visitaaponce.com

Inflasi Picu Pergeseran Pola Konsumsi Masyarakat Indonesia

Inflasi Picu Pergeseran Pola Konsumsi Masyarakat Indonesia
Aktivitas pedagang melayani pembeli di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.(MI/Susanto)

RISET DBS Group Research memprediksi pola konsumsi Indonesia pada 2023 dan 2024. Mereka memperkirakan ekonomi makro masih tergolong kuat di tengah tingginya angka inflasi. 

Namun, kemungkinan akan terjadi pergeseran tren konsumsi Indonesia di 2023 dan 2024 karena adanya inflasi. Ekonomi makro masih akan progresif berkat relaksasi pembatasan mobilisasi masyarakat di tengah menurunnya angka kasus covid-19. 

Adapun ekonomi Indonesia meningkat menjadi 5,7% secara tahunan pada kuartal III 2022, dibandingkan dengan 5,4% pada kuartal sebelumnya.

"Pencapaian ini dipicu oleh pertumbuhan angka investasi, dorongan siklus dari harga komoditas yang tinggi, serta peningkatan permintaan akan restock dan dimulainya kembali kegiatan dalam sektor jasa," bunyi riset DBS Group Research, Rabu (22/2).

Baca juga: APBN Jadi Bagian Penting untuk Dukung Ketahanan Pangan

Hal ini membantu mengimbangi dampak penurunan pendapatan riil dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pemerintah juga memperluas subsidi angkutan umum daerah untuk meredam dampak kenaikan harga bahan bakar terhadap daya beli.

Serta, memberikan bantuan keuangan bagi rumah tangga berpemasukan menengah ke bawah. Diperkirakan, konsumsi masyarakat akan melambat di 2023 karena meningkatnya angka inflasi, bercermin dari pola inflasi pada 2013-2015 dan hasil survei konsumen Bank DBS Indonesia.

Berkaca historis pada periode 2013-2015 terjadi kenaikan tajam akan harga BBM dan inflasi yang menyebabkan penurunan konsumsi dengan jeda sekitar enam bulan.

Hal serupa di 2023 diprediksi akan terjadi. Ekonom DBS Group Research Radhika Rao memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 2023 akan bertahan di 5%, lebih rendah dari 5,4% pada 2022 lalu.

"Konsumen masih memiliki kekhawatiran terkait inflasi walaupun sudah mengalami penurunan," sambung riset tersebut.

DBS Group Research mendapati kekhawatiran masyarakat tersebut didasari atas ketakutan akan meningkatnya harga barang dan jasa, terutama harga BBM dan bahan pokok rumah tangga.

Baca juga: Indef Sebut Daya Beli Masyarakat Indonesia Rendah

Meski angka inflasi sudah turun menjadi 5,42% secara tahunan pada November (dari 5,95% dan 5,71% secara tahunan pada bulan September dan Oktober), setengah dari responden mengatakan bahwa kenaikan harga tersebut menambah pengeluaran mereka sebanyak lebih dari 10%.

Mayoritas responden merasa tren inflasi akan berlangsung sampai enam bulan ke depan bahkan lebih. Menyikapi hal tersebut, masyarakat akan menyesuaikan kebiasaan pengeluaran mereka dengan kondisi ini.

"Untuk menjawab efek dari naiknya angka inflasi, mayoritas responden lebih memilih untuk lebih banyak menabung atau mengurangi pengeluaran (save more, spend less) dan mencari alternatif barang yang lebih murah. Apabila hal ini terjadi, kita akan melihat perlambatan konsumsi rumah tangga pada 2023," ungkap tim riset DBS.

Dalam mengubah pola konsumsinya, mayoritas responden memiliki kecenderungan untuk mendahulukan pengeluaran harian seperti belanja bulanan dan BBM, juga keperluan rumah tangga dibanding berlibur atau membeli baju.(OL-11)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat