visitaaponce.com

Ini Kata Kemenhub soal Sepinya Bandara Baru di Sejumlah Wilayah

Ini Kata Kemenhub soal Sepinya Bandara Baru di Sejumlah Wilayah
Bandara Ngloram di Blora yang sepi penumpang(MI/Akhmad Safuan)

DIREKTUR Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Dirjen Hubud Kemenhub) Maria Kristi Endah Murni membeberkan masalah global yang tak menentu menjadi penyebab utama bandara-bandara baru di Indonesia sepi penumpang hingga tahun ini. 

Sebut saja Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga, Bandara Ngloram di Blora, dan Bandara Wiriadinata di Tasikmalaya yang mati suri karena minim aktivitas penerbangan.

"Bandar udara baru yang telah dioperasikan dari periode 2014-2023 secara umum difungsikan dengan baik. Namun, dengan situasi global diluar prediksi, yaitu terjadinya covid-19 berdampak pada dunia penerbangan," ujarnya kepada Media Indonesia, Minggu (20/8).

Baca juga : Pembangunan Infrastruktur Mesti Didasari pada Kebutuhan

Kristi menerangkan pandemi covid-19 yang menyerang Indonesia sejak 2020 lalu, menyebabkan banyak hilangnya bentuk dukungan, baik langsung maupun tidak langsung dari stakeholder sehingga mengakibatkan terhentinya sejumlah penerbangan komersial di sejumlah bandar udara.

"Kemudian, akibat pandemi, tertundanya rencana pembanguan infarastruktur penunjang bandara, berkurangnya pesawat, dan kurangnya kegiatan-kegiatan di daerah," jelas Kristi.

Baca juga : Perencanaan tak Matang, Pembangunan Bandara Tampak Sia-sia

Ditjen Perhubungan Udara, katanya, telah melaksanakan evaluasi bandara udara secara menyeluruh pada tahun lalu dan saat ini tengah berproses dalam pelaksanaan rekomendasinya.

"Pascadicabutnya kondisi kedaruratan covid-19, Kemenhub optimistis dapat menghidupkan kembali penerbangan sehingga bandar udara dapat mencapai kondisi normal sebelum pandemi," harap Dirjen Hubud Kemenhub.

Kristi kemudian mengeklaim pembangunan bandara-bandara baru di era Presiden Joko Widodo dilakukan dengan tahapan perencanaan yang cermat. Dimulai dari kajian studi penetapan lokasi yang meliputi kajian perencanaan ditinjau dari beberapa aspek yang saling berkaitan, dan hal lain yang menjadi pertimbangan, seperti dukungan kementerian/lembaga, pemerintah daerah (pemda) dan swasta.

"Dukungan mereka berarti dalam bentuk penerbangan perintis, lalu promosi pariwisata yang terstruktur, maupun penyelenggaraan kegiatan yang berskala nasional maupun lokal untuk menarik masyarakat," tutur Kristi.

Saat dihubungi terpisah, pengamat penerbangan Alvin Lie menegaskan perlu ada kajian dan perhitungan yang terukur dari pemerintah dalam pembangunan bandara. Untuk bandara yang minim trafik penumpang, pemerintah daerah (pemda) diminta aktif mempromosikan potensi pariwisata hingga bisnis perdagangan daerahnya supaya menghidupkan aktivitas bandara.

Misalnya saja, Bandara Internasional Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Sejak dibuka pada 2018, bandara tersebut sepi melayani penerbangan. Namun belakangan, pemerintah aktif mempromosikan layanan penerbangan umrah dan haji lewat Bandara tersebut.

"Harus benar-benar dikaji kebutuhannya. Jangan nanti sudah membangun bandara, ternyata tidak ada kebutuhannya atau trafiknya sepi. Kan jadi mubazir dana yang sudah dipakai," kata Alvin.

"Karena sejatinya tidak ada bandara di dunia ini mampu bertahan hidup hanya melayani kebutuhan warga setempat untuk keluar masuk," pungkasnya. (Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat