visitaaponce.com

Semen Indonesia Group Minta Pelaksanaan Zero ODOL Dilakukan Bertahap

Semen Indonesia Group Minta Pelaksanaan Zero ODOL Dilakukan Bertahap
Pekerja merapikan karung Semen Indonesia atau Semen Gresik di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta.(Ist/Semen Indonesia)

SEMEN Indonesia Group (SIG) yang menjadi anggota Asosiasi Semen Indonesia (ASI) meminta agar pelaksanaan kebijakan Zero ODOL (Over Dimension Overload) dilakukan secara bertahap.

Pasalnya, dalam evaluasinya setelah mencoba menjalankan Zero ODOL, masih banyak kendala yang dihadapi pemimpin pasar (market leader) semen domestik ini. 
 
Hal itu disampaikan General Manager Transportation Management Semen Indonesia Group, Achmad Nuril baru-baru ini.

Baca juga: Tingkatkan Porsi TKDN, SIG Gunakan Suku Cadang Buatan UMKM Binaan

Salah satu yang masih menjadi kendala bagi SIG untuk menjalankan Zero ODOL ini adalah terkait penambahan truk angkutan.

Menurutnya, pada saat penyesuaian terhadap mekanisme Zero ODOL itu banyak tambahan-tambahan yang dibutuhkan. Hal itu disebabkan karena kapasitas armada itu akan turun separuh sehingga kapasitas angkutnya menjadi berkurang.

Rata-rata Kapasaitas Angkut Truk 30 Ton

“Yang tadinya rata-rata kita ngangkut 30 ton, nanti pada saat  Zero ODOL itu dijalankan maka sesuai dengan kapasitas truk sesuai dengan standarnya atau jumlah berat yang diizinkan (JBI), yang bisa diangkut itu hanya 12-15 ton saja, turun jauh sekali,” ujar Nuril.

Baca juga: Tuntaskan Masalah ODOL Jadi Solusi Ampuh Atasi Jalan Rusak

Kondisi ini, kata Nuril, menyulitkan bagi SIG karena volume semen yang harus diangkut itu tidak turun, sementara alat angkutnya harus turun 50 persen.

Volume Angkut Semen Harus Turun 50%

“Nggak mungkin dong Semen Indonesia kemudian volumenya akan turun dari tahun lalu, kalau naik pasti. Sementara alat angkutnya harus turun 50 persen," ucap Nuril.

"Artinya, hitung-hitungan wajar, kita akan butuh kendaraan itu dua kali lipat dan itu harus menambah kesiapan ongkos angkutnya sebanyak dua kali lipat juga,” tukasnya.

Namun demikian, kata Nuril, SIG saat ini sudah mencoba menjalankan Zero ODOL ini secara bertahap dengan mulai mengantisipasi kenaikan biaya operasional dengan melakukan beberapa langkah.

Pertama, menyiapkan gudang-gudang yang memungkinkan di area-area tertentu, yang kemudian gudang itu akan menyebarkan di area itu.

“Harapannya, nanti dari pabrik, kita akan inject dengan kendaraan trailer yang volumenya gede ke gudang. Setahu saya, JBI trailer itu di kisaran 40 ton, dan 31 ton di tempelan," jelas Nuril. 

"Dari gudang yang kita sudah siapkan di spesial area, semen-semen itu akan diangkut dengan memakai feeder atau kendaraan yang lebih kecil,” katanya. 
 
Pola seperti itu, menurut Nuril, akan membantu biaya operasional meski tidak turun terlalu ekstrim. “Tapi, kita setidaknya bisa menekan biaya lebih rendah lagi,” ungkapnya. 

Baca juga: Pefindo Naikkan Peringkat SIG Menjadi idAA+ Positif

Hal kedua yang sudah dilakukan Semen Indonesia terkait Zero ODOL adalah mencoba meningkatkan kapasitas angkut dengan kereta api.

Nuril mengatakan saat ini Semen Indonesia sudah mencoba untuk mengangkut semen dari pabrik Tuban ke Priok dengan menggunakan kereta api. Kemudian dari Cilacap dan Indarung juga menggunakan kereta api.

“Memang jumlahnya saat ini belum terlalu banyak, mungkin sekitar 3-4 persenan, tapi nanti sedikit demi sedikit kita akan naikkan itu. Setidaknya kita dengan KAI sudah memiliki komitmen, jadi nanti jika sudah membutuhkan tinggal bisa menaikkan lagi dan bisa lebih baik lagi,” tuturnya.
 
Langkah ketiga yang juga sudah dicoba adalah dengan menggunakan tol laut. Hanya masalahnya, kata Nuril, tol laut ini juga biayanya besar karena long distance dengan jarak Indonesia yang timur.

“Jadi, kalau kita ngomongi tol laut apakah betul sebagai sarana penjawab penyelesaian Zero ODOL, bisa ya bisa tidak. Tapi kalau dari dampak langsung sih rasanya belum,” ucapnya. 

Baca juga: Roadmap ODOL Patut Pertimbangkan Kepentingan strategis

Dulu, tuturnya, Semen Indonesia pernah menggunakan kapal Roro milik  pemerintah sebagai moda transportasi. “Kita sempat mencoba beberapa kali, tapi itu pun tidak jalan dikarenakan memang biayanya relatif tinggi,” ujarnya.
 
Di sisi lain, Semen Indonesia ini agak berbeda dengan yang lainnya. Kalau dulu pengiriman dari Tuban ke Jakarta setiap hari itu banyak. Tapi sekarang ini, dengan adanya pabrik-pabrik di masing-masing tempat, yang long distance itu tidak sebanyak dulu.

Tuban itu memiliki dua pabrik yang mengcover Jawa Timur. Semen Indonesia juga punya backing plan di Banyuwangi yang memakai kapal laut.

Di Jawa Tengah, Semen Indonesia punya pabrik Rembang, kemudian di barat punya Narogong, Cilacap untuk daerah Jawa Barat bagian selatan.

Baca juga: SIG dan Pemprov Jawa Timur Kolaborasi dalam Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Jatim

“Nah, itu yang nanti akan mengcover area sana sehingga yang tadinya long distance itu bisa berkurang. Itu yang kita coba maksimalkan saat ini sambil melihat perkembangan nanti seperti apa di depan,” kata Nuril.
 
Jadi, menurut Nuril, pelaksanaan Zero ODOL ini akan bisa terlaksana jika dilakukan secara bertahap dan tidak terburu-buru.

“Di sisi perindustrian semen sih jujur berat. Masalahnya mungkin tidak hanya di industri semen saja tapi juga industri-industri lainnya. Kita maunya sih gradual, tapi maunya yang tertata. Kalau itu kemudian dijalankan dengan konsisten, saya pikir dalam 5 tahun lagi bisa lah Zero ODOL itu dilaksanakan,” tukasnya. (RO/S-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat