Harga Komoditas Meroket, Menkeu Membuat Kebijakan Kian Sulit
KONFLIK antara Rusia dan Ukraina telah memicu lonjakan harga sejumlah komoditas. Perang antar kedua negara jelas memengaruhi harga energi, karena Rusia merupakan salah satu produsen energi terbesar.
Harga gas alam sekarang naik 58% (ytd), harga batu bara melonjak 92,9%, minyak Brent naik 54%, lalu CPO mengalami kenaikan harga 27%. Berikut, harga gandum naik 42%, di mana Ukraina dan Rusia merupakan produsen utama, kemudian harga jagung naik 26,7%.
Gejolak harga sejumlah komoditas memengaruhi harga energi dan harga pangan di negara-negara Barat, berikut negara-negara berkembang. Dengan adanya kenaikan harga energi, komoditas dan pangan, tekanan inflasi melonjak tinggi.
Baca juga: Sri Mulyani: Aktivitas Ekonomi RI Semakin Membaik
Producer price sudah naik sangat tinggi di Eropa mencapai 30%, meskipun inflasinya baru meningkat di 5,6%. Kondisi ini menggambarkan tekanan yang sangat berat dari sektor produsen, karena mengalami kenaikan harga barang. Namun, harga jual di konsumen hanya naik tipis.
"Negara-negara ini memiliki pilihan kebijakan yang makin sulit. Kalau harga sudah sangat tinggi, pasti akan menekan produsen," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers, Senin (28/3).
"Tetapi kalau negara menaikkan tingkat suku bunga, maka akan menekan daya beli, juga menekan investasi lebih besar," imbuhnya.
Baca juga: Jokowi: Ekosistem Usaha Harus Terus Dibenahi
Ancaman terhadap momentum pemulihan ekonomi menjadi sangat nyata. Dalam hal ini, dengan dilema kebijakan yang sekarang dihadapi semua negara, termasuk menstabilkan harga.
Di sisi lain, negara harus menjaga momentum pemulihan ekonomi, agar tidak mengalami pelemahan yang terlalu cepat. Banyak yang sudah melakukan respons kebijakan. Posisi harga produsen di sejumlah negara sudah bahkan di atas harga konsumen.
"Ini yang menjadi salah satu antisipasi bagi semua negara. Untuk menentukan seberapa cepat pengetatan kebijakan makro, terutama fiskal dan moneter. Terhadap adanya tren kenaikan harga di tingkat produsen dan konsumen," jelas Bendahara Negara.(OL-11)
Terkini Lainnya
Puncak Panen, Harga Gabah di Indramayu Naik
Harga Emas Antam Naik Rp8.000 per Gram, Menjadi Rp1.337.000
Harga Gula di Pasar Tradisional Depok Meroket, Rp20 Ribu per Kilogram
Petani di Subang Kesulitan Mendapatkan Pupuk Bersubsidi
Mau Beli Mobil Listrik? Yuk Pahami Dulu Perbedaan Antara Kendaraan CKD dan CBU
Menkes Sebut Harga Mahalnya Harga Obat di Indonesia Berkaitan Biaya Pendidikan Kedokteran
Bank Indonesia Adalah Bank Sentral, Apa Peran Utamanya?
DBS Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tumbuh Mencapai 5 Persen
Rp16.500, Batas Maksimal Toleransi Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar AS
Pengembangan UMKM Butuh Strategi yang Tepat
Oasis Central Sudirman Diharapkan Gerakkan Perekonomian Nasional melalui FDI
Kontribusi Pasar Modal terhadap Ekonomi Indonesia
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap