visitaaponce.com

India Mulai Menunjukkan Perlambatan Ekonomi

India Mulai Menunjukkan Perlambatan Ekonomi
Ilustrasi(AFP/Asif Hassan)

Data pertumbuhan ekonomi India kuartal IV-2022 turun dari sebelumnya 6,3% (yoy) menjadi 4,4% (yoy). Hal ini memberikan indikasi perlambatan ekonomi di India mulai terjadi, dan diperkirakan akan terus berlanjut.

Sejauh ini meski penurunan terjadi di kuartal IV-2022, tidak akan menyurutkan langkah optimistis India untuk mencetak pertumbuhan ekonomi sebesar 7% pada tahun 2023.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi India untuk seluruh tahun 2022 diproyeksikan naik dari sebelumnya 8,7% menjadi 9,1%. Namun perlambatan ekonomi kuartal IV-2022 ini, memberikan kekhawatiran bahwa proyeksi mungkin tidak tercapai.

"Sejauh ini, penurunan pertumbuhan ekonomi India kuartal IV-2022 memberikan gambaran bahwa perekonomian dunia mulai melambat, dan kenaikan tingkat suku bunga telah mendorong penurunan konsumsi dan investasi," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Rabu (1/3)

Perlambatan ekonomi kian diperkirakan akan terjadi, hal ini karena karena data bulan Januari mulai menunjukkan penurunan lebih dalam dari sebuah momentum pertumbuhan. Turunnya impor, penurunan pertumbuhan industri, PMI yang melemah serta perlambatan konstruksi memberikan kekhawatiran baru bahwa perlambatan ekonomi global akan memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi India.

"Ruang kenaikan tingkat suku bunga mulai terbatas menurut kami apabila India masih ingin menjaga pertumbuhan ekonominya. Namun inflasi India bulan Januari kembali naik dari 5,72% menjadi 6,52%. Hal ini harus dipertimbangkan lagi dengan seksama," kata Nico.

India harus memilih antara inflasi yang terkendali atau penurunan pertumbuhan ekonomi. Tingkat suku bunga Bank Sentral India kembali naik dari 6,25% menjadi 6,5%. Dengan inflasi yang masih tinggi dan perlambatan ekonomi kian terjadi, diharapkan tingkat suku bunga Bank Sentral India akan berhenti di 6,75% - 7%.

Kenaikan 25 bps hingga 50 bps, semua akan kembali kepada situasi dan kondisi yang terjadi termasuk variabel kenaikan tingkat suku bunga The Fed di dalamnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan seperti peningkatan investasi infrastruktur oleh pemerintah dan perusahaan telah membantu memperluas kapasitas manufaktur. Sehingga dapat memberikan dorongan dalam membantu melawan perlambatan ekonomi global.

Saat ini sektor jasa masih merupakan yang terbesar penurunannya dalam GDP. Segmen perdagangan grosir dan eceran, transportasi dan komunikasi mengalami pelemahan yang tajam. "Perlambatan kian terjadi, waspadai, antisipasi agar Indonesia juga tidak mengalami hal yang sama," kata Nico. (OL-12)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat