visitaaponce.com

Jangan Hanya Ikut Tren, Investasi Perlu Pondasi Keuangan Kuat dan Pengetahuan Cukup

Jangan Hanya Ikut Tren, Investasi Perlu Pondasi Keuangan Kuat dan Pengetahuan Cukup
Kelas Finansial  “Pengelolaan Keuangan yang lebih Smart pada Tahun 2022”.(Ist)

BELAKANGAN, investasi menjadi tren yang ramai dibahas. Di akun-akun media sosial, juga dalam obrolan bersama teman.

Terlebih jika ada rekan yang berhasil mendapat cuan banyak dari investasi, semangat untuk mengikuti jejaknya pun kian tersulut.

Buru-buru, dana tabungan dipakai untuk ‘berinvestasi’, bahkan ada yang berhutang demi bisa jual beli saham atau aset crypto. Tepatkah perilaku yang demikian?

Dalam keterangan pers, Jumat (11/30, konsultan keuangan Ghita Argasasmita mengatakan, berinvestasi sebaiknya jangan hanya ikut-ikutan tren. Sebelum berinvestasi, seseorang perlu memperkuat pondasi keuangan dan memiliki pengetahuan cukup tentang investasi.

Pondasi keuangan meliputi tiga hal. Pertama, cash flow atau arus kas yang positif. Jadi, pendapatan harus lebih besar dari pada pengeluaran. Kedua, memiliki dana darurat yang memadai. Ketiga, memiliki asuransi yang benar.

“Sekarang, kita bahas satu-satu,” ajaknya dalam Kelas Finansial  “Pengelolaan Keuangan yang lebih Smart pada Tahun 2022” yang digelar Jenius.

Pertama, arus kas harus positif. Untuk memastikan hal ini, kita wajib melakukan pengelolaan keuangan atau budgeting.

Pendapatan bulanan (gaji dan hasil usaha) ditambah dengan pendapatan tahunan (misal THR dan bonus) perlu ditempatkan ke pos-pos pengeluaran yang diatur dengan prinsip 4, 3, 2, 1.

"Yaitu, 40% untuk kebutuhan primer, misal transportasi, makan utama, pulsa listrik dan HP, internet, dan sekolah anak. Lalu, maksimal 30% untuk membayar cicilan hutang produktif (misal rumah dan mobil/motor)," jelasnya.

Kemudian, 20% untuk tabungan dan investasi. Terakhir, 10% untuk hiburan (travelling, nge-mall, dan lain-lain).

Budgeting ini tahapan paling penting sekaligus paling susah karena gaya hidup dan kebiasaan konsumsi kita harus disesuaikan dengan angka-angka bujet,” papar Ghita yang juga founder dan CEO Integrita Financial.

Untuk memudahkan budgeting, lanjutnya, sebaiknya jangan hanya menggunakan satu rekening tabungan karena bisa menjebak.

Misalnya, kita sudah membatasi bujet hiburan maksimal Rp.1 juta, kalau tidak dipisahkan dari rekening utama, bisa-bisa pengeluarannya lebih dari itu karena hiburan adalah sesuatu yang menyenangkan, akan lebih mendorong kita untuk mengonsumsi lebih banyak.

"Kalau rekeningnya dipisahkan, kita bisa lihat pas mau senang-senang dana hiburan masih ada atau enggak,” terang Ghita.

Lanjut ke pondasi berikutnya, memiliki dana darurat yang memadai. Idealnya, para lajang memiliki dana darurat yang besarnya minimal 3 kali gaji bulanan. Adapun untuk yang sudah berkeluarga, besar dana darurat idealnya 12 kali kebutuhan primer bulanan plus cicilan. 

"Dana darurat ini sangat penting. Inilah jaring penyelamat kita ketika dalam kondisi mendesak, seperti kehilangan pekerjaan, ada pemotongan gaji, atau peristiwa lainnya yang membuat kita kehilangan pemasukan, agar kita tidak terjerat hutang dan bangkrut,” kata Ghita. 

Sesuai fungsinya, lanjut Ghita, dana darurat tidak boleh ditempatkan pada instrumen berisiko menengah-tinggi.

Idealnya, dana darurat ditempatkan pada instrumen safe haven seperti tabungan berjangka, deposito, logam mulia, reksadana pasar uang, dan valas tertentu yang bernilai tinggi dan stabil seperti dolar AS dan yen.

Lanjut ke pondasi keuangan ketiga, memiliki asuransi yang benar. Menurut Ghita, asuransi yang benar ialah yang sesuai kebutuhan. Ia mencontohkan, pasangan yang belum memiliki anak perlu asuransi kesehatan tapi tidak memerlukan asuransi jiwa.

Asuransi jiwa dibutuhkan untuk pasangan yang sudah memiliki anak. Karena asuransi jiwa diperuntukkan bagi anak ketika orangtuanya meninggal agar di kemudian hari anak tetap bisa hidup layak.

“Asuransi juga tidak perlu dobel-dobel. Misal, untuk asuransi kesehatan, kalau sudah dapat dari kantor dan memadai, tidak usah beli lagi,” imbuhnya. 

Selanjutnya, setelah ketiga pondasi keuangan tersebut sudah kita miliki, tiba saatnya memikirkan dan melakukan investasi. Investasi, harus disesuaikan dengan tujuan keuangan. Apakah untuk jangka pendek, menengah, atau panjang. Hal itu akan menentukan pemilihan jenis investasi.

Sebagai contoh, investasi untuk menyiapkan dana sekolah anak. Anak akan masuk TK dua tahun lagi. Investasi lebih sesuai dilakukan pada instrumen tabungan berjangka atau reksadana pasar uang (tingkat risikonya rendah), bukan reksadana saham (tingkat risiko tinggi).

“Karena dananya akan dipakai dua tahun lagi, jadi lebih baik ditempatkan pada instrumen yang berisiko rendah karena ‘sebentar’ lagi mau dipakai," jelasnya.

"Lain halnya kalau tujuan investasi adalah untuk menyiapkan dana kuliah anak 12 tahun lagi. Ini termasuk jangka panjang, jadi investasi bisa dilakukan pada instrumen saham dan reksadana pendapatan tetap,” tutur Ghita.

Ia menambahkan, investasi tidak sama dengan trading. Seorang trader cenderung mengutamakan analisis teknikal, mengamati tren untuk mengejar target keuntungan harian atau mingguan.

“Kalau investor, dia melakukan investasi untuk mencapai tujuan keuangan tertentu, jadi perlu pengetahuan cukup agar dalam memilih instrumen investasi paham risikonya dan memperhatikan faktor fundamentalnya,” jelas Ghita.

Manfaatkan Aplikasi Keuangan

Senada, Digital Banking Business Product Head Bank BTPN, Waasi B Sumintardja, menekankan pentingnya disiplin melakukan budgeting untuk mengelola keuangan, termasuk dalam berinvestasi.

Sayangnya, masih ada orang yang enggan melakukannya karena terkesan ribet harus rajin mencatat. Padahal, saat ini ada berbagai aplikasi keuangan yang bisa kita manfaatkan untuk tujuan tersebut. Salah satunya ialah Jenius. 

“Sejak awal Jenius ditujukan untuk memberikan solusi hidup dan manajemen keuangan yang menyeluruh. Karena itu, penciptaan Jenius dilakukan melalui proses kokreasi dengan menggandeng berbagai mitra untuk benar-benar memahami kebutuhan masyarakat terkait aspek finansial. Sehingga, Jenius bisa menjadi solusi kebutuhan finansial sehari-hari secara lebih mudah, cerdas, dan aman,” papar Waasi.

Ia mencontohkan beberapa fitur Jenius yang bisa dimanfaatkan untuk mengelola keuangan.

Pertama, fitur Moneytory. Ini serupa dengan catatan harian keuangan atau rekening Koran/account statement yang mencatat pemasukan dan pengeluaran kita. Bahkan ada kategorisasi otomatis sehingga kita bisa mengecek pengeluaran terbesar di kategori apa.

“Jadi kita tidak perlu membuat catatan manual. Fitur ini membantu memonitor cash flow kita,” kata Waasi.

Fitur selanjutnya, Jenius Debit Card. Setiap nasabah bisa memiliki hingga lima kartu debit. Penggunaan tiap kartu bisa disesuaikan dengan pos-pos kebutuhan nasabah.

Misalnya, sesuai dengan prinsip 4,3,2,1 yang sebelumnya dijelaskan Githa, kita bisa mengalokasikan dana untuk kebutuhan primer, membayar cicilan, investasi, dan hiburan ke masing-masing kartu.

Dengan demikian kita bisa lebih disiplin dalam menggunakan uang sesuai peruntukan masing-masing. “Setiap kartu bisa diatur limitnya, misal maksimal Rp1 juta per bulan. Kartu juga dilengkapi dengan PIN, bisa di block maupun unblock, dan ada histori transaksinya melalui aplikasi Jenius,” terang Waasi.

Selanjutnya, fitur Save It. Fitur ini terdiri dari Flexi Saver, Dream Saver, dan Maxi Saver. Fungsinya sebagai tabungan tambahan di luar tabungan utama dengan tingkat bunga yang lebih tinggi.

Tabungan ini ditujukan untuk menyimpan dana yang akan digunakan untuk tujuan tertentu di kemudian hari. Misal untuk menyiapkan biaya pendidikan anak, membayar DP pembelian rumah, dan investasi.

“Misal untuk membeli saham atau merencanakan liburan, dananya otomatis terdebet tiap bulan dari tabungan utama dan dikumpulkan di tabungan tambahan ini,” imbuh Waasi. 

Terkait investasi, lanjut Waasi, Jenius juga menyediakan fitur bernama Investasi. Fitur ini memudahkan pengguna dalam mengakses produk reksadana dari beragam manajer investasi terpilih.

Jenius juga menyediakan rekomendasi alokasi investasi berdasarkan profil risiko pengguna yang dapat dijadikan pertimbangan sebelum melakukan pembelian reksadana sehingga investasi lebih optimal.

“Fitur Investasi di Jenius menghadirkan cara simpel bagi pengguna, mulai dari membuka akun reksadana, memilih produk, bertransaksi, hingga memantau portofolio langsung dari aplikasi Jenius.”

Waasi menambahkan, ke depan Jenius akan terus mengembangkan fitur dan layanannya sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. (RO/OL-09)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat