visitaaponce.com

Volatilitas Arus Modal Akibat Sentimen The Fed Masih akan Terus Diperhatikan

Volatilitas Arus Modal Akibat Sentimen The Fed Masih akan Terus Diperhatikan
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan materi saat Kuliah Umum di Grand Studio Metro TV, Jakarta, Jumat (3/2/2023).(MI/Ramdani)

PASAR keuangan global selama ini menyumbangkan ketidakpastian dengan volatilitas yang tinggi, sudah mulai mereda meski indikator dari bank sentral AS The Fed untuk tetap bertahan dengan suku bunga yang tinggi akan menyumbangkan sentimen.

Indeks volatilitas baik di pasar saham maupun obligasi sudah mengalami penurunan dan level dari credit default swap Indonesia juga melandai. Artinya persepsi resiko terhadap Indonesia semakin membaik.

"Volatilitas masih akan kami perhatikan karena akan memberikan tidak hanya sentimen positif atau negatif, tapi juga akan sangat menentukan arus modal di Indonesia," kata Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (22/2).

Baca juga: Pelaku Pasar Kembali Cemaskan Ruang Kenaikan Fed Rate

Nilai tukar rupiah mengalami apresiasi 2,7%, menggambarkan eksternal balance Indonesia bagus dan keyakinan terhadap ekonomi Indonesia juga membaik.

Capital inflow, arus modal masuk menggambarkan persepsi terhadap Indonesia yang menunjukkan makin positif mulai terlihat, meski belum pulih secara keseluruhan.

Arus modal ke surat berharga negara (SBN) menunjukkan arah yang positif, arus masuk mencapai US$ 7,2 miliar atau 1,5% dari asset under managementnya dari para investor atau fund manager.

Pasar obligasi Indonesia juga mendapatkan arus modal masuk sebesar Rp 43,9 triliun (ytd), meski beberapa waktu terakhir terjadi outflow, sebagai akibat arah dari the Fed yang menentukan sentimen terhadap arus modal terutama yang sifatnya jangka pendek untuk saham dan obligasi.

Baca juga: Pemerintah Mewaspadai Harga Pangan Jelang Ramadan

Perbankan dan Bank Indonesia masih menjadi pemilik atau investasi dari kepemilikan surat berharga negara. Sedangkan kepemilikan asing menurun sejak akhir tahun 2020, yaitu dari 25,2% menjadi hanya 14,8%.

Kinerja dari pasar SBN juga membaik. Untuk surat berharga negara tenor 10 tahun, imbal hasil (yield) sudah turun di 6,7%. Sedangkan untuk global bonds Indonesia tenor 10 tahun masih mengalami tekanan dan elevasi karena suku bunga global melonjak sangat tinggi, seperti Fed Fund Rate yang mencapai di atas 5%. Spread Indonesia yang di 288 basis poin, mirip dengan Filipina (254 basis poin) termasuk yang sangat kompetitif.

"Spread dari yield kita terhadap US treasury juga masih relatif terjaga dan membaik, dikomparasikan dengan negara lain, Indonesia hampir sama dengan Filipina," kata Menkeu.

Ini karena kinerja dari perekonomian dan kebijakan fiskal yang sangat prudent menjadi satu faktor yang menentukan keyakinan terhadap SBN. (OL-17)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat