visitaaponce.com

Transisi Energi Minyak Saudi lewat Aramco

Transisi Energi Minyak Saudi lewat Aramco
Menara Aramco di King Abdullah Financial District (KAFD) di Riyadh pada 16 April 2023.(AFP/Fayez Nureldine)

RAKSASA energi Aramco, permata perekonomian Arab Saudi, telah berjanji mencapai emisi karbon operasional net zero pada 2050. Ini tidak termasuk emisi dari pelanggan yang membakar produknya.

Pada Januari, Aramco membuat pengumuman mengejutkan bahwa kementerian energi telah memerintahkannya untuk mempertahankan kapasitas produksi sebesar 12 juta barel per hari. Ini berarti perusahaan mengabaikan target 13 juta barel per hari pada 2027.

Para pejabat tidak menjelaskan keputusan tersebut pada saat itu. Namun Menteri Energi Pangeran Abdulaziz bin Salman, saudara tiri Pangeran Mohammed bin Salman, kemudian mengatakan pada konferensi energi bahwa keputusan tersebut dipicu oleh fakta bahwa negeri sedang dalam masa transisi.

Baca juga : Saham Saudi Aramco Sentuh Rekor Tertinggi Baru

Artinya, kata dia, Aramco akan semakin banyak melakukan investasi pada bentuk energi lain seperti gas dan energi terbarukan. Aramco melaporkan rekor keuntungan pada 2022 setelah invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan harga minyak melonjak, sehingga Saudi mencatat surplus anggaran pertamanya dalam hampir satu dekade.

Harga yang lebih rendah mengakibatkan penurunan laba tahun-ke-tahun sebesar 23% pada kuartal ketiga, 38% pada kuartal kedua, dan 19,25% pada kuartal pertama tahun lalu. Pendapatan kuartal keempat belum diumumkan.

Pekan lalu, perusahaan Jadwa Investment yang berbasis di Riyadh mengatakan pemerintah Saudi kemungkinan akan menjaga produksi minyak di tengah prospek permintaan yang lemah. Jadwa memperkirakan bahwa pemotongan tahun lalu akan berlanjut hingga akhir kuartal ketiga. Pendekatan ini akan memastikan minyak mentah Brent dijual seharga US$81 per barel pada 2024.

Para analis sering mengatakan Riyadh membutuhkan harga minyak untuk melewati ambang batas US$80 untuk menyeimbangkan anggarannya. Meskipun demikian, berbagai pengurangan produksi baru-baru ini mungkin telah mendorong angka tersebut lebih tinggi.

Riyadh saat ini memperkirakan defisit anggaran hingga 2026 seiring dengan peningkatan belanja untuk inisiatif reformasi. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat