visitaaponce.com

Bukan Sekadar Tambah Modal, IPO Multivision untuk Eksistensi Jangka Panjang

Bukan Sekadar Tambah Modal, IPO Multivision untuk Eksistensi Jangka Panjang
Raam Punjabi selaku Komisaris Utama dan Founder PT Tripar Multivision Plus Tbk (MVP).(Ist)

TANGGAL 8 Mei 2023 lalu menjadi hari bersejarah bagi perusahaan perfilman terkemuka di Indonesia, PT Tripar Multivision Plus Tbk (MVP).

Di hari itu, perusahaan menggelar Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO). Sebanyak 929.200.000 saham dilepas di kisaran harga Rp 225 hingga Rp 250 per lembar, atau total senilai 15% dari jumlah modal ditempatkan. 

Sebagaimana lazimnya IPO perusahaan lain, keputusan MVP untuk melakukan IPO tidak lepas dari tujuan peningkatan modal untuk ekspansi bisnis.

Namun, lebih dari itu, IPO bertujuan utama menjaga eksistensi MVP, yang kini menginjak usia 50 tahun, agar dapat terus berlangsung.

Baca juga: Multivision Plus Menghadirkan Film Komedi “Duit Express”

“Saya berkaca pada perusahaan perfilman luar negeri, khususnya Hollywood, seperti Walt Disney dan Warner Bross, usianya sudah 100-an tahun tapi mereka masih eksis dan terus berkembang meski pendirinya sudah tidak ada lagi," terang Raam Punjabi selaku Komisaris Utama dan Founder MVP, dalam sesi wawancara di Jakarta, baru-baru ini.

"Hal itu karena mereka menjadi perusahaan terbuka dan dijalankan oleh manajemen profesional," ujarnya.

"Demikian juga dengan MVP, jika sudah tiba saatnya saya menghadap Tuhan dan suatu saat anak/cucu saya mungkin beralih ke bisnis lain, saya berharap MVP bisa terus eksis karena MVP sudah menjadi perusahaan terbuka, menjadi milik masyarakat,” terang Raam Punjabi selaku Komisaris Utama dan Founder MVP, dalam sesi wawancara di Jakarta, belum lama ini.

Baca juga: Resmi IPO, Vektor Terima Pendanaan Rp875 Miliar

Sebetulnya, lanjut Raam, tawaran agar MVP melakukan IPO sudah datang sejak 20 tahun lalu.

Bisnis MVP Belum Stabil

Namun, ia merasa saat itu bisnis MVP belum stabil, kualitas teknisnya belum sempurna, penyajian program/konten juga masih kalah dari industri luar negeri yang merajai pasar film Indonesia saat itu yakni Hollywood, Bollywood, dan Mandarin. 

“Jadi waktu itu saya menolak. Bukan karena sombong atau tidak mau terbuka, tapi karena belum yakin. Tapi saat ini, dengan pengalaman 50 tahun, MVP terbilang sudah mapan. Saya merasa, ini saatnya merangkul masyarakat agar mereka juga bisa menikmati bisnis perfilman ini,” tutur Raam.

Karena itu, ia sangat bersyukur ketika IPO MVP mendapat sambutan luar biasa. Tercatat, di hari IPO, sekitar 41 ribu investor memburu saham berkode emiten RAAM itu.

Baca juga: Raih Skor 85,05 Assesment GCG, Modal Tambahan PHE untuk IPO

“Dua penjamin IPO MVP, Sucor Sekuritas dan UOB Kay Hian Sekuritas Animo, menyatakan animo masyarakat begitu tinggi. Menurut saya, karena mereka merasa terlibat di industri ini. Setelah selama ini  ‘hanya’ menjadi penonton film-film produk MVP, sekarang mereka berkesempatan menjadi bagian dari perusahaan MVP,” imbuh Raam.

Penggunaan Dana IPO

MVP yang berdiri sejak 18 April 1990 saat ini memiliki sejumlah lini usaha, meliputi produksi film, sinetron, web series, juga membangun dan mengoperasikan bioskop, Pay TV, serta melakukan distribusi film.

Terkait penggunaan dana segar dari IPO, ungkap Raam, MVP akan menambah jumlah bioskop dan memperbanyak produksi film.

Di lini usaha bioskop, saat ini di dalam negeri MVP memiliki bioskop di 11 lokasi dengan jumlah layar sebanyak 44.

Miliki Bioskop di Vietnam, Kamboja, dan Laos

Adapun di luar negeri, ada 6 lokasi dengan jumlah layar 10, yang tersebar antara lain di Vietnam, Kamboja, dan Laos. Direncanakan, untuk tahun ini, di dalam negeri akan ada penambahan bioskop di 4 lokasi dengan total 20 layar.

“Hitungannya, dengan 277 jutaan penduduk, Indonesia membutuhkan minimal 10.000 layar bioskop. Namun, yang tersedia saat ini baru sekitar 2.300 layar. Jadi, ada kebutuhan yang menjadi peluang usaha bagi kami,” jelas Raam.

Lini usaha bioskop MVP ditangani oleh anak perusahaannya, PT Platinum  Sinema, yang mengusung brand Platinum Cineplex.

Baca juga: IPO Jumbo, Amman Mineral Tawarkan 10% Saham Senilai Rp12,93 Triliun

Tidak hanya menyasar kota-kota besar, Platinum Cineplex juga hadir di kota-kota ‘kecil’ di penjuru nusantara, seperti Kebumen (Jawa Tengah),  Palopo (Sulawesi Selatan), dan Kolaka (Sulawesi Tenggara). 

Lalu, dengan dukungan dana dari IPO pula, MVP akan menambah produksi film baik untuk layar lebar, televisi, maupun OTT.  

“Dari 10 judul menjadi 20, dilakukan secara bertahap. Rencana, penggunaan dana IPO dilakukan untuk mendukung produksi hingga tahun 2024. Tahun ini mungkin ada tambahan 5 judul," jelasnya.

"Adanya tambahan dana dari IPO juga membuat kami lebih leluasa dalam pemilihan tema, termasuk tema-tema yang produksinya berbujet besar, misal 20-25 miliar rupiah,” kata Raam.

Bukan Tinju tapi Lari Maraton

Raam menegaskan, dengan MVP melakukan IPO, tanggung jawab yang dipikul semakin besar.

“MVP harus menjaga kepercayaan para investor, menunjukkan performa yang baik di bursa efek, jadi harus lebih mengaktifkan lagi gerak roda perusahaan,” ucapnya. 

Untuk itu, lanjutnya, MVP akan terus mengembangkan semua lini usahanya. Prinsipnya, setiap waktu performa perusahaan harus meningkat. “Tidak boleh stagnan karena itu gejala kemunduran. Misalnya, jika tahun lalu nilai kinerja kita 90, tahun ini tidak boleh 90 lagi. Harus ada growth, jadi 92 atau 93 masih oke, tapi jangan sampai sama, apalagi turun,” tegasnya.

Diakui Raam, dalam mengembangkan bisnis, persaingan pasti selalu ada. Namun ibarat pertandingan olahraga, dalam berkompetisi MVP memilih lari maraton, bukan tinju.

 “Sebab, dalam tinju, untuk menjadi pemenang seseorang harus menjatuhkan lawannya. Tapi tidak demikian dalam lari maraton, untuk jadi pemenang dia ‘hanya’ perlu mencapai garis finish lebih cepat, tidak menjatuhkan lawan, tapi mengungguli lawan,”  terangnya.

Baca juga: Pasar Modal Indonesia Masuk di Dalam 10 Besar IPO Global Kuartal I-2023

Jadi, sambung Raam, dalam memenangi persaingan, MVP berupaya menjadi yang terbaik, unggul tanpa merugikan pesaing. Untuk itu, dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang out of the box.

“Selain kreativitas, peran indera keenam sering kali juga diperlukan untuk menghasilkan produk berkualitas dan diminati masyarakat, dan memenangi persaingan,” imbuhnya.

Satu hal yang menjadi prinsip Raam, dalam pembuatan film, MVP selalu mengutamakan  kualitas, menghadirkan film yang bukan hanya menjadi tontonan, tetapi juga memberikan tuntunan.

“Bukan mau sok jadi idealis dan moralis, tapi kedua unsur itu, tontonan dan tuntunan, harus ada. Sebab kami juga punya tanggung jawab moral,” pungkasnya. (RO/S-4)


 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat