visitaaponce.com

Sri Mulyani Dunia Tidak Baik-baik Saja

Sri Mulyani: Dunia Tidak Baik-baik Saja
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati(MI/Panca Syurkani )

Belum usai dampak pandemi ditangani, dunia kini dihadapkan pada kemungkinan resesi ekonomi imbas perang Rusia dan Ukraina. Sebab, konflik dua negara Eropa Timur itu merupakan pemasok energi dan pangan terbesar bagi dunia, utamanya di Benua Biru.

Kondisi itu megguncang stabilitas perekonomian global. Indonesia harus tetap waspada meski saat ini berdasarkan berbagai data indikator ekonomi masih tergolong cukup baik. "Dunia tidak baik-baik saja, inflasi di berbagai negara melonjak sangat tinggi," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Dies Natalies PKN STAN, Jumat (29/7).

Dia mengatakan, rapuhnya perekonomian negara-negara maju akibat tingginya inflasi berpotensi memberi dampak pada Indonesia. Sebab, negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan sejumlah negara Eropa merupakan mitra strategis ekspor nasional.

Melemahnya perekonomian negara mitra dagang tentu akan berdampak pada menurunnya permintaan ekspor dari Indonesia. Hal ini menurut Sri Mulyani akan menjadi salah satu dampak yang akan dirasakan dan tak bisa dihindari.

Pasalnya, bila permintaan ekspor dari negara-negara itu turun, maka harga-harga komoditas bakal melandai. Itu berarti ada potensi pelemahan kinerja dagang yang dalam 26 bulan terakhir selalu mencatatkan surplus.

"Kalau (ekonomi) mereka melemah, permintaan terhadap ekspor turun, harga komoditas juga turun," jelas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Ancaman itu disebut nyata. Pagi ini misalnya, Amerika Serikat melaporkan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022 di level -0,9% (year on year/yoy). Dus, Negeri Paman Sam otomatis mengalami resesi setelah di triwulan I 2022 mencatatkan pertumbuhan -1,6% (yoy).

Sebelum AS melaporkan kinerja ekonominya, pekan lalu Tiongkok lebih dulu melaporkan pelambatan pertumbuhan di triwulan II, yakni 0,4% (yoy). Ekonomi Negeri Tirai Bambu terjun bebas lantaran pada triwulan I masih mencatatkan pertumbuhan 4,8% (yoy).

Karena itu, kata Sri Mulyani, Indonesia ogah jumawa dan berbangga diri meski perekonomian dalam posisi yang saat ini tergolong aman. "APBN hingga Juni kita surplus, (tapi) kita tidak jumawa. Kita tahu situasi masih akan sangat cair dan dinamis," kata dia.

"Berbagai kemungkinan terjadi dengan kenaikan suku bunga, capital outflow terjadi di seluruh negara berkembang dan emerging, termasuk Indonesia. Itu bisa mempengaruhi nilai tukar, suku bunga, dan bahkan inflasi di Indonesia," lanjut perempuan yang karib disapa Ani itu.

Kemarin dulu, saat melaporkan kinerja APBN semester I 2022, Ani mengatakan, Indonesia mesti memikirkan cara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan situasi krisis global, utamanya yang terjadi pada negara mitra dagang, mengandalkan kinerja ekspor sebagai mesin pertumbuhan menjadi riskan.

"Domestic source of growth menjadi penting di dalam menjaga kinerja ekonomi kita. Pada saat ekspor kita bagus, kita mendapatkan eksternal balance, tapi karena dunia tidak pasiti, maka kita tidak boleh hanya mengandalkan eksternal source, karenanya kita manfaatkan domestik," jelas dia.

Namun dia masih optimistis, sokongan kinerja dagang akan mendorong pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022. Setidaknya, dengan capaian apik selama semester I, ekonomi nasional diyakini mampu tumbuh di kisaran 5%.

"Adanya pengaruh windfall revenue komoditas dan juga pemulihan yang sangat kuat ini sangat positif. Sampai semester I pertumbuhan ekonomi di atas 5% mungkin masih bisa kita jaga, kita harapkan ini bertahan," jelas dia. (OL-12)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat