kontraksi sebesar -11,60% (yoy), namun membaik dari kontraksi sebesar -15,19 (yoy) pada triwulan sebelumnya, dan lebih baik dari kontraksi -20,59% (yoy) pada triwulan IV-2020.

Perbaikan perkembangan penjualan pada triwulan IV-2021 didorong oleh membaiknya penjualan pada tipe rumah menengah yang tumbuh signifikan (11,26%, yoy). Sementara itu, tipe rumah besar dan tipe rumah kecil tercatat terkontraksi masing-masing sebesar -2,75% (yoy) dan -23,79% (yoy).

Responden menyampaikan bahwa terhambatnya pertumbuhan penjualan properti residensial disebabkan oleh beberapa faktor antara lain oleh kenaikan harga bahan bangunan (20,61% jawaban responden), masalah perizinan/birokrasi (13,42%), suku bunga KPR (11,92%), proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (11,69%), dan perpajakan (7,80%).

Membaiknya pertumbuhan penjualan secara tahunan tersebut tidak terlepas dari masih meningkatnya penjualan secara triwulanan yang tercatat tumbuh sebesar 0,26% (qtq), namun lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 1,67% (qtq).

Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan penjualan tipe kecil sebesar 6,01% (qtq), sedangkan penjualan pada tipe menengah dan besar mengalami penurunan masing-masing sebesar -2,34% (qtq) dan -14,01% (qtq).

Pada triwulan I-2022, pertumbuhan harga properti diprakirakan akan melambat, tercermin dari prakiraan pertumbuhan IHPR triwulan I-2022 sebesar 1,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan 1,47% (yoy) pada triwulan berjalan maupun 1,35% (yoy) pada triwulan I-2021.

Tertahannya kenaikan harga properti residensial diprakirakan terjadi pada seluruh tipe rumah yaitu tipe kecil, menengah, dan besar yang masing-masing diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,74% (yoy), 1,35% (yoy), dan 0,77% (yoy), melambat dari 1,99% (yoy), 1,48% (yoy), dan 0,93% (yoy) pada triwulan IV-2021.

Prakiraan perlambatan harga rumah residensial primer ditengarai oleh masih berlanjutnya program diskon PPN DTP yang diberikan oleh pemerintah hingga September 2022.

Secara spasial, perlambatan diprakirakan terjadi di sebagian besar kota yang disurvei, terutama di Manado dan Pontianak yang diprakirakan tumbuh sebesar 5,51% (yoy) dan 2,43% (yoy), lebih rendah dibandingkan 7,34% (yoy) dan 3,85% (yoy) pada triwulan IV-2021.

Secara triwulanan, harga properti residensial pada triwulan I-2022 diprakirakan masih tumbuh terbatas. Pada triwulan I-2022, IHPR diperkirakan tumbuh sebesar 0,20% (qtq), lebih rendah dibandingkan 0,29% (qtq) pada triwulan IV-2021 maupun 0,38% (qtq) pada triwulan IV-2020.

Moderasi pertumbuhan harga rumah secara triwulanan diprakirakan akan terjadi pada seluruh tipe rumah. Perkiraan pertumbuhan harga rumah yang terbatas tersebut terutama disebabkan karena penurunan harga di Kota Batam dan Pontianak dan stagnasi harga yang terjadi di Bandung, Bandar Lampung, Palembang dan Jabodebek-Banten.

Pada triwulan IV-2021, sumber pembiayaan utama pengembang dalam pembangunan properti residensial berasal dari dana internal dengan proporsi sebesar 63,33% terhadap total modal perusahaan.

Sumber pembiayaan lainnya yang menjadi preferensi pengembang antara lain pinjaman perbankan dan pembayaran dari konsumen dengan proporsi masing-masing sebesar 22,47% dan 9,93% dari total modal. Berdasarkan komposisi dana internal, porsi terbesar berasal dari laba ditahan (49,24%) diikuti modal disetor (46,98%).

Sementara itu, dari sisi konsumen, secara umum masih mengandalkan pembiayaan KPR untuk pembelian properti residensial. Hal ini tercermin dari hasil survei yang menunjukkan bahwa 75,65% dari total konsumen membeli properti residensial dengan menggunakan fasilitas KPR, sementara sebanyak 16,51% lainnya dengan tunai bertahap dan secara tunai sebesar 7,31%.

Pada triwulan IV-2021, pertumbuhan total nilai kredit KPR dan KPA secara tahunan tercatat meningkat sebesar 9,76% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 9,39% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Peningkatan penyaluran KPR dan KPA juga terpantau secara triwulanan, tumbuh sebesar 2,71% (qtq), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 2,64% (qtq).

Selanjutnya, pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) pada triwulan IV-2021 tercatat sebesar Rp2,29 triliun atau tumbuh sebesar 30,73% (yoy), jauh melambat dari 218,36% pada triwulan sebelumnya. (Try/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat