IHSG Dibuka Melemah Pada Perdagangan Hari Ini
![IHSG Dibuka Melemah Pada Perdagangan Hari Ini](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/07/285f2b4dd6545f9de8b324c9b54f8f2b.jpg)
PERGERAKAN Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat (15/7), dibuka melemah 0,05% atau 3,54 poin ke posisi 6.686,55. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 0,06% atau 0,58 poin ke posisi 948.
Meskipun melemah, Riset KB Valbury Sekuritas memperkirakan IHSG hari ini akan bergerak mixed dengan peluang menguat ditengah beragam katalis baik dari internal maupun eksternal.
"Sentimen pasar dari dalam negeri masih terkait resesi ekonomi yang tengah menjadi ancaman global dan menjadi pemicu kekhawatiran bagi pasar global. Kendati, risiko resesi yang ada di Indonesia masih terbilang rendah yaitu hanya 3%, kendati terbilang rendah, namun pemerintah tetap harus waspada terkait dengan adanya risiko resesi tersebut," tulisnya dari laman resmi.
Lebih lanjut, pemerintah dikatakan tidak boleh terlena dengan angka tersebut. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan tetap waspada dengan menggunakan semua instrumen kebijakan yang ada, entah itu kebijakan fiskal, kebijakan moneter di OJK di sektor keuangan, dan juga regulasi yang lain untuk memonitor hal tersebut terutama regulasi exposure dari korporasi Indonesia.
Baca juga: IHSG Menguat karena Investor Prediksi Inflasi AS
Di tengah ketidakpastian global, masih terdapat peluang investasi baru, khususnya di sektor yang lebih hijau. Industri baterai kendaraan listrik, industri kendaraan listrik, industri panel surya, dan sebagainya, menjadi peluang untuk tumbuh lebih cepat.
"Sementara itu, sentimen pasar dari luar negeri terkait dengan AS yang mencatatkan inflasi tertinggi dalam 41 tahun terakhir sebesar 9,1% dan berpotensi memperlambat proses pemulihan industri manufaktur Indonesia semester II 2022," ujar Riset KB Valbury Sekuritas.
Faktor utama yang dapat memicu perlambatan ekonomi Indonesia ialah berkurangnya prospek AS sebagai salah satu negara tujuan utama ekspor manufaktur Indonesia. Dampak inflasi AS cukup signifikan bagi manufaktur RI.
Sebagai pasar tujuan ekspor negara tersebut kurang prospek karena inflasi yang tinggi membuat pertumbuhan ekonominya turun. Dampak transisi moneter yang dinilai akan lebih agresif. Industri manufaktur mesti bersiap menghadapi kenaikan tingkat suku bunga yang lebih tinggi di tengah kondisi permintaan pasar yang belum tentu membaik.(OL-5)
Terkini Lainnya
Ditarget Investasi Rp8 Miliar, Sorong Sasar Perdagangan dan Jasa
Biaya Logistik Perdagangan Indonesia Termahal di ASEAN
Sidang Subsidiary Body UNFCCC Ke-60: Perdagangan Karbon Luar Negeri Harus dengan Otorisasi
Indonesia Perlu Tingkatkan Infrastruktur dan Perdagangan untuk Jaga Peringkat WCR
Rilis Trade Expo 2024, Kemendag Targetkan Transaksi Rp243 Miliar
Jadi Negara Aksesi OECD, Indonesia Targetkan Perluasan Dagang
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap