Industri Pengolahan Belum Maksimal Topang Ketahanan Pangan
UPAYA ketahanan pangan yang didorong pemerintah dinilai belum ditopang secara maksimal oleh industri manufaktur. Lemahnya peran industri pengolahan tercermin dari masih tingginya ketergantungan impor untuk benih, pupuk, obat maupun pakan ternak yang merupakan bahan baku krusial untuk sektor pertanian.
Dalam hasil riset yang dilakukan Nagara Institute bertajuk Kedalautan Pangan, Kedalauatan Bangsa: Tantangan dan Arah Kebijakan Pangan untuk Indonesia Emas, Peneliti Nagara Institute Dian Revindo mencontohkan tahun 2021 yang terjadi peningkatan impor pupuk mencapai 30%. Ketergantungan ini disebabkan kapasitas produksi pupuk yang tidak memadai untuk mengimbangi pesatnya kenaikan kebutuhan.
Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Pupuk Indonesia (2022), produksi pupuk domestik cenderung stagnan pada kisaran 12,2–12,5 juta ton selama enam tahun terakhir. Selain itu, Indonesia masih bergantung pada impor bahan baku pupuk kimia dan pakan ternak.
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Masih Ancam Ketahanan Pangan Nasional
Revindo mengungkapkan diperlukan komitmen serius dan jangka panjang untuk membangun industri kimia hulu, sebagai bahan baku pupuk (kalium, potasium, dan fosfat), penambahan kapasitas produksi pupuk nasional untuk kebutuhan non-perkebunan, serta pengembangan penggunaan pupuk organik untuk mengurangi beban pupuk kimia. Insentif fiskal dan non fiskal untuk investasi perlu lebih banyak mengakomodir pengembangan industri dalam sektor ini.
Senada Edi Santoso, Guru Besar Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor mengatakan riset dan skill permesinan hilirisasi pada pertanian nasional masih lemah. “Keterputusan alih teknologi adalah salah satu yang menjadi ancaman dalam ketahanan pangan nasional,” tegasnya.
Baca juga: Pusri Pastikan Stok Pupuk Subsidi Aman
Dari hasil riset itu, produksi domestik baru mampu memenuhi kurang dari 50% kebutuhan mesin penggilingan padi, traktor tangan, mesin pengolah tanah, mesin panen, pengering, perontok multiguna, pemotong rumput, penghancur jerami dan alat lainnya, belum termasuk mesin produksi pangan.
“Ketergantungan ini perlu dikurangi secara bertahap dengan prioritisasi alsintan domestik dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah dan alokasi dana riset untuk pengembangan alsintan yang sesuai untuk kebutuhan daerah,” tegas Revindo.
Kebijakan Anggaran
Revindo juga meminta komitmen negara terhadap sektor pangan selayaknya tercermin juga pada penganggaran. Di mana, anggaran subsidi pupuk tidak meningkat secara signifikan. Bahkan sejak 2019 ke 2023 subsidi pupuk menurun dari Rp34,3 riliun menjadi hanya Rp24 triliun. “Jumlah tersebut sangat tidak memadai jika dibandingkan luas lahan dan kebutuhan pupuk di Indonesia.”
Pada 2019 dan 2020, lanjut Revindo, besaran subsidi diperkirakan hanya mampu memenuhi sekitar 37%-51% dari total kebutuhan pupuk. Karena itu, komitmen pemerintah juga perlu tercermin dari anggaran untuk cadangan pangan baik dalam hal jumlah maupun jenis komoditas yang sebagian besar masih didominasi oleh beras.
Di tingkat daerah anggaran ketahanan pangan hanya termasuk ke dalam discretionary spending tanpa ketentuan spesifik. Diperlukan alokasi anggaran yang mampu meningkatkan cadangan pangan pemerintah mencapai 6% untuk menangkal lonjakan harga pangan dan aksi spekulan pasar.
Menurut Nagara Institute, terdapat salah satu terobosan pemerintah yang berpotensi untuk berkontribusi untuk penguatan pertanian dan pangan, yaitu dana desa.
Pada 2021, penyaluran dana desa mencapai Rp75,3 triliun, atau setara dengan kontribusi hingga 60% dari pendapatan pemerintahan desa di seluruh Indonesia.
“Akan tetapi pada realitasnya penggunaan dana desa lebih banyak digunakan untuk pembangunan infrastruktur di pedesaan (irigasi dan jalan) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa secara umum. Diperlukan pengaturan alokasi spesifik dari dana desa yang dapat memperkuat ketahanan pangan,” jelas Revindo. (RO/Z-3)
Terkini Lainnya
Kebijakan Anggaran
Gobel: Menteri tidak Bisa Jabarkan Visi Industri Presiden
Presiden Minta Peningkatan Investasi di Sektor Kesehatan Dipercepat
Asosiasi Akui Alami Penurunan Produksi Akibat Keramik Impor yang Banjiri Pasar Dalam Negeri
Ini Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Sektor Industri
Baru disahkan, Ini Dampak Perpres Industri Gim
Kadin Respons Positif Practice Leaders Sebagai Panduan Berinvestasi
Pupuk Kujang akan Bangun Pabrik Baru
BUMN Pupuk Masuk Perusahaan Terbaik ASEAN
Berkat Inovasi, Pupuk Indonesia Catat Penghematan Rp1,3 Triliun
Aplikasi Digital Kunci Distribusi Pupuk Subsidi Tepat Sasaran
Petani di Sulsel Curhat ke Mentan tidak Pernah Dapat Pupuk
Mentan Andi Amran Sulaiman Bantu Langsung Korban Banjir dan Longsor di Kabupaten Agam
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap