visitaaponce.com

Industri Semen Perlu Antisipasi Ekonomi yang Melambat

Industri Semen Perlu Antisipasi Ekonomi yang Melambat
Rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dinilai tidak memberi kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan penjualan permintaan semen.(Antara)

PERTUMBUHAN ekonomi global akan melambat dari 3,1% pada 2022 menjadi 2,1% pada 2023. Bagaimana dengan prospek kinerja industri semen hingga akhir tahun ini?

Research Analyst PT Mirae Asset Sekuritas, Emma Almira Fauni mengatakan, sektor semen masih akan bertumbuh, meskipun secara umum masih terjadi kelebihan pasok selama 10 tahun terakhir dan ke depannya.

Namun, optimisme itu perlu mengantisipasi juga prediksi pertumbuhan ekonomi yang melambat. “Perlu diantisipasi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari ekspektasi akan berdampak terhadap permintaan semen ke depannya,” kata dia di Jakarta, Kamis (8/6).

Baca juga : Ekonomi Tumbuh 5,45 Persen di Kalimantan, Diduga karena Pengaruh IKN

Dia jelaskan tingkat utilisasi sektor semen saat ini berada di sekitar 54% dan baru bisa dikatakan optimal bila menyentuh level 70% supaya kinerja perusahaan semen bisa lebih sehat.

Penyebab oversupply ini karena banyaknya pemain baru sehingga kompetisinya cukup ketat, disertai dengan banyaknya pembangunan pabrik semen baru membuat kelebihan pasokannya semakin parah.

Tetapi kondisi ini akan lebih baik ke depannya secara struktural karena pemerintah sudah melakukan moratorium yang diharapkan pertambahan kapasitas produksi semen di Indonesia akan lebih tertahan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Baca juga : BI: Ekonomi Indonesia Salah Satu Terbaik di Dunia

Sedangkan dari permintaan semen tahun ini diperkirakan bertumbuh karena penurunan beban biaya yang dipengaruhi oleh harga batu bara yang terkoreksi. Namun dari sisi permintaan sendiri tidak ekspansif.

Permintaan dari sektor infrastruktur konstruksi yang mengkonsumsi semen bulk dengan kontribusi penjualan 20% - 25% terhadap permintaan semen nasional, menjadi sumber pertumbuhan utama selama beberapa tahun belakangan karena didukung masifnya alokasi belanja infrastruktur pemerintah sejak 2014 sampai hari ini.

Sehingga ini akan menyeimbangkan penurunan penjualan semen bag yang biasanya dikonsumsi oleh properti dan rumah tangga yang kontribusinya sekitar 70-80% akibat lesunya penjualan properti.

Baca juga : NEO Conference 2024 Bahas Optimisme Ekonomi Indonesia di Tahun Politik dan Tantangan Geopolitik

Bagi para investor, Emma merekomendasikan beli saham SMGR dengan target harga Rp 8.500 per saham dan INTP dengan target harga Rp 14.000 per saham.

Transisi energi

Terkait dampak kebijakan pemerintah untuk transisi energi ke yang lebih ramah lingkungan pada plant pabrik dan smelter, Emma jelaskan, sebenarnya perusahaan semen sudah memulai transisi menggunakan bahan mentah dan penggunaan cara produksi yang lebih ramah lingkungan, untuk memenuhi kebutuhan standar ESG.

“SMGR dan INTP termasuk yang terdepan untuk bersiap ke arah produksi yang lebih ramah lingkungan. Mereka sudah cukup lama berupaya berupaya bertransisi ke energi yang lebih ramah lingkungan. Mereka tidak 100 persen menggunakan energi batu bara,” kata Emma.

Baca juga : Butuh 0,25% untuk Capai Target Pertumbuhan 5,3% di 2023

Industri semen memproduksi karbondioksida dalam jumlah yang besar. Sehingga bisa dikatakan merusak lingkungan. Meski begitu mau tidak mau Indonesia sebagai negara berkembang masih butuh pembangunan.

Proyek Ibu Kota baru

Rencana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) oleh pemerintah pun tidak akan besar terhadap pertumbuhan penjualan permintaan semen. Kontribusi terhadap permintaan nasional hanya sekitar 800 ribu - 1 juta ton per tahun, setara dengan 1,5% - 2% terhadap total permintaan semen nasional saat ini.

Hal ini juga karena pelaku usaha menunggu perkembangan dari pemilihan umum presiden yang akan dilaksanakan di awal 2024. Mereka menanti siapa nantinya yang akan terpilih dan bagaimana kelanjutan program pembangunan IKN.

Baca juga : Ini 3 Mesin Pendorong Ekonomi Nasional

“Secara umum dampaknya belum terlalu besar meski IKN ini proyek yang sangat besar ini. Karena proses pembangunan ini sangat besar mega project. Untuk saat ini saya ukur kontribusi penjualan semen per tahun,” kata Emma.

Permintaan semen akan tumbuh bila nanti pembangunan proyek IKN cukup meyakinkan digarap sengaja serius, dan memunculkan pembangunan lain di sana maka akan semakin memunculkan dampak positifnya kepada pemain usaha semen.

Beberapa pemain yang bisa menangkap potensi ini, terbesar yaitu SMGR dan INTP. Keduanya cukup berimbang. INTP memiliki plant di Tarjun Kotabaru Kalimantan Selatan. Sedangkan SMGR memiliki pabrik semen di Sulawesi dan bisa memasok dari produksi di Pulau Jawa.

Baca juga : Ekonomi Indonesia masih Berpotensi Terdampak Kondisi Global

“Untuk saat ini keduanya cukup seimbang. Meski SMGR memiliki kesempatan yang lebih besar sebagai perusahaan BUMN yang mungkin bisa mendapat penugasan untuk menggarap proyek inisiasi dari pemerintah,” kata Emma.

Pemain lainnya bisa turut memperoleh kesempatan dalam pembangunan IKN. Beberapa produsen China memiliki plant di Kalimantan, tetapi mungkin sudah cukup sulit untuk membanting harga.

Sebab kondisi oversupply semen ini berlangsung sudah cukup lama hampir satu dekade dan semua pemain juga terdampak.

Baca juga : Gelar 'The Futurist Summit 2023', Pijar Foundation Siap Hadirkan 1.100 Pemain Strategis

INTP dan SMGR sebagai incumbent memiliki posisi yang relatif paling baik dibanding perusahaan lainnya. Kemampuan produsen-produsen yang lebih kecil cukup sulit untuk terus menerus menahan harga. (Z-4)

 

Baca juga : Grant Thornton Economic Outlook 2024 Kupas Tantangan dan Peluang Ekonomi

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat