RI Naik Status ke Negara Berpendapatan Menengah, Apa Pengaruhnya
![RI Naik Status ke Negara Berpendapatan Menengah, Apa Pengaruhnya?](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/07/37c8a0a9652df1bb08788bc92e60fb3f.jpg)
INDONESIA naik status menjadi negara berpendapatan menengah. Apa pengaruhnya kepada perekonomian?
Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan, perubahan status itu dinilai tidak memberi pengaruh langsung terhadap kondisi ekonomi domestik.
"Tidak ada pengaruh ke domestik. Ini hanya pengelompokkan Bank Dunia, apakah suatu negara masih berhak mendapatkan privilege dari mereka. Jadi tidak terlalu ada pengaruhnya, tergantung bagaimana kita," ujarnya saat dihubungi, Rabu (5/7).
Baca juga : Status Baru Ekonomi RI Bisa Memikat Investor
Status negara berpendapatan menengah atas sedianya sempat disematkan ke Indonesia pada 2019. Namun karena ada guncangan dari pandemi covid-19, status itu kemudian berubah menjadi negara berpendapatan menengah bawah.
Yose mengatakan, dampak langsung yang bakal dirasakan Indonesia dari peningkatan status tersebut berupa reputasi di level internasional. Naiknya status Indonesia bakal meningkatkan reputasi ekonomi Indonesia di mata dunia.
Baca juga : Naik Status tidak Jamin Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
Itu menurutnya bakal berdampak pada investasi. Investor bakal melirik Indonesia sebagai destinasi investasi lantaran status yang disematkan Bank Dunia. "Ini sebenarnya meningkatkan reputasi Indonesia juga. Itu yang kemungkinan akan meningkatkan reputasi kita di bidang investasi, atau bidang lainnya. Tapi ini sebenarnya indirect (tidak langsung) sifatnya," terang Yose.
Sementara dampak langsung yang terbilang negatif bagi ialah berkurangnya kesempatan untuk mendapatkan dukungan pembiayaan dari lembaga internasional. Namun Yose menilai itu bukan hal besar. Sebab sejak beberapa tahun terakhir Indonesia tak banyak bergantung pada lembaga internasional.
Saat ini sekitar 80% pendanaan atau pembiayaan yang dilakukan Indonesia berasal dari pasar, bukan pinjaman dari lembaga keuangan internasional maupun multilateral. "Kebanyakkan utang yang selama ini diributkan itu 80% adalah datangnya dari pasar, bukan berupa pinjaman dari partner, apalagi dari multilateral. Jadi tidak terlalu tergantung kepada lembaga internasional," tutur Yose.
"Memang sudah lama juga sebenarnya kita tidak bergantung pada lembaga-lembaga internasional. Bahkan sebelum masuk di dalam upper middle income, Indonesia sudah jauh lebih independen," tambahnya.
Satu-satunya kemungkinan dampak langsung dari peningkatan status tersebut ialah untuk mendukung agenda politik. Yose mengatakan itu amat mungkin dilakukan untuk meyakinkan masyarakat bahwa kebijakan yang dikeluarkan sudah tepat dan perlu dilanjutkan.
"Mungkin pengaruhnya adalah ini bisa dijadikan alat jualan politik dari pemerintahan yang berkuasa untuk menunjukkan bahwa mereka berhasil. Tapi dari status itu tidak ada dampak langsung bagi masyarakat," jelasnya.
Menurut Yose, bila memang status negara berpendapatan menengah atas ingin dipertahankan atau didorong untuk naik satu tingkat lagi, maka pemerintah perlu menghadirkan kondisi ekonomi yang stabil.
Stabilitas ekonomi tersebut perlu diiringi dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Sejalan dengan itu, kondusivitas iklim bisnis mesti dijaga. Hal yang tak kalah penting ialah memastikan pertumbuhan tinggi dapat dirasakan oleh masyarakat.
"Jadi jangan karena sudah naik status, tapi masyarakat tidak menikmati berbagai kemudahan, manfaat dari kenaikan tersebut," pungkas Yose.
Diketahui sebelumnya, Indonesia kembali masuk dalam kelompok negara berpendapatan menengah atas di tengah berbagai tekanan dan ketidakpastian global sebagaimana rilis Bank Dunia pada tanggal 1 Juli 2023 lalu.
Menurut Bank Dunia, Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia tercatat naik sebesar 9,8 % menjadi US$4.580 di 2022 dari 2021 yang tercatat US$4.170. (Z-4)
Terkini Lainnya
Mengubah Pola Pertanian dapat Mengurangi Hampir Sepertiga Emisi Global
Sri Mulyani Lapor Hasil Pertemuan Spring Meeting ke Presiden
Transisi Energi dan Perubahan Iklim Jadi Topik Utama Pertemuan IMF-Bank Dunia
Sri Mulyani Soroti Mahalnya Biaya Pinjaman Bank Dunia
Industri Fintech Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Fakta tentang Uni Eropa yang mungkin Anda belum Tahu
Pemerintah Khawatir Indonesia Tak Lolos dari Middle Income Trap
Mudik Beri Banyak Manfaat bagi Pariwisata di Daerah
Bupati Dico Tingkatkan Nilai Ekonomi dan Investasi di Kendal
Solar Chapter Gotong Royong Wujudkan Akses Air Bersih di Naisau NTT
Pendapatan Nasabah PNM Mekaar Meningkat Berkat Sinergi Holding Ultra Mikro
Ganjar Ajak Anak Muda untuk Berperan Aktif Wujudkan Indonesia Emas 2045
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap