E-Commerce Naikkan Biaya Layanan, Pakar Nilai Lumrah
![E-Commerce Naikkan Biaya Layanan, Pakar Nilai Lumrah](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/05/1d0ff1e61d6e06ed9c633cfb8551e4bc.jpg)
BARU-BARU ini banyak platform belanja online atau e-commerce yang ramai diperbincangkan di media sosial maupun media massa setelah berbondong-bondong melakukan penyesuaian terhadap biaya yang dikenakan terhadap penggunanya.
Walaupun cukup menuai pro dan kontra dari masyarakat, pengenaan biaya layanan, biaya jasa aplikasi, hingga biaya top-up dompet digital di platform belanja online ternyata menjadi standar baru yang dilakukan perusahaan-perusahaan e-commerce.
Hal serupa juga disampaikan oleh Bima Laga selaku Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA). "Asal tidak terlalu membebani konsumen, kenaikan biaya jasa ini hal yang sangat wajar mengingat investasi di sektor digital ini sangat mahal dan harus update, terlebih lagi untuk keamanan transaksi para penggunanya," papar Bima dalam keterangan tertulis, Kamis (4/5). "Biaya yang dikenakan juga masih wajar, selama tidak progresif dan tidak berbentuk persentase. Pengenaan biaya jasa aplikasi atau penanganan ini sudah melalui banyak pertimbangan, mulai dari harga barang hingga minat belanja masyarakat."
Untuk itu, perusahaan harus dapat memastikan bahwa penarikan biaya ini untuk keperluan peningkatan pelayanan. Selain itu, e-commerce yang menarik biaya jasa aplikasi, baik kepada konsumen maupun penjual, juga harus memastikan transparansi besaran biaya yang akan mereka tarik dan tujuan penggunaannya.
Baca juga: Pemungutan Pajak di E-Commerce Perlu Dipersiapkan dengan Matang
Sejalan dengan hal itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menjelaskan bahwa penerapan biaya tambahan saat bertransaksi melalui platform online dapat dilihat sebagai strategi dari tiap-tiap perusahaan dalam upaya meningkatkan efisiensi demi mendorong profitabilitas dan kontinuitas bisnis perusahaan. Selain itu, hal tersebut untuk meningkatkan beberapa aspek seperti pengalaman konsumen, layanan terbaik, inovasi, serta fasilitas yang dapat ditawarkan platform kepada konsumennya.
"Penyesuaian ini seharusnya tidak mengurangi jumlah pengguna atau pun kepercayan mereka. Selain kegiatan belanja online telah menjadi kebiasaan masyarakat, platform-platform e-commerce seperti Tokopedia pun pasti sudah memiliki pelanggan setia yang mengedepankan kenyamanan dan experience belanja di platform pilihan mereka," jelas Piter.
Baca juga: Dana Cetak Pertumbuhan Positif Selama Awal Ramadan
Sebagai informasi, Shopee yang sebelumnya memungut biaya layanan dan biaya penanganan senilai Rp1.000 pada setiap transaksi mulai awal Mei 2023 resmi menaikkan biaya admin ShopeePay dari sejumlah kanal. Biaya ini berlaku untuk pengguna yang hendak mengisi saldo ShopeePay melalui beberapa merchant dan bank. Beberapa di antaranya naik menjadi Rp1.000-Rp2.000 serta diterapkan pada metode debit instan, transfer bank, dan merchant. "Terima kasih buat kamu yang sudah menjadi pengguna setia ShopeePay mulai 1 Mei 2023 akan ada penyesuaian biaya isi saldo melalui debit instan transfer bank virtual account dan merchant," tulis Shopee dalam pengumuman yang dibagikan ke pengguna, Senin, (1/5).
Selain Shopee, platform e-commerce asal Indonesia, Tokopedia, pun turut melakukan pembaruan kebijakan di platform mereka yakni peningkatan biaya jasa aplikasi atau biaya transaksi di setiap transaksi produk nonkeuangan. Per 2 Mei 2023, Tokopedia menerapkan biaya layanan Rp1.000 untuk setiap transaksi dengan metode pembayaran virtual account. Tokopedia juga melakukan penyesuaian biaya jasa aplikasi untuk setiap transaksi produk fisik. Transaksi dengan nominal Rp0-Rp1.000.000 dikenakan biaya jasa aplikasi Rp2.000, sedangkan transaksi di atas Rp1.000.000 dikenakan biaya jasa aplikasi Rp3.000.
Biaya jasa aplikasi tidak berlaku untuk transaksi produk keuangan, produk digital, fitur beriklan TopAds, zakat, dan donasi, kecuali transaksi pembulatan emas atau donasi dan pulsa yang disertakan dalam pembelian produk fisik. Di sisi lain, banyak faktor yang dapat menjadi pemicu penyesuaian yang dilakukan oleh platform-platform e-commerce ini.
Salah satunya, Rhenald Kasali selaku Founder Rumah Perubahan mengatakan bahwa metode bakar uang yang banyak dilakukan oleh perusahaan e-commerce itu belum bisa dikatakan membentuk market yang stabil. Rhenald menambahkan pengurangan sumber dana membuat perusahaan beralih dari valuasi menjadi efisiensi. Dari top line ke bottom line, penyehatan menjadi keharusan karena era bakar duit telah berakhir. (Z-2)
Terkini Lainnya
Konsumen Indonesia Pilih Belanja Daring karena Ada Penawaran yang Lebih Murah
Perilaku Konsumen Indonesia, Benakah Harga Murah Jadi Alasan Utama Berbelanja Daring?
Shopee Raih Peringkat Tertinggi dalam Kepuasan Konsumen E-Commerce versi IPSOS
Shopee Dominasi Kepuasan Belanja Online
Pasar E-commerce Indonesia Terbesar Ketiga di Dunia, Tren Belanja Online Konsumen Terus Meningkat
Memahami Layanan COD Ongkir dalam Penjualan Online, Seberapa Pentingnya?
Ini 5 Tren Utama Perilaku Belanja Konsumen Indonesia
Kiat-Kiat Belanja Anti-Ketipu di Shopee
Kartu Kredit BRI Hadirkan Kejutan Baru, Ini Manfaat Si Digital Savvy
Ini Tips Agar Anda tidak Tertipu AI Saat Belanja Daring
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap