visitaaponce.com

IHSG Dibuka Melemah Pada Perdagangan Hari Ini

IHSG Dibuka Melemah Pada Perdagangan Hari Ini
IHSG(ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

PERGERAKAN Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) pada hari ini, Jumat (15/7), dibuka melemah 0,05% atau 3,54 poin ke posisi 6.686,55. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 0,06% atau 0,58 poin ke posisi 948.

Meskipun melemah, Riset KB Valbury Sekuritas memperkirakan IHSG hari ini akan bergerak mixed dengan peluang menguat ditengah beragam katalis baik dari internal maupun eksternal.

"Sentimen pasar dari dalam negeri masih terkait resesi ekonomi yang tengah menjadi ancaman global dan menjadi pemicu kekhawatiran bagi pasar global. Kendati, risiko resesi yang ada di Indonesia masih terbilang rendah yaitu hanya 3%, kendati terbilang rendah, namun pemerintah tetap harus waspada terkait dengan adanya risiko resesi tersebut," tulisnya dari laman resmi.

Lebih lanjut, pemerintah dikatakan tidak boleh terlena dengan angka tersebut. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan tetap waspada dengan menggunakan semua instrumen kebijakan yang ada, entah itu kebijakan fiskal, kebijakan moneter di OJK di sektor keuangan, dan juga regulasi yang lain untuk memonitor hal tersebut terutama regulasi exposure dari korporasi Indonesia.

Baca juga: IHSG Menguat karena Investor Prediksi Inflasi AS

Di tengah ketidakpastian global, masih terdapat peluang investasi baru, khususnya di sektor yang lebih hijau. Industri baterai kendaraan listrik, industri kendaraan listrik, industri panel surya, dan sebagainya, menjadi peluang untuk tumbuh lebih cepat.

"Sementara itu, sentimen pasar dari luar negeri terkait dengan AS yang mencatatkan inflasi tertinggi dalam 41 tahun terakhir sebesar 9,1% dan berpotensi memperlambat proses pemulihan industri manufaktur Indonesia semester II 2022," ujar Riset KB Valbury Sekuritas.

Faktor utama yang dapat memicu perlambatan ekonomi Indonesia ialah berkurangnya prospek AS sebagai salah satu negara tujuan utama ekspor manufaktur Indonesia. Dampak inflasi AS cukup signifikan bagi manufaktur RI.

Sebagai pasar tujuan ekspor negara tersebut kurang prospek karena inflasi yang tinggi membuat pertumbuhan ekonominya turun. Dampak transisi moneter yang dinilai akan lebih agresif. Industri manufaktur mesti bersiap menghadapi kenaikan tingkat suku bunga yang lebih tinggi di tengah kondisi permintaan pasar yang belum tentu membaik.(OL-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat