visitaaponce.com

Laba Kuartal II Saudi Aramco Anjlok 38, Kenapa

Laba Kuartal II Saudi Aramco Anjlok 38%, Kenapa?
Tulisan Saudi Aramco di Riyadh, Arab Saudi.(AFP/Fayez Nureldine. )

PERUSAHAAN minyak Saudi Aramco pada Senin (7/8/2023) mengumumkan laba sebesar US$30,08 miliar untuk kuartal kedua. Ini penurunan tajam dari periode yang sama tahun lalu ketika harga melonjak setelah Rusia menginvasi Ukraina.

Penurunan itu, "Terutama mencerminkan dampak dari harga minyak mentah yang lebih rendah dan melemahnya margin penyulingan dan bahan kimia," kata perusahaan yang sebagian besar milik negara itu dalam suatu pernyataan yang diterbitkan di bursa saham Saudi. Penurunan tersebut mengikuti penurunan laba bersih kuartal pertama sebesar 19,25%.

CEO Aramco Amin Nasser mengatakan dalam pernyataan terpisah, "Hasil kami yang kuat mencerminkan ketahanan dan kemampuan kami untuk beradaptasi melalui siklus pasar. Pandangan jangka menengah hingga jangka panjang perusahaan tetap tidak berubah. Dengan pemulihan yang diantisipasi dalam ekonomi global yang lebih luas, bersama dengan peningkatan aktivitas di sektor penerbangan, investasi berkelanjutan dalam proyek energi akan diperlukan untuk menjaga keamanan energi.

Baca juga: Saudi Aramco Kunci Saham di Perusahaan Petrokimia Tiongkok

Produksi dari eksportir minyak mentah terbesar dunia itu turun setelah Riyadh pada April mengumumkan pemotongan 500.000 barel per hari. Ini bagian dari langkah terkoordinasi dengan kekuatan minyak lain untuk memangkas pasokan lebih dari satu juta barel per hari dalam upaya menopang harga.

Pada Juni, Kementerian Energi Saudi mengumumkan pemotongan sukarela lebih lanjut sebesar satu juta barel per hari yang mulai berlaku pada Juli dan telah diperpanjang hingga September. Produksi harian kerajaan itu sekarang sekitar sembilan juta barel per hari, jauh di bawah kapasitas harian yang dilaporkan sebesar 12 juta barel per hari.

Baca juga: Pasar Mobil Jerman Perpanjang Kebangkitannya pada Juli

Aramco ialah sumber pendapatan utama untuk program reformasi ekonomi dan sosial Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang dikenal sebagai Visi 2030 yang bertujuan mengalihkan ekonomi dari bahan bakar fosil. Analis mengatakan kerajaan membutuhkan harga minyak sekitar US$80 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya.

Harga sekarang berada di atas ambang batas tersebut. Ini menjadi tanda bahwa pemotongan pasokan baru-baru ini mulai memberikan efek yang diinginkan.

Baca juga: Penciptaan Lapangan Kerja Amerika Serikat di Juli Lebih Rendah

Patokan minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman September diperdagangkan pada Senin di US$82,54 dan patokan Eropa minyak mentah berjangka Brent tepat di bawah US$86. Menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, harga minyak mencapai lebih dari US$130 dolar per barel.

Angka fenomenal

Pemotongan itu, "Menunjukkan sejauh mana kerajaan akan mempertahankan harga minyak, karena pasar yang merosot di tengah upaya diversifikasi ekonomi yang ambisius," kata Herman Wang, direktur asosiasi untuk berita minyak di S&P Global Commodity Insights. Aramco melakukan investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional menjadi 13 juta barel per hari pada 2027.

"Ini proposisi yang mahal bagi Aramco untuk menahan kapasitas produksi secara offline atas nama pemotongan OPEC+, tetapi harapannya yakni pengorbanan yang dilakukan sekarang akan terbayar pada akhirnya dengan harga yang lebih tinggi," kata Wang, mengacu pada Organisasi Negara Pengekspor Minyak dipimpin oleh Riyadh dan 10 sekutunya dipimpin oleh Moskow.

Aramco melaporkan rekor laba sebesar US$161,1 miliar tahun lalu. Ini memungkinkan kerajaan untuk mencatat surplus anggaran tahunan pertamanya dalam hampir satu dekade.

Namun itu, "Angka fenomenal yang didorong oleh serangkaian faktor geopolitik yang sangat khusus dan kepemimpinan Arab Saudi tidak dapat memprediksi pengeluaran Visi 2030 untuk hasil seperti itu," kata Jamie Ingram, editor senior di Survei Ekonomi Timur Tengah. "Pendapatan yang lebih tinggi tentu saja disukai oleh para pejabat, tetapi Arab Saudi masih memiliki tingkat utang yang sangat rendah dan cadangan kuat yang dapat dimanfaatkan," tambah Ingram.

Nasser mengatakan kepada wartawan pada Senin bahwa permintaan global, "Diperkirakan tumbuh sekitar 2,4 juta barel (per hari) pada kuartal ketiga 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu." Peningkatan terutama dipimpin oleh Tiongkok saat permintaan lebih kuat dari yang diperkirakan.

Arab Saudi memiliki 90% saham Aramco. Dividen dasar Aramco untuk kuartal kedua akan menjadi US$19,5 miliar, sama dengan kuartal pertama. Ia juga akan mendistribusikan dividen terkait kinerja baru sebesar US$9,9 miliar pada kuartal ketiga dan mengharapkan dapat melakukan pembayaran dividen serupa selama enam kuartal berikutnya. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat