visitaaponce.com

Strategi ARFI untuk Pacu Produktivitas Industri Baja Ringan Tanah Air

Strategi ARFI untuk Pacu Produktivitas Industri Baja Ringan Tanah Air
ilustrasi: Baja Ringan(dok: ARFI)

Meski sempat mencatat pertumbuhan negatif saat diterpa badai pandemi Covid-19 pada 2020, perekonomian nasional terus menunjukan resiliensi dan beranjak pulih lebih cepat. Hal itu tercermin dari data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan IV-2022 tumbuh solid sebesar 5,015 (YoY). 

Momentum pertumbuhan ekonomi ini, menurut Ketua Umum Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI), Nicolas Kesuma, tentunya harus dijaga. Hal itu ia sampaikan dalam Rapat Tahunan ARFI yang mengambil tema “Menjaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi Bangsa Bersama Kekuatan Formasi ARFI”. Dalam rapat yang digelar di Bali pada 30-31 Maret 2023 itu, Nicolas menjelaskan, Industri baja menjadi faktor esensial dalam perkembangan industri konstruksi dan manufaktur yang telah terbukti turut menopang pertumbuhan ekonomi bangsa.

“Di Indonesia sendiri, industri baja turut memainkan peranan penting mengingat saat ini sedang dilakukan pembangunan infrastruktur dan industri manufaktur secara masif. Dalam mendukung masifnya pembangunan infrastruktur dan industri manufaktur, ketahanan dan utilisasi baja nasional serta perlindungan konsumen terkait produk baja perlu mendapat perhatian khusus.,” terang Nicolas, seperti keterangan dari pihak ARFI.

Untuk itu, menurutnya, tata kelola pengendalian impor baja menjadi salah satu instrumen penting dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian industri baja nasional sehingga mampu turut membantu menopang pertumbuhan ekonomi bangsa ini.

Secara rinci Nicolas menyebut, selain SNI wajib untuk profil baja ringan dan tata kelola pengendalian impor, dua hal penting lain yang dapat memacu produktivitas industri baja, khususnya baja ringan di adalah peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam proyek pembangunan pemerintah serta stimulus ekspor untuk produk roll forming Indonesia.

SNI wajib profil baja ringan ini, kata dia,  merupakan bentuk perlindungan industri terhadap konsumen. Karena dengan penggunaan produk baja ringan ber SNI, peristiwa gagal konstruksi dapat dihindari. Kemudian terkait sertifikat TKDN juga, menurut Nicholas, industri baja ringan juga yang paling siap. Pasalnya, produk yang dihasilkan 17 perusahaan baja ringan yang bernaung di ARFI, tingkat komponen dalam negerinya sudah cukup tinggi.

“Dengan demikian sudah bisa digunakan dalam program belanja pemerintah dalam pembangunan di Tanah air. Yang terakhir, stimulus ekspor juga dibutuhkan agar industri tanah air dapat bersaing di pasar mancanegara tentunya,” terang Nicolas. (RO/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat