visitaaponce.com

Citra Tubindo Ekspor 1.200 Metriks Ton Pipa OCTG ke Uganda dan Arab Saudi

Citra Tubindo Ekspor 1.200 Metriks Ton Pipa OCTG ke Uganda dan Arab Saudi
PT Citra Tubindo mengekspor 600 metriks ton pipa casing dan 600 metriks ton pipa tubing masing-masing untuk tujuan Uganda dan Arab Saudi.(Ist)

PADA Kamis (9/6). PT Citra Tubindo Tbk. (CTBN) mengekspor 600 metriks ton pipa casing dan 600 metriks ton pipa tubing masing-masing untuk tujuan Uganda dan Arab Saudi.

Ekspor pipa  yang masuk dalam kategori OCTG atau Oil Country Tubular Goods (terdiri dari casing dan tubing pipe) ini merupakan bagian dari rangkaian aktivitas ekspor CTBN, pabrikan dalam negeri yang berbasis di Batam, Kepulauan Riau. 

Selama ini ada anggapan bahwa produk buatan dalam negeri cenderung lebih mahal dan tidak kompetitif di pasar global. Bahkan anggapan ini diperkuat dengan preferensi di berbagai proses tender domestik (pemerintah), bahwa tidak masalah harga sebuah produk sedikit lebih mahal, asalkan mengandung komponen lokal.

“Kami ingin merubah persepsi yang ada saat ini bahwa produk lokal sering kali dinilai kurang kompetitif, padahal produk dalam negeri seharusnya bisa maju dan bisa bersaing di pasar global,” tegas Satya Haragandhi, President Director PT Citra Tubindo Tbk dalam keterangan pers, Kamis (9/6)

Baca juga: Dorong Industri Dalam Negeri, Berikut Fasilitas yang Diberikan Bea Cukai

Menurut Satya, barang atau produk yang mengandung muatan lokal tidak identik dengan produk berkualitas rendah. Satya bahkan dengan bangga membuktikan bahwa produk-produk yang dipasok CTBN bisa bersaing, tidak hanya di dalam negeri tapi juga di pasar global.

CTBN adalah perusahaan dalam negeri yang memiliki spesialisasi memasok pipa OCTG kelas Premium.

Produk-produk yang dibuat CTBN memenuhi standar internasional, yang ditandai beragam sertifikasi dunia seperti API dan ISO, serta telah diaudit dan divalidasi oleh puluhan korporasi migas dunia seperti Total, Adnoc, KO, Chevron, Eni, Total, Exxon, BP, serta banyak lagi lainnya.
 
Pipa OCTG yang dipasok CTBN mengandung komponen lokal, namun bisa dipertanggungjawabkan di pasar global.

“Sekitar 70% pipa produksi kami diekspor ke mancanegara. Hal ini menunjukkan betapa produk kami bisa bersaing dengan produsen pipa sejenis dari negara lain,” ujar Satya.

Tak mudah memang untuk memenangkan persaingan di pasar global. CTBN memerlukan waktu hingga 13 tahun untuk dapat memproduksi pipa OCTG yang memenuhi standar dunia, dan bisa digunakan oleh end user di luar negeri.

CTBN yang didirikan pada tahun 1983 mulai memproduksi pipa untuk kebutuhan industri migas, meskipun sebagian masih impor.

CTBN terus belajar dan melakukan bermacam rangkaian uji coba, sampai akhirnya mampu memproduksi pipa tanpa lasan (seamless pipe) dengan standar internasional.  

“Ekspor pertama kami adalah di tahun 1996, kami butuh waktu 13 tahun untuk dapat mencapai sebuah keseimbangan produk, baik dari sisi kualitas maupun harga supaya bisa bersaing di pasar dunia,” jelas Fajar Wahyudi, direktur Operasi CTBN.

Menurut data (Kementrian Industri) bahwa saat ini pipa Premium OCTG buatan dalam negeri baru mengandung 30 persen TKDN.

Pasalnya, bahan baku untuk kebutuhan membuat pipa masih belum tersedia di dalam negeri. Agar kandungan lokal pipa OCTG bisa ditingkatkan, maka dibutuhkan pabrikan yang dapat mengolah biji besi menjadi billet.

Untuk itu, diperlukan dukungan pemerintah agar dapat mendorong industri dasar yang bisa membuat bijih besi menjadi billet, dan nantinya billet menjadi green pipe.

Dengan begitu, kandungan lokal pipa OCTG buatan dalam negeri otomatis akan meningkat.

Di bawah pembinaan SKK, CTBN memfokuskan upaya industrialisasinya untuk menghasilkan kualitas produk.

Proses produksi dan pembelajaran berkelanjutan, dan menyertakan mitra setempat.  CTBN membangun ekosistem produksi yang menggunakan teknologi serta peralatan unggulan. Juga, proses verifikasi kualitas dilakukan secara canggih menggunakan alat test terbaik (Phase Array NDT) dan hanya dimiliki oleh CTBN di wilayah Asia ini.

Pada saat pandemi tahun lalu CTBN berhasil meraih 2 penghargaan level dunia dari Vallourec, sebuah pabrikan teknologi perpipaan skala dunia asal Perancis. CTBN diberi gelar ‘Industry Excellent’, sekaligus dinyatakan sebagai pabrikan dengan kapasitas ‘Plant Level 3’, yang menjelaskan bahwa CTBN merupakan pabrikan lokal dengan kapasitas tertinggi dan mampu menangani pekerjaan rumit.

“Inilah yang ingin kami tunjukkan di Forum Kapasitas Nasional 2022. Ada pabrikan di Batam binaan SKK Migas, yang mampu bersaing di pasar global dengan produk bermuatan lokal. Kami ingin memprovokasi bahwa produk bermuatan lokal juga mampu bersaing secara kompetitif di pasar global,” tutup Satya.

SKK Migas sebagai otoritas kegiatan hulu migas terus mendorong KKKS dalam meningkatkan peran industri nasional maupun lokal di seluruh pelaksanaan aktivitas industri hulu migas, serta peningkatan target Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam pengelolaan komponen barang dan jasa industri hulu migas demi tercapainya target TKDN di 2022 sebesar 57%.

Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas, Erwin Suryadi, mengatakan, ”Kami sangat mengapresiasi seluruh usaha yang dilakukan oleh PT Citra Tubindo Tbk."

"Kini saatnya produk Indonesia diakui dunia internasional karena kualitas dan harga yang kompetitif, semoga semakin banyak pabrikan Indonesia yang mampu bersaing di pasar global,” kata Erwin.

Demi memaksimalkan penggunaan produk barang/jasa dalam negeri, SKK Migas dan KKKS memfasilitasi pertemuan para pemangku kepentingan (stake holder) industri hulu melalui rangkaian acara Pra Kegiatan Forum Kapasitas Nasional di beberapa wilayah di Indonesia dan wilayah Sumbagut dilaksanakan di kota Batam pada 7-8 Juni 2022. (RO/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat