visitaaponce.com

Pengamat PHK Massal di Perusahaan Teknologi Global Akibat Euforia

Pengamat : PHK Massal di Perusahaan Teknologi Global Akibat Euforia
Pekerja melihat pergerakan saham GoTo (Gojek Tokopedia) di Jakarta, Jumat (18/11/2022). PT GoTo) memutuskan untuk PHK sebanyak 1.300 orang(dok.ant)

BEBERAPA minggu terakhir, dunia dikejutkan oleh PHK massal yang dilakukan perusahaan teknologi dunia. Beberapa di antaranya adalah Amazon yang melakukan PHK terhadap sekitar 18 ribu karyawan, Google 12 ribu, Microsoft 11 ribu, Meta 11 ribu, Salesforce 7 ribu, Twitter 3.700, Coinbase 960, dan Netflix 450.

Pengamat Marketing Yuswohady mengatakan bahwa fenomena ini dapat dilihat dari dua sisi yaitu secara politis dan ekonomi. Jika dilihat secara ekonomi, PHK massal terjadi karena dua hal. Pertama, salah prediksi, dalam artian pada awal pandemi perusahaan besar terkonologi tersebut melakukan kesalahan dengan merekrut ribuan karyawan karena terlalu optimis terhadap lonjakan ekonomi digital akibat pandemi.

"Kedua, ekonomi dunia dilanda resesi, inflasi tinggi, dan kue iklan mengerut sehingga potensi revenue menggiurkan yang mereka harapkan di awal pandemi ternyata hanya pepesan kosong," ungkapnya kepada Media Indonesia, Sabtu (28/1).

Menurutnya, kedua hal ini digerakan oleh FOMO (fear of missing out) atau takut ketinggalan momentum. Salah satu pemicu FOMO ini adalah bias kognitif yang disebut social proof yaitu aksi ikut-ikutan ketika orang lain melakukan sesuatu.

"Itulah yang dialami perusahaan teknologi saat awal pandemi sampai saat ini. Di awal pandemi, mereka melihat prospek lonjalan ekonomi digital karena konsumen hijrah dari ranah offline ke online. Itulah yang mendorong mereka FOMO melakukan aksi ikut-ikutan merekrut ribuan karyawan. Satu aksi yang dilakukan pemain dan diikuti pemain lain secara beramai-ramai atau copycat behavior," kata Yuswohady.

"Di akhir pandemi hal sebaliknya terjadi. Krisis global dan inflasi tinggi membuat bisnis mereka terpuruk. Maka, ketika satu pemain melakukan layoff besar-besaran, FOMO kembali terjadi," sambungnya.

Dimensi Politis

Sementara itu, Jika dilihat dari sisi politis, PHK massal disebabkan oleh desakan investor untuk menekan cost dari karyawan agar profitabilitas dan kinerja saham membaik.

"Karena ketika krisis, omzet otomatis tidam tercapai, terjadilah PHK massal. Jadi perusahaan raksasa itu kalau PHK karyawan bukan sahamnya jatuh, justru naik. Nah dengan cost karyawan turun, spread profit mereka jadi naik. Itu desakan investor karena krisis dunia ini proyeksi pendapatan berkurang kan, maka harus tekan cost agar profitabilitas bagus dan kinerja saham juga bagus,"

Lebih lanjut, Yuswohadi menambahkan bahwa kondisi global yang penuh ketidakpastian karena perang Ukraina-Rusia, tekanan inflasi yang tinggi dan lainnya menjadi alasan bagi para perusahaan teknologi besar untuk melakukan PHK massal.

"Jadi mereka PHK dalam rangka memperbaiki profitabilitas dan mengikuti perubahan lingkungan bisnis dan mereka adaptif. Jadi kondisi enggak bagus, PHK menjadi respons mereka. Praktik ini akan terjadi terus menerus. Mereka sebetulnya untung karena global crisis karena itu bisa jadi alasan untuk lakukan PHK padahal mereka masih untung secara profit dan saham," tegas Yuswohady.

Dia menilai bahwa PHK massal yang terjadi pada perusahaan teknologi global dan Indonesia sangat berbeda. Menurutnya, PHK massal yang dilakukan oleh perusahaan teknologi Indonesia dilakukan untuk bertahan hidup.

"Di akhir 2022 kan terjadi PHK massal unicorn Indonesia baik GoTo, Travelloka dan lainnya itu karena bertahan hidup. Kalau startup kita itu menahan kebangkrutan karena pembiayaan ke belum selesai, ketika kondisi tidak baik, investor menarik pembiayaan. Makanya mereka merugi dan itu besar sekali. Mereka masih haus duit investor. Ketika susah maka duitnya berhenti. Ketika berhenti ya bisa bankrut. Kalau perusahaan raksasa itu bukan dalam rangka mau bankrut karena mereka hanya menekan cost dan kondisi yang menjadi alasannya," pungkasnya. (OL-13)

Baca Juga: Akhir Pekan Harga Emas Sedikit Melemah

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat