Indef Sebut Daya Beli Masyarakat Indonesia Rendah
![Indef Sebut Daya Beli Masyarakat Indonesia Rendah](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/02/234e617fba2fe3ee1cd3d19be8e9e79b.jpg)
INSTITUTE for Development of Economics and Finance (Indef) menilai daya beli masyarakat Indonesia masih cukup rendah. Ini karena sebagian besar pendapatan yang dihasilkan masyarakat dihabiskan untuk kebutuhan perut, alias makanan.
"Daya beli masyarakat kita itu sebenarnya rendah. Karena hampir semua income itu digunakan untuk membeli makanan," ujar Direktur Program Indef Esther Sri Astuti saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk Akselerasi Ekonomi di Ujung Tanduk, Selasa (7/2).
Pernyataan tersebut mengacu dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dari data itu diketahui bahwa kontribusi konsumsi makanan dan minuman selain restoran pada konsumsi rumah tangga nasional mencapai 40,32%.
Selain urusan perut, pendapatan masyarakat juga diketahui dihabiskan untuk konsumsi di sektor transportasi dan komunikasi. Kontribusi pengeluaran di sektor itu mencapai 22,36% terhadap konsumsi rumah tangga.
"Jadi pengeluaran paling besar itu dialokasikan untuk mengonsumsi makanan dan minuman. Lalu juga digunakan untuk transportasi dan komunikasi sebagai dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)," kata Esther.
Baca juga: Indonesia Diminta Waspada Risiko Peningkatan Biaya Hidup
"Masyarakat, melalui data BPS ini terlihat sangat sedikit sekali mengalokasikan pendapatannya untuk diinvestasikan ke dalam pendidikan," tambahnya.
Sebab, dari data itu terlihat kontribusi konsumsi kesehatan dan pendidikan hanya 6,89% terhadap konsumsi rumah tangga nasional. Angka itu bahkan di bawah dari kontribusi konsumsi restoran dan hotel (9,99%) dan perumahan dan perlengkapan rumah tangga (12,59%).
Padahal, kata Esther, untuk mendorong peningkatan pendapatan, diperlukan kemampuan dan kecakapan dari sumber daya manusia. Karenanya, pemerintah didorong untuk meningkatkan kapasitas ekonomi rumah tangga melalui beragam saluran yang dimungkinkan.
"Insentif tidak hanya bansos, bansos itu temporer, solusi sementara. Solusi yang sustain dan langgeng adalah meningkatkan kapasitas dari sumber daya manusianya, meningkatkan kapasitas ekonomi rumah tangga dengan touch up skill, sehingga ada income yang lebih baik," pungkasnya.
Adapun konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia. Di 2022, merujuk data BPS, porsi konsumsi rumah tangga tercatat 2,38% dari angka pertumbuhan 5,01%.
Sementara distribusi konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat 51,65% dengan pertumbuhan secara tahunan di angka 4,48%. (OL-4)
Terkini Lainnya
Pengembangan UMKM Butuh Strategi yang Tepat
Oasis Central Sudirman Diharapkan Gerakkan Perekonomian Nasional melalui FDI
Kontribusi Pasar Modal terhadap Ekonomi Indonesia
Kehadiran Kelapa Sawit di Tanah Papua Jadi Penopang Ekonomi Rakyat
Pemda Diharapkan Mampu Optimalisasi Belanja
Komitmen Terpercaya agar Tumbuh Optimal dan Berkelanjutan
Pamapersada dan United Tractors Sabet Penghargaan Bina Mitra UMKM 2024
Bansos tak Efektif Kurangi Angka Kemiskinan
BI: Proyek Nexus Lancarkan Sistem Pembayaran Antarnegara
Bertemu Gubernur Jambi, Mardiono Diskusi Solusi Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan
PDN Lumpuh, Potensi Kerugian Ekonomi Rp1 Triliun Sehari
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap