visitaaponce.com

Sempat Melambat, Kegiatan Dunia Usaha Diprediksi Pulih pada Musim Panen

Sempat Melambat, Kegiatan Dunia Usaha Diprediksi Pulih pada Musim Panen
Suasana keramaian pengunjung di pusat perbelanjaan Pasar Tanah Abang, Jakarta.(MI/Susanto)

HASIL Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) oleh Bank Indonesia pada triwulan IV 2022 mengindikasikan kinerja kegiatan usaha tetap melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Hal tersebut tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada triwulan IV-2022 sebesar 10,27%, lebih rendah dari 13,89% pada triwulan I-2022. Nilai SBT tercatat positif pada seluruh sektor, kecuali pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan (SBT -1,52%), utamanya subsektor tanaman bahan makanan (Tabama).

"Ini terjadi seiring dengan masuknya musim tanam," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono dalam keterangannya, Jumat (13/1).

Sektor tersier menopang kegiatan usaha pada triwulan IV 2022, seperti pengangkutan dan komunikasi (SBT 1,47%) dan jasa-jasa (SBT 2,38%). Hal ini sejalan dengan peningkatan permintaan saat HBKN Natal dan libur akhir tahun. Dukungan disusul oleh sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan (SBT 2,99%).

Sedangkan beberapa sektor usaha yang tercatat melambat seperti pertambangan dan penggalian (SBT 0,45%) seiring dengan masuknya musim hujan sehingga menahan kegiatan penambangan, lalu industri pengolahan (SBT 1,04%) dan konstruksi (SBT 0,59%).

Pada triwulan I 2023, responden memprakirakan kegiatan usaha meningkat dengan SBT sebesar 13,66%, lebih tinggi dibandingkan SBT 10,27% pada triwulan IV-2022.

Peningkatan itu didorong kinerja sektor primer dan sekunder yaitu pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan (SBT 3,30%), seiring dengan musim panen di bulan Maret, disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian (SBT 1,05%), serta industri pengolahan (SBT 2,89%).

Baca juga: Moeldoko: UMKM Masih Jadi Tulang Punggung Ekonomi Nasional

"Ini sejalan dengan mulai meningkatnya permintaan, yang didukung kapasitas penyimpanan dan ketersediaan sarana produksi," sambungnya.

Kemudian survei juga mencatat kapasitas produksi terpakai pada triwulan IV-2022 relatif menurun pada seluruh sektor. Kapasitas produksi terpakai pada triwulan IV-2022 sebesar 70,94%, lebih rendah dibandingkan 73,67% pada triwulan III-2022.

Penurunan terjadi terutama pada sektor pertambangan dan penggalian (67,35%), pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan (68,75%) dan industri pengolahan (71,15%).

"Penurunan kapasitas produksi ini sejalan dengan kinerja usahanya," jelas Erwin.

Sementara itu dari kondisi keuangan dan akses kredit, mayoritas responden menunjukkan kondisi keuangan perusahaan meningkat pada triwulan IV-2022.

Hal ini tercermin dari Saldo Bersih (SB) likuiditas sebesar 21,52%, lebih tinggi dibandingkan SB 19,64% pada triwulan III-2022. Hal tersebut didorong oleh peningkatan persentase responden yang menjawab kondisi likuiditas "baik" dari 25,22% pada triwulan III-2022 menjadi 27,45% pada triwulan IV-2022.

Kondisi rentabilitas atau kemampuan perusahaan untuk mencetak laba pada triwulan IV-2022 juga terindikasi membaik. Hal ini tercermin dari SB indikator rentabilitas sebesar 19,43%, lebih tinggi dari SB 16,40% pada triwulan sebelumnya.

Persentase responden yang menjawab kondisi rentabilitas pada triwulan IV-2022 "baik" sebanyak 26,91%, meningkat dibandingkan 23,81% pada triwulan sebelumnya.

Lebih lanjut, responden menilai akses kredit perbankan pada triwulan IV-2022 dalam kondisi lebih mudah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Baca juga: BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Wajah Bankir Bahagia

Saldo Bersih (SB) akses kredit pada triwulan IV-2022 sebesar 4,56%, meningkat dibandingkan 2,79% pada triwulan III-2022. Hal itu sejalan dengan persentase responden yang menjawab "mudah" tercatat sebesar 9,06%, meningkat dibandingkan 7,11% pada triwulan sebelumnya.

Untuk tenaga kerja, lada triwulan IV-2022, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) tenaga kerja tercatat sebesar -0,75%, berbalik dari 1,46% pada triwulan III-2022.

Pembalikan SBT terjadi pada sektor industri pengolahan (SBT -2,03%), sementara pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan (SBT -0,77%) serta listrik, gas dan air bersih (SBT -0,11%) mash tercatat terkontraksi.

Pada triwulan I-2023, penggunaan tenaga kerja diprakirakan meningkat dengan SBT sebesar 3,45%. Seluruh sektor tercatat membaik.

Peningkatan tertinggi terjadi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (SBT 0,52%), serta perdagangan, hotel dan restoran (SBT 0,91), sementara industri pengolahan (SBT -0,68%) juga membaik meski masih dalam fase kontraksi.

"Responden menginformasikan peningkatan pada sektor pertanian didorong oleh peningkatan aktivitas produksi dan masa panen. Dementara Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan didorong oleh pembukaan cabang/outlet sehingga perlu melakukan rekrutmen pegawai baru," kata Erwin.

Di sisi lain, tekanan kenaikan harga jual diindikasi melandai pada triwulan IV-2022, dengan nilai SBT 19,84%, lebih rendah dari SBT 21,82% pada triwulan III-2022.

Tekanan yang masih cukup tinggi ini sejalan dengan pola musiman HBKN Natal dan libur akhir tahun. Beberapa sektor tercatat meningkatkan harga jual, seperti pertanian, dan kelompoknya (SBT 4,89%), khususnya didorong kenaikan pada subsektor tanaman bahan makanan, sektor jasa-jasa (SBT 1,26%), serta keuangan, real estat dan jasa perusahaan (SBT 2,41%) khususnya pada subsektor bank.

"Tekanan kenaikan harga jual diprakirakan melambat meski mash cukup tinggi pada triwulan I-2023 dengan SBT 16,84%, lebih rendah dibandingkan 19,84% pada triwulan IV-2022," papar Erwin.

Baca juga: Pemerintah Mau Tambah Jenis DHE yang Wajib Parkir di RI

Penurunan tekanan harga jual terjadi pada mayoritas sektor, terutama bersumber dari sektor pertanian, dan kelompoknya (SBT 3,83%) seiring masa panen, lalu pertambangan dan penggalian (SBT 0,27%) dan konstruksi (SBT 0,68%). Ini sejalan dengan penyesuaian harga bahan baku, serta sektor pengangkutan dan komunikasi (SBT 0,70%), sejalan penurunan harga pasca HBKN Natal dan libur tahun baru.

Untuk investasi, pada triwulan IV-2022, realisasi meningkat dari triwulan sebelumnya, tercermin dari SBT investasi triwulan IV-2022 sebesar 7,68%, lebih tinggi dibandingkan SBT 3,38% pada triwulan sebelumnya.

Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan kegiatan investasi pada triwulan laporan terindikasi terjadi pada sebagian sektor terutama sektor jasa-jasa (SBT 2,36%), industri pengolahan (SBT 1,26%), pertanian dan kelompoknya (SBT 0,88%) dan perdagangan, hotel dan restoran (SBT 0,97%).

"Responden mengatakan investasi itu digunakan untuk pengembangan teknologi, penambahan sarana dan prasarana, pembelian alat/mesin baru serta maintenance mesin," terangnya.

Pada triwulan I-2023 responden memprakirakan investasi meningkat berlanjut meningkat, untuk pengembangan teknologi, pembelian alat/mesin baru, penambahan sarana dan prasarana, serta perluasan lahan pertanian.(OL-11)
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat